Fiqih Ibadah
Beranda » Berita » Penyebab Hilangnya Berkah Ilmu

Penyebab Hilangnya Berkah Ilmu

Penyebab Hilangnya Berkah Ilmu
Penyebab Hilangnya Berkah Ilmu. Gambar : SURAU.CO

SURAU.CO – Ilmu adalah cahaya yang Allah letakkan dalam hati seorang hamba. Ia bukan sekadar kumpulan informasi atau hafalan, tetapi sebuah anugerah yang Allah karuniakan untuk mengantar seorang hamba menuju kebenaran dan amal saleh. Oleh karena itu, para ulama selalu menekankan pentingnya berkah ilmu, bukan sekadar banyaknya ilmu. Sebab, banyak orang yang mengetahui banyak hal, tetapi ilmunya tidak memberi manfaat, tidak membuatnya semakin dekat kepada Allah, bahkan terkadang membuatnya semakin jauh dari petunjuk. Inilah pentingnya memahami apa saja penyebab hilangnya keberkahan ilmu, agar seorang penuntut ilmu bisa menjaga niat, adab, dan amalnya.

Niat yang Rusak dalam Menuntut Ilmu

Niat adalah pondasi utama dalam setiap amal, termasuk menuntut ilmu. Bila niat seorang penuntut ilmu tidak lurus, maka ilmunya dapat menjadi sia-sia. Nabi bersabda:

“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya…”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ilmu akan kehilangan keberkahannya jika seseorang mempelajarinya bukan untuk mencari ridha Allah, tetapi untuk tujuan dunia: mendapatkan pujian, kedudukan, popularitas, atau sekadar untuk berdebat dan membungkam lawan. Imam Malik berkata:

“Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada ahli maksiat.”

Tidak Shalat Jum’at Karena Hujan; Apa Hukumnya?

Jika menuntut ilmu dengan niat yang keliru, ia tidak akan menumbuhkan ketakwaan dan ketundukan kepada Allah. Sebaliknya, ia akan melahirkan kesombongan dan keangkuhan.

Menyombongkan Diri dengan Ilmu

Kesombongan adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Ketika seseorang merasa dirinya lebih pintar, lebih mengerti, atau lebih alim dari yang lain, maka pada saat itu ia telah kehilangan berkah ilmu. Allah berfirman:

“Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan sombong…”
(QS. Al-Isra: 37)

Ilmu seharusnya membuat seorang hamba semakin merendah, semakin takut kepada Allah, dan semakin banyak berbuat baik. Sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah para ulama.”
(QS. Fathir: 28)

Amalan Sunnah Harian Sesuai Dalil Dari Al-Qur’an dan Hadist

Jika ilmu membuat seseorang banyak meremehkan orang lain, mencela mereka, atau menampakkan dirinya lebih tinggi, itu tanda bahwa ilmunya tidak memberi manfaat.

Tidak Mengamalkan Ilmu

Salah satu penyebab terbesar hilangnya berkah ilmu adalah tidak mengamalkannya. Imam Syafi’i pernah berkata:

“Ilmu itu adalah apa yang bermanfaat, bukan apa yang hanya dihafal.”

Ada orang yang mampu menghafal ayat, hadis, dan berbagai kaidah, tetapi perbuatannya tidak selaras dengan ilmunya. Inilah yang namanya ilmu tanpa amal, sebuah kondisi yang dahulu para ulama sangat takutkan.

Allah mencela orang-orang yang ilmunya tidak diamalkan:

Raih Kebahagiaan Dengan Qana’ah

“Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?”
(QS. As-Saff: 2–3)

Ilmu tanpa amal ibarat pohon yang tidak berbuah. Ia ada, tetapi tidak memberi manfaat. Bahkan Imam Ahmad berkata:

“Orang yang mengamalkan ilmunya, Allah akan memberikan ilmu baru yang tidak ia ketahui.”

Sebaliknya, meninggalkan amal karena enggan, malas, atau selalu menunda menyebabkan keberkahan ilmu hilang sedikit demi sedikit.

Lalai dari Adab Menuntut Ilmu

Para ulama mengatakan bahwa adab lebih tinggi daripada ilmu. Jika seorang penuntut ilmu tidak menjaga adab terhadap guru, orang tua, sesama penuntut ilmu, atau bahkan terhadap majelis ilmu, maka keberkahan ilmunya bisa hilang.

Bentuk kelalaian dalam adab antara lain: menghina atau meremehkan guru, merasa sudah cukup pandai, terlalu banyak berdebat tanpa kebutuhan, uduk dengan cara yang tidak sopan dalam majelis ilmu, memotong pembicaraan guru.

Imam Malik bahkan tidak menjawab pertanyaan ilmiah sebelum berwudu dan duduk dengan penuh hormat. Ini menunjukkan betapa tingginya adab dalam menjaga keberkahan ilmu.

Terlalu Banyak Maksiat

Maksiat adalah penghalang terbesar turunnya ilmu dan berkahnya. Ilmu adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah kegelapan. Dua hal ini tidak akan pernah bersatu pada satu hati.

Imam Syafi’i pernah mengadu kepada gurunya, Waki’, tentang buruknya hafalan. Waki’ lalu menasihatinya:

“Tinggalkanlah maksiat. Ilmu itu adalah cahaya, dan Allah tidak memberikan cahaya kepada ahli maksiat.”

Maksiat tidak harus besar; kebiasaan kecil seperti melihat sesuatu yang haram, menggunjing, menipu, atau ketidakjujuran pun bisa menghambat keberkahan ilmu.

Tidak Menghargai Waktu dan Lalai dari Belajar

Ilmu memerlukan kesungguhan, ketekunan, dan kedisiplinan. Orang yang menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat akan sulit mendapatkan keberkahan ilmu. Sementara itu, ulama terdahulu sangat menjaga waktunya.

Ibnul Qayyim berkata:

“Waktu adalah kehidupan.”

Banyak penuntut ilmu yang hilang berkahnya karena terlalu lalai dengan urusan dunia, sibuk dengan hiburan, media sosial, atau hal yang tidak menunjang ilmunya.

Iri dan Dengki Terhadap Sesama Penuntut Ilmu

Hasad dan dengki adalah penyakit hati yang merusak. Jika seorang penuntut ilmu iri terhadap kelebihan ilmu orang lain, tidak suka melihat temannya maju, atau merasa terganggu dengan prestasi saudaranya, maka berkah ilmu akan hilang.

Para ulama selalu mengajarkan untuk saling mendoakan, saling memberi nasihat, dan saling mendukung dalam kebaikan. Orang yang hatinya bersih, lapang, dan ridha dengan takdir Allah akan lebih mudah menerima ilmu dengan keberkahan.

Tidak Mengajarkan Ilmu kepada Orang Lain

Salah satu cara mendapatkan berkah ilmu adalah dengan membagikannya. Ilmu yang dipendam dan tidak diajarkan lama-kelamaan hilang keberkahannya. Rasulullah bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)

Memberi manfaat kepada sesama adalah sumber berkah. Sementara itu, orang yang enggan mengajarkan ilmunya karena kikir, sombong, atau takut disaingi, justru membuat ilmunya sulit berkembang dan kehilangan keberkahan.

Sering Berdebat Tanpa Tujuan Kebaikan

Ilmu bukan untuk memenangkan debat, apalagi menjatuhkan orang lain. Ilmu adalah sarana untuk mencari kebenaran. Jika seseorang belajar hanya agar bisa berdebat, mematahkan argumentasi orang lain, atau menunjukkan kepintaran, maka itu adalah tanda hilangnya keberkahan.

Rasulullah bersabda:

“Tidaklah suatu kaum tersesat setelah mendapat petunjuk, kecuali karena mereka gemar berdebat.”
(HR. Tirmidzi)

Penutup

Berkah ilmu adalah hadiah dari Allah kepada hamba-hamba yang ikhlas, rendah hati, dan menjaga amalnya. Tanpa keberkahan, ilmu hanya menjadi tumpukan kata tanpa makna, hafalan tanpa manfaat, dan pengetahuan yang tidak menggerakkan hati. Oleh karena itu, para penuntut ilmu harus senantiasa menjaga niat, mengamalkan apa yang dipelajari, memelihara adab, serta menjauhi maksiat dan sifat-sifat buruk.

Semoga Allah memberikan kita ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyuk, serta amal yang diterima. Aamiin.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement