Opinion
Beranda » Berita » Analisis Dukungan Indonesia Terhadap Palestina

Analisis Dukungan Indonesia Terhadap Palestina

Analisis Dukungan Indonesia Terhadap Palestina
Analisis Dukungan Indonesia Terhadap Palestina

 

SURAU.CO – Konflik Palestina Israel merupakan salah satu konflik internasional paling kompleks dan berkepanjangan dalam sejarah modern. Sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948, isu perebutan tanah, kedaulatan, dan hak pengungsi Palestina telah menjadi agenda utama dalam politik internasional.

Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki posisi politik luar negeri yang konsisten mendukung perjuangan rakyat Palestina. Namun, dalam dua dekade terakhir, komunitas internasional lebih sering mewujudkan dukungan ini melalui kerangka diplomatik Two-State Solution (solusi dua negara).

Makalah ini bertujuan untuk:

  1. Menganalisis sikap Indonesia terhadap Two-State Solution.
  2. Mengungkap tokoh dan lembaga yang terlibat.
  3. Memeriksa kedekatan diplomasi dengan Israel.
  4. Evaluasi sejauh mana kerangka sekuler internasional dan prinsip syariat Islam mempengaruhi pendekatan ini.

𝗧𝘄𝗼-𝗦𝘁𝗮𝘁𝗲 𝗦𝗼𝗹𝘂𝘁𝗶𝗼𝗻: 𝗞𝗼𝗻𝘀𝗲𝗽 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗼𝗻𝘁𝗿𝗼𝘃𝗲𝗿𝘀𝗶

Two-State Solution adalah gagasan politik yang mendorong terbentuknya dua negara berdaulat di wilayah Palestina bersejarah:

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

  1. Negara Palestina merdeka di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur (wilayah 1967).
  2. Negara Israel di wilayah yang telah diakui komunitas internasional.

Konsep ini didukung oleh:
PBB
Uni Eropa
Amerika Serikat dan Sebagian besar negara dunia

Namun, dari perspektif politik Islam, solusi ini dianggap problematis karena:

𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗯𝗮𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗳𝗮𝗸𝘁𝗮 𝗯𝗮𝗵𝘄𝗮 𝘀𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂𝗵 𝘁𝗮𝗻𝗮𝗵 𝗣𝗮𝗹𝗲𝘀𝘁𝗶𝗻𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗮𝗺𝗮𝗻𝗮𝗵 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹-𝗡𝘆𝗮.

𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗱𝗶𝘀𝗲𝗿𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗜𝘀𝗿𝗮𝗲𝗹 (𝗕𝗮𝗻𝗶 𝗜𝘀𝗿𝗮𝗶𝗹/𝗬𝗮𝗵𝘂𝗱𝗶 𝗟𝗮𝗸𝗻𝗮𝘁𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵).

𝗦𝗶𝗸𝗮𝗽 𝗥𝗲𝘀𝗺𝗶 𝗜𝗻𝗱𝗼𝗻𝗲𝘀𝗶𝗮 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝗧𝘄𝗼-𝗦𝘁𝗮𝘁𝗲 𝗦𝗼𝗹𝘂𝘁𝗶𝗼𝗻

Sejak era Presiden Soekarno, Indonesia konsisten menolak pengakuan terhadap Israel dan mendukung Palestina. Akan tetapi, sejak 1990-an hingga kini, sikap Indonesia lebih ditekankan pada kerangka hukum internasional sekuler.

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

  1. 𝗣𝗿𝗲𝘀𝗶𝗱𝗲𝗻 𝗣𝗿𝗮𝗯𝗼𝘄𝗼 𝗦𝘂𝗯𝗶𝗮𝗻𝘁𝗼
    Berulang kali menegaskan bahwa Two-State Solution adalah satu-satunya jalan damai.

Kutipan: “Mengenai Palestina, kita tetap mendukung kemerdekaan Palestina. Hanya two-state solution yang bisa mengakhiri pertikaian tersebut.” (Antara, 27 Juni 2025).

Bahkan, Prabowo menyatakan Indonesia siap mengakui Israel jika Israel terlebih dahulu mengakui Palestina.

  1. 𝗞𝗲𝗺𝗲𝗻𝘁𝗲𝗿𝗶𝗮𝗻 𝗟𝘂𝗮𝗿 𝗡𝗲𝗴𝗲𝗿𝗶 (𝗠𝗲𝗻𝗹𝘂 𝗥𝗲𝘁𝗻𝗼 𝗠𝗮𝗿𝘀𝘂𝗱𝗶)
    Menegaskan bahwa Indonesia tidak menutup diri terhadap normalisasi diplomatik dengan Israel, namun mensyaratkan kemerdekaan Palestina.

Kutipan: “Ada syaratnya, yaitu two-state solution, Palestina merdeka, diakui oleh Israel, maka di titik itulah kita akan siap melakukan normalisasi.” (Kompas, 13 April 2024).

Menolak klaim Israel dengan dalih “self-defense” untuk menyerang warga sipil Palestina.

𝘼𝙠𝙩𝙞𝙛 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙚𝙨𝙖𝙠 𝙀𝙧𝙤𝙥𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙊𝙆𝙄 𝙖𝙜𝙖𝙧 𝙨𝙚𝙧𝙞𝙪𝙨 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙞𝙢𝙥𝙡𝙚𝙢𝙚𝙣𝙩𝙖𝙨𝙞 𝙩𝙬𝙤-𝙨𝙩𝙖𝙩𝙚 𝙨𝙤𝙡𝙪𝙩𝙞𝙤𝙣.

Urgensi Riyadhus Shalihin sebagai Pondasi Utama Pendidikan Karakter Bangsa

  1. 𝗣𝗕𝗡𝗨 (𝗡𝗮𝗵𝗱𝗹𝗮𝘁𝘂𝗹 𝗨𝗹𝗮𝗺𝗮)
    Ketua Umum Yahya Cholil Staquf mendukung penuh sikap Presiden Prabowo tentang two-state solution.

PBNU menilai konflik Palestina–Israel harus diselesaikan dengan konsensus internasional, bukan konfrontasi militer.

  1. 𝗗𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗟𝗶𝗻𝘁𝗮𝘀 𝗣𝗲𝗺𝗲𝗿𝗶𝗻𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻
    Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) pernah menyatakan perlunya pengakuan terhadap Palestina sekaligus Israel.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga mendukung Menlu Retno dalam jalur diplomasi.

𝗞𝗿𝗶𝘁𝗶𝗸 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗼𝗻𝘁𝗿𝗼𝘃𝗲𝗿𝘀𝗶

𝟭. 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗣𝗲𝗿𝘀𝗽𝗲𝗸𝘁𝗶𝗳 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗣𝗼𝗹𝗶𝘁𝗶𝗸
Mendukung Two-State Solution berarti menerima keberadaan Israel di tanah yang dianggap waqf Islam.

Syariat Islam menegaskan: Palestina adalah tanah umat Islam yang tidak boleh diberikan kepada Yahudi.

𝟮. 𝗗𝗶𝗺𝗲𝗻𝘀𝗶 𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿
Sikap RI dipengaruhi oleh standar hukum internasional modern (sekuler).

Diplomasi Indonesia cenderung realpolitik ketimbang jihad syar’i.

Hal ini memperlihatkan pergeseran politik luar negeri Indonesia dari Islam ke sekularisme global.

𝟯. 𝗣𝗼𝘁𝗲𝗻𝘀𝗶 𝗡𝗼𝗿𝗺𝗮𝗹𝗶𝘀𝗮𝘀𝗶
Pernyataan Menlu Retno bahwa Indonesia “tidak menutup diri” untuk normalisasi diplomatik dengan Israel menimbulkan kecurigaan.

Ada potensi bahwa Two-State Solution hanyalah jalan menuju pengakuan de jure terhadap Israel.

𝗣𝗲𝗿𝗮𝗻 𝗢𝗞𝗜 𝗱𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗮𝗿𝘂𝗵 𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menjadi forum utama negara-negara Muslim, termasuk Indonesia, dalam isu Palestina. Namun, pengaruh sekuler dalam OKI sangat kuat:

Banyak negara anggota adalah sekuler atau semi-sekuler (Turki, Indonesia, Bangladesh, Mesir).
Resolusi OKI sering memakai bahasa hukum internasional alih-alih dalil syariat.
Kasus Palestina diposisikan sebagai konflik politik internasional, bukan amanah agama.

𝗔𝗸𝗶𝗯𝗮𝘁𝗻𝘆𝗮, 𝗢𝗞𝗜 𝘀𝗲𝗿𝗶𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮𝗽 𝗹𝗲𝗺𝗮𝗵, 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗲𝗳𝗲𝗸𝘁𝗶𝗳, 𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗻𝘂𝗵 𝗸𝗼𝗺𝗽𝗿𝗼𝗺𝗶, 𝗸𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮:

Perpecahan politik internal.
Ketergantungan ekonomi pada Barat.

𝗔𝗻𝗮𝗹𝗶𝘀𝗶𝘀 𝗞𝗲𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗜𝗻𝗱𝗼𝗻𝗲𝘀𝗶𝗮 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗿𝗮𝗲𝗹

Indonesia belum memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel.

Namun, terdapat indikasi diplomasi informal melalui NGO internasional.

Menlu Retno mengakui adanya tekanan internasional agar Indonesia menormalisasi hubungan dengan Israel.

Beberapa tokoh Nahdliyin pernah melakukan pertemuan dengan pejabat Israel, meski PBNU menyangkal itu sebagai sikap resmi.

Kesimpulan

  1. Indonesia secara resmi mendukung Two-State Solution sebagai jalan diplomasi.
  2. Tokoh utama: Prabowo Subianto, Retno Marsudi, PBNU (Yahya Staquf), Ma’ruf Amin, Gus Dur.
  3. Dukungan ini mencerminkan pendekatan sekuler-diplomatik ketimbang syariat Islam.
  4. Two-State Solution membuka celah normalisasi dengan Israel di masa depan.
  5. OKI memperkuat pendekatan sekuler ini, sehingga perjuangan Palestina terjebak dalam kompromi politik global.

Daftar Pustaka

  1. Antara News, Prabowo: RI-Malaysia Sejalan Usung Solusi Dua Negara untuk Palestina, 27 Juni 2025.
  2. Antara News, PBNU Backs Prabowo’s Two-State Stance on Palestine Conflict, 2025.
  3. Kompas, Sebut RI Tak Menutup Diri Normalisasi Diplomatik dengan Israel, Menlu Retno, 13 April 2024.
  4. Kompas, Menlu Retno Tegaskan Israel Tak Bisa Pakai Alasan Self-Defense untuk Serang Palestina, 22 Nov 2023.
  5. Menpan.go.id, Menlu RI Desak Solusi Dua Negara untuk Atasi Konflik Palestina, 29 Mei 2024.

Wahai kaum Muslimin!
Janganlah kita terbuai dengan solusi sekuler yang menggadaikan amanah Allah di bumi Palestina. Two-State Solution hanyalah jalan kompromi yang merelakan tanah suci kaum Muslimin kepada penjajah Israel laknatullah.

Ingatlah! Seluruh Palestina adalah tanah waqf umat Islam, amanah Allah dan Rasul-Nya yang wajib dipertahankan hingga titik darah penghabisan.
Waspadalah! Normalisasi dengan Israel bukanlah perdamaian, melainkan bentuk penghianatan terhadap aqidah dan kehormatan umat.
Sebarkanlah! Bahwa hanya dengan kembali kepada syariat Islam dan persatuan umat, Palestina dan Indonesia dapat terbebas dari belenggu penjajahan sekuler dan zionis.

Jangan diam! Jadilah bagian dari perjuangan. Sebarkan kebenaran ini ke seluruh penjuru umat!. (Rahmat Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement