Ibadah
Beranda » Berita » Jihad dan Strategi Pencapaiannya

Jihad dan Strategi Pencapaiannya

Jihad dan Strategi Pencapaiannya
Jihad dan Strategi Pencapaiannya

 

SURAU.CO – 𝘔𝘦𝘯𝘢𝘬𝘭𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘏𝘢𝘸𝘢 𝘕𝘢𝘧𝘴𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘑𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘔𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘒𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪𝘢𝘯 𝘔𝘦𝘯𝘦𝘨𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘢𝘯

𝗣𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵𝘂𝗹𝘂𝗮𝗻: 𝗝𝗶𝗵𝗮𝗱 𝗡𝗮𝗳𝗮𝘀 𝗞𝗲𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗮𝗻 𝗜𝗺𝗮𝗻

Jihad adalah detak nadi kehidupan seorang mukmin. Tanpa jihad, iman menjadi kering, amal kehilangan arah, dan umat kehilangan izzah.
Namun jihad yang agung bukan hanya mengangkat senjata di medan perang, melainkan perang melawan hawa nafsu, musuh abadi yang bersarang di dalam diri.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Mujahid adalah orang yang berjihad melawan hawa nafsunya di jalan Allah.” > (HR. Ahmad, no. 23958, sahih menurut Al-Albani)

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Inilah jihad terbesar jihad an-nafs, pondasi bagi semua bentuk perjuangan lainnya. Karena siapa yang tidak mampu menaklukkan dirinya, mustahil menegakkan kebenaran di luar dirinya.

𝗛𝗮𝗸𝗶𝗸𝗮𝘁 𝗛𝗮𝘄𝗮 𝗡𝗮𝗳𝘀𝘂: 𝗠𝘂𝘀𝘂𝗵 𝗗𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗦𝗲𝗹𝗶𝗺𝘂𝘁 𝗜𝗺𝗮𝗻

Secara bahasa, hawa berarti kecenderungan terhadap sesuatu, sedangkan nafs berarti diri atau jiwa.
Dalam istilah syar’i, hawa nafsu adalah dorongan jiwa yang condong kepada kesenangan tanpa kendali wahyu.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
> أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ هَوَاهُ

“Pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?” (QS. Al-Jātsiyah: 23)

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

“Hawa nafsu adalah tuhan tersembunyi dalam diri manusia. Siapa yang menuruti hawa nafsunya tanpa kendali syariat, maka ia telah mempersekutukan Allah dengan hawa nafsunya.”
(Al-Jawāb al-Kāfi, hlm. 82)

𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗽𝗮 𝗝𝗶𝗵𝗮𝗱 𝗧𝗲𝗿𝗯𝗲𝘀𝗮𝗿 𝗔𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗠𝗲𝗹𝗮𝘄𝗮𝗻 𝗛𝗮𝘄𝗮 𝗡𝗮𝗳𝘀𝘂

Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad besar.” Para sahabat bertanya, “Apakah jihad besar itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Jihad melawan hawa nafsu.”

(HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman, hasan lighairihi)

Hadis ini menunjukkan bahwa perang melawan hawa nafsu adalah akar dari semua jihad. Karena sebelum seseorang mampu menundukkan syahwatnya, ia tidak akan pernah ikhlas di medan perjuangan.

Jihad melawan musuh membutuhkan keberanian, Tapi jihad melawan diri sendiri membutuhkan ketulusan dan kesadaran, Dan hanya orang yang menaklukkan dirinya yang mampu berdiri tegak melawan kezaliman.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

𝗕𝗮𝗵𝗮𝘆𝗮 𝗛𝗮𝘄𝗮 𝗡𝗮𝗳𝘀𝘂: 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗗𝗼𝘀𝗮 𝗣𝗿𝗶𝗯𝗮𝗱𝗶 𝗵𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮 𝗥𝘂𝗻𝘁𝘂𝗵𝗻𝘆𝗮 𝗨𝗺𝗮𝘁

Hawa nafsu bukan hanya dosa individu; ia adalah sebab keruntuhan peradaban.

Ibnul Jauzi berkata:

“Hawa nafsu adalah akar dari semua fitnah: ia yang menggoda Adam keluar dari surga, menjerumuskan Iblis dalam kesombongan, dan menenggelamkan umat dalam kelalaian.”
(Shaidul Khathir, hlm. 39)

a. 𝗕𝗮𝗴𝗶 𝗜𝗻𝗱𝗶𝘃𝗶𝗱𝘂
Menumbuhkan cinta dunia dan takut mati.
Menghancurkan keikhlasan; amal dilakukan bukan karena Allah, tapi karena manusia.
Menumpulkan semangat menegakkan kebenaran.
Membuat seseorang merasa aman dalam dosa, namun gelisah dalam taat.

b. 𝗕𝗮𝗴𝗶 𝗨𝗺𝗮𝘁
Kekuasaan membelenggu pemimpin. Popularitas menjerat ulama. Kenyamanan merayu rakyat.

Maka bangunan umat pun roboh bukan oleh senjata musuh, tetapi oleh kekalahan batin.

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮 𝗝𝗶𝗵𝗮𝗱 𝗧𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝗡𝗮𝗳𝘀𝘂

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:

> وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-‘Ankabūt: 69)

Ibnul Qayyim menafsirkan:

“Ayat ini mencakup semua bentuk jihad, dan yang paling pertama adalah jihad melawan hawa nafsu. Barangsiapa menaklukkan dirinya, Allah akan menunjukkannya jalan kebenaran.”
(Zād al-Ma‘ād, 3/9)

𝗦𝘁𝗿𝗮𝘁𝗲𝗴𝗶 𝗦𝘆𝗮𝗿𝗶’𝗮𝗵 𝗠𝗲𝗻𝗮𝗸𝗹𝘂𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗡𝗮𝗳𝘀𝘂

  1. 𝗧𝗮𝗿𝗯𝗶𝘆𝗮𝗵 𝗜𝗺𝗮𝗻𝗶𝘆𝗮𝗵 — 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗸𝗮𝗻 𝗞𝗲𝘀𝗮𝗱𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗧𝗮𝗾𝘄𝗮
    Iman adalah energi ruhani yang menundukkan syahwat. Ketika iman kuat, hawa nafsu menjadi lemah.
    Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Tidaklah berzina seorang pezina saat ia berzina melainkan imannya sedang dicabut darinya.” > (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka kita menjadikan jihad pertama dengan menghidupkan kesadaran akan Allah (muraqabah), yaitu merasa selalu diawasi dan dihisab.

  1. 𝗜𝗹𝗺𝘂 𝗱𝗮𝗻 𝗧𝗮𝗱𝗮𝗯𝗯𝘂𝗿 𝗤𝘂𝗿’𝗮𝗻
    Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
    > فَلَا تُطِعِ الْمُكَذِّبِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا

“Janganlah engkau mengikuti orang-orang yang mendustakan itu, dan berjihadlah melawan mereka dengan (Al-Qur’an) jihad yang besar.” (QS. Al-Furqan: 52)

Ibn Katsir menjelaskan:

“Jihad terbesar adalah dengan hujjah dan penjelasan, karena Al-Qur’an membebaskan jiwa dari kejahilan dan hawa nafsu.” > (Tafsir Ibn Katsir, 6/108)

Maka perbanyak tadabbur, dzikir, dan menuntut ilmu, karena cahaya ilmu adalah pedang jihad melawan nafsu.

  1. 𝗠𝘂𝗷𝗮𝗵𝗮𝗱𝗮𝗵 — 𝗠𝗲𝗹𝗮𝘁𝗶𝗵 𝗗𝗶𝗿𝗶 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗱𝗶𝘀𝗶𝗽𝗹𝗶𝗻𝗮𝗻 𝗥𝘂𝗵𝗮𝗻𝗶
    Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
    > وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ

“Dan menahan diri dari hawa nafsu, maka surga-lah tempat tinggalnya.” (QS. An-Nāzi‘āt: 40–41)

Imam Al-Ghazali berkata:

“Nafsu itu seperti anak kecil. Jika bayi itu dibiarkan menyusu, dia tidak akan pernah berhenti. Maka didiklah ia dengan paksaan hingga ia tunduk.”
(Ihya’ Ulumiddin, 3/23)

Latihan itu berupa puasa, qiyam, sedekah, menahan lidah, dan memaksa diri tetap dalam ketaatan meski berat.

  1. 𝗠𝗲𝗻𝘂𝗺𝗯𝘂𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗡𝗶𝗮𝘁 𝗝𝗶𝗵𝗮𝗱 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗡𝘆𝗮𝘁𝗮
    Rasulullah ﷺ Bersabda:
    > “Barang siapa mati dan tidak pernah berperang serta tidak pernah berniat berperang, maka ia mati dalam cabang kemunafikan.” > (HR. Muslim, no. 1910)

Imam An-Nawawi menegaskan:

“Hadis ini menunjukkan bahwa semangat berjihad minimal dalam niat dan tekad adalah bagian dari iman yang hidup.” > (Syarh Muslim, 13/53)

Maka 𝗷𝗶𝗵𝗮𝗱 𝗺𝗲𝗹𝗮𝘄𝗮𝗻 𝗵𝗮𝘄𝗮 𝗻𝗮𝗳𝘀𝘂 𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀 𝗱𝗶𝘀𝗲𝗿𝘁𝗮𝗶 𝘯𝘪𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘨𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘢𝘯, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪.

𝗣𝗲𝗿𝘀𝗽𝗲𝗸𝘁𝗶𝗳 𝗣𝘀𝗶𝗸𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶𝘀: 𝗝𝗶𝗵𝗮𝗱 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗞𝗲𝗯𝗲𝗯𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗝𝗶𝘄𝗮

Dalam psikologi Islam, nafsu yang dibiarkan bebas akan membentuk an-nafs al-ammārah bis-sū’, yaitu jiwa yang mendorong pada keburukan.
Sedangkan jihad melawan hawa menumbuhkan “𝗮𝗻-𝗻𝗮𝗳𝘀 𝗮𝗹-𝗺𝘂𝗹𝗵𝗮𝗺𝗮𝗵” hingga “𝗮𝗻-𝗻𝗮𝗳𝘀 𝗮𝗹-𝗺𝘂𝘁𝗵𝗺𝗮’𝗶𝗻𝗻𝗮𝗵” jiwa yang tenang.

Ibnul Qayyim menulis:

“Hawa nafsu adalah penjara batin. Barang siapa berhasil menguasainya, ia bebas. Barang siapa tunduk kepadanya, ia terpenjara.”
(Al-Fawāid, hlm. 133)

Maka kemenangan terbesar bukan ketika mengalahkan musuh di luar, tetapi ketika diri sendiri tidak lagi menjadi penghalang menuju Allah.

𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗝𝗶𝗵𝗮𝗱 𝗗𝗶𝗿𝗶 𝗠𝗲𝗻𝘂𝗷𝘂 𝗝𝗶𝗵𝗮𝗱 𝗨𝗺𝗮𝘁

Orang yang menaklukkan nafsunya adalah bahan dasar kebangkitan umat.
𝘐𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘤𝘦𝘭𝘢𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘨𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘻𝘢𝘭𝘪𝘮𝘢𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢.

𝗞𝗲𝘁𝗶𝗸𝗮 𝗷𝗶𝘄𝗮-𝗷𝗶𝘄𝗮 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗶𝗻𝗶 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗮𝘁𝘂, lahirlah 𝘮𝘢𝘴𝘺𝘢𝘳𝘢𝘬𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘨𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘮𝘢’𝘳𝘶𝘧 𝘯𝘢𝘩𝘪 𝘮𝘶𝘯𝘬𝘢𝘳 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘱𝘢𝘮𝘳𝘪𝘩 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢𝘸𝘪.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:

> “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”

(QS. Āli ‘Imrān: 110)

Ibn Taymiyyah menegaskan:

“Jihad melawan hawa nafsu melahirkan jihad sosial; karena orang yang jujur terhadap dirinya, akan jujur terhadap umatnya.” > (Majmu’ al-Fatawa, 28/9)

𝗣𝗲𝗻𝘂𝘁𝘂𝗽: 𝗠𝗲𝗿𝗱𝗲𝗸𝗮 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗡𝗮𝗳𝘀𝘂, 𝗦𝗶𝗮𝗽 𝗠𝗲𝗻𝗲𝗴𝗮𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿𝗮𝗻

Wahai jiwa yang lemah jangan takut kalah, takutlah tidak berjuang.
Karena kelemahan bukan ketika engkau jatuh, tapi ketika engkau berhenti melawan nafsu yang menyeretmu menjauh dari Allah.

Jihad terbesar adalah:

Menundukkan diri agar patuh pada kebenaran,
Menghidupkan keberanian untuk berkata “tidak” pada kemungkaran,
Dan menjadikan setiap perjuangan hanya untuk Allah semata.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:

> وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat ihsan.”
(QS. Al-‘Ankabūt: 69)

Doa

اللَّهُمَّ اجْعَلْ نَفْسِي لَكَ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ.

“Ya Allah, jadikan jiwaku tenang di hadapan-Mu, beriman kepada pertemuan dengan-Mu, ridha dengan ketetapan-Mu, dan cukup dengan pemberian-Mu.”

Jangan hanya jadi penonton  jadilah penyampai kebenaran.
Rasulullah ﷺ Bersabda: “𝗦𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶𝗸𝘂 𝘄𝗮𝗹𝗮𝘂 𝘀𝗮𝘁𝘂 𝗮𝘆𝗮𝘁.” ( HR. Bukhari)

𝗗𝗲𝘀𝗮𝗸 𝗠𝗨𝗜 𝗦𝗲𝗴𝗲𝗿𝗮 𝗕𝗲𝗿𝘁𝗶𝗻𝗱𝗮𝗸! MUI mengeluarkan fatwa haram demokrasi karena menjaga akidah 245 juta umat Islam adalah amanah. MUI hidup dan dibiayai dari pajak dan harta umat, yang berasal dari hak kekayaan SDA negeri ini. (Rahmat Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement