SURAU.CO. Membangun “surga di dunia” berarti menciptakan kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari melalui perilaku baik dan ibadah. Ini dapat diwujudkan dengan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pribadi dan keluarga, seperti bersyukur, menjaga lisan, berbuat baik kepada tetangga, serta menghidupkan rumah dengan amalan-amalan saleh seperti membaca Al-Qur’an dan shalat. Konsep ini adalah cara mempersiapkan diri untuk surga akhirat dengan merasakan ketenangan jiwa (surga dunia) selagi masih hidup.
Konsep “membangun surga di dunia” secara umum merujuk pada upaya untuk menciptakan kehidupan yang penuh kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan di bumi, baik melalui tindakan keagamaan, aktivisme sosial, maupun pengembangan pribadi. Ini bukan tentang menciptakan surga harfiah seperti yang dijanjikan di akhirat, melainkan mengadopsi prinsip-prinsip surge seperti keadilan, kasih sayang, dan keharmonisan ke dalam kehidupan sehari-hari dan struktur masyarakat. Berbeda dengan pandangan yang hanya fokus pada kehidupan setelah mati, konsep ini menekankan pentingnya bertindak di dunia saat ini. Ini melibatkan tanggung jawab sosial dan memperbaiki kondisi hidup bagi semua orang, bukan hanya bagi diri sendiri.
Ide ini dapat menginspirasi berbagai bidang, mulai dari sistem hukum yang adil, politik yang bersih, hingga hubungan interpersonal yang sehat, seperti membangun rumah tangga yang harmonis. Dalam tradisi keagamaan tertentu (seperti kisah Syadad bin Ad), upaya harfiah untuk meniru surga secara fisik di dunia dianggap sebagai kesombongan dan mustahil dilakukan, yang berakhir dengan kegagalan. Ini berfungsi sebagai peringatan bahwa surga yang sesungguhnya adalah ciptaan ilahi, bukan buatan manusia.
Dalam beberapa teologi, “membangun surga di dunia” dimaknai sebagai upaya menyatukan kehendak Tuhan di bumi sebagaimana di surga, di mana kehadiran ilahi berinteraksi penuh dengan realitas manusia. Secara ringkas “membangun surga di dunia” merupakan seruan untuk bertanggung jawab secara moral dan sosial guna menciptakan lingkungan yang lebih baik, terinspirasi oleh nilai-nilai ideal surga, sambil tetap mengakui perbedaan mendasar antara kehidupan fana di dunia dan kehidupan abadi di akhirat.
Cara membangun surga di dunia
Pertama, Dalam diri dan spiritual
- Beriman dan bertakwa: Mengimplementasikan iman dalam setiap perilaku sehari-hari.
- Bersyukur: Selalu bersyukur saat senang maupun susah.
- Menjaga lisan: Menjaga ucapan agar tidak menyakiti orang lain.
- Menghadapi musibah dengan sabar: Yakin bahwa musibah dapat menghapus dosa dan mendatangkan pahala.
- Mengendalikan emosi: Menahan diri untuk tidak berkata-kata saat hati sedang emosi.
Kedua, Dalam keluarga dan lingkungan
- Menciptakan suasana nyaman: Berbuat baik kepada sesama anggota keluarga dan tetangga.
- Hidup rukun: Meminimalisir pertengkaran dan perselisihan.
- Menyediakan rasa aman: Menciptakan tempat yang aman secara fisik maupun psikis dengan menempatkan harapan hanya kepada Allah SWT.
- Mengamalkan kebaikan: Menjadikan setiap aktivitas dalam rumah tangga sebagai ibadah, seperti memberikan minum kepada suami sepulang kerja.
- Berbuat baik pada tetangga: Menjaga hubungan baik dengan tetangga akan mendatangkan kebaikan yang sama.
Ketiga, Dalam rumah tangga
- Mengucapkan salam dan berzikir: Membiasakan mengucapkan salam dan berzikir saat masuk rumah.
- Membaca surat Al-Baqarah: Sering membaca surat Al-Baqarah karena setan lari dari rumah yang dalamnya dibacakan surat tersebut.
- Membaca doa makan: Membaca basmalah sebelum makan dan minum untuk mencegah campur tangan setan.
- Meramaikan rumah dengan Al-Qur’an: Menjadikan rumah hidup dengan lantunan ayat suci, bukan seperti kuburan yang sepi dari bacaan Al-Qur’an.
Filosofi
Filosofi membangun surga di dunia adalah mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan duniawi melalui keimanan dan amal saleh, sebagai persiapan untuk surga akhirat. Ini dicapai dengan ketenangan hati karena dzikir dan ibadah, ridha terhadap takdir, menjauhi dosa, serta membangun suasana harmoni dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari, baik di keluarga maupun lingkungan.
Ciri-ciri orang yang merasakan “surga dunia”
- Hati yang tenang: Merasa damai karena selalu dekat dengan Allah melalui dzikir dan ibadah.
- Ridha terhadap takdir: Menerima dan ikhlas dengan segala ketetapan Allah, baik suka maupun duka.
- Tidak bergantung pada dunia: Tidak terikat pada kemewahan duniawi, tetapi menemukan kebahagiaan dalam ketaatan.
- Menjauhi dosa dan maksiat: Sadar bahwa dosa adalah penghalang ketenangan dan kebahagiaan.
- Menciptakan keharmonisan: Membangun lingkungan yang aman dan nyaman, termasuk dalam keluarga, dengan saling menyayangi dan mengasihi.
- Berperilaku baik: Berbuat baik kepada sesama, bersikap positif (seperti banyak tersenyum dan menebar salam), serta tidak sombong atau dengki.
- Berserah diri (tawakal): Menggantungkan segala urusan dan kesulitan hanya kepada Allah, karena menyadari bahwa setiap solusi datang dari-Nya.
Tujuan
Tujuan membangun surga di dunia adalah untuk menciptakan lingkungan yang damai, tenteram, dan sejahtera yang mencerminkan nilai-nilai surga akhirat. Ini dapat dicapai dengan beriman dan berperilaku baik, menciptakan suasana rumah tangga yang penuh cinta dan saling pengertian, serta berkontribusi pada kedamaian dan kesejahteraan bersama dalam komunitas. Ini adalah persiapan untuk kehidupan abadi di akhirat, tetapi juga merupakan tujuan yang harus diusahakan di dunia ini melalui tindakan nyata. Tiga aspek utama tujuan membangun surga di dunia.
- Secara Spiritual dan Pribadi:
- Menciptakan ketenangan jiwa (an-nafsul mutmainnah) melalui iman dan perilaku baik.
- Mencapai kedamaian batin melalui ibadah, seperti salat, zikir, dan membaca Al-Qur’an.
- Menghadapkan tujuan hidup pada Allah dan menjadikannya sebagai cita-cita tertinggi.
- Dalam Lingkungan Keluarga:
- Menciptakan suasana “baiti jannati” (rumahku adalah surgaku) dengan membangun rumah tangga yang penuh cinta, saling memahami, dan saling mendukung.
- Mengendalikan kecemburuan dan iri hati terhadap pencapaian orang lain.
- Secara Sosial dan Komunitas:
- Berkontribusi pada kedamaian dan kesejahteraan orang lain.
- Mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berdampak positif pada kehidupan dunia dan akhirat.
- Mengelola dan merawat bumi sebagai amanah dari Allah SWT.
- Mewujudkan kepemimpinan yang adil melalui pengetahuan dan akhlak mulia.
(mengutip dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
