Ibadah
Beranda » Berita » Dunia Adalah Jembatan Menuju Akhirat

Dunia Adalah Jembatan Menuju Akhirat

Dunia Adalah Jembatan Menuju Akhirat
Dunia Adalah Jembatan Menuju Akhirat

SURAU.CO. “Dunia adalah jembatan menuju akhirat” adalah sebuah peribahasa atau kutipan terkenal dalam ajaran Islam yang merangkum pandangan hidup. Bahwa kehidupan duniawi hanyalah tempat persinggahan sementara, yang tujuannya adalah mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi di akhirat. Kehidupan di dunia tidak kekal. Melainkan hanya sarana atau jalan untuk mencapai tujuan utama, yaitu akhirat (kehidupan setelah mati).

Umat manusia memanfaatkan waktu mereka dengan sebaik-baiknya untuk melakukan amal saleh. Mereka beribadah dan mengumpulkan bekal spiritual. Bekal spiritual itu akan bermanfaat di akhirat kelak. Orang sering menggunakan kutipan ini sebagai pengingat. Kutipan ini mengingatkan kita agar tidak terlalu terikat pada kenikmatan duniawi secara berlebihan. Semua kenikmatan dan harta benda duniawi bersifat fana. Para ulama mengaitkan asal usul kutipan ini dengan perkataan atau ajaran mereka. Ajaran tersebut menekankan pentingnya perspektif jangka panjang mengenai eksistensi manusia. Sumber-sumber Islam mengajarkan pandangan ini kepada umatnya.

Selain itu, “Dunia adalah jembatan menuju akhirat” merupakan sebuah ungkapan bijak yang sangat terkenal dalam ajaran Islam, yang mengandung makna mendalam tentang perspektif kehidupan duniawi dan ukhrawi.  Ungkapan ini secara luas diyakini berasal dari sebuah nasihat yang dinisbatkan kepada Nabi Isa AS, atau sering juga dikaitkan dengan beberapa ulama salaf. Secara singkat, pesan utamanya adalah: gunakanlah dunia sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat, dan jangan jadikan dunia sebagai tujuan akhir.

Makna dari Dunia Adalah Jembatan Menuju Akhirat

  1. Dunia Hanyalah Tempat Lewat: Seperti fungsi sebuah jembatan yang menghubungkan dua daratan, dunia bukanlah tujuan akhir. Ia adalah lintasan sementara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat yang abadi.
  2. Fokus pada Persiapan: Jembatan digunakan untuk menyeberang, bukan untuk membangun rumah atau berdiam diri selamanya. Oleh karena itu, ungkapan ini mengingatkan manusia untuk tidak terlalu tenggelam dalam kemewahan atau urusan duniawi semata, melainkan fokus menggunakan waktu di dunia untuk beribadah dan mengumpulkan bekal amal shaleh untuk kehidupan setelah mati.
  3. Tindakan di Dunia Menentukan Hasil di Akhirat: Kualitas perjalanan di jembatan (dunia) akan menentukan kondisi saat tiba di seberang (akhirat). Amal baik akan membawa pada kebahagiaan abadi (surga), sedangkan amal buruk akan membawa pada kesengsaraan (neraka).

Filosofi

“Filosofi dunia adalah jembatan menuju akhirat” adalah sebuah konsep dalam ajaran Islam yang menyatakan bahwa kehidupan di dunia hanyalah tempat perlintasan sementara, bukan tujuan akhir. Makna utamanya adalah kita harus memanfaatkan dunia sebagai sarana untuk mempersiapkan diri menuju kehidupan abadi di akhirat. Dengan mengumpulkan amal kebaikan, bukan terlarut dalam kesenangan duniawi yang fana.

  • Dunia sebagai jembatan: Kehidupan dunia dipandang sebagai sebuah jembatan yang menghubungkan dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya. Namun, jembatan ini bukan tempat untuk tinggal selamanya, melainkan untuk dilewati.
  • Fokus pada akhirat: Seorang yang bijak tidak akan “membangun rumah” di atas jembatan (maksudnya terlalu melekat pada dunia), tetapi menggunakan jembatan tersebut untuk mencapai tujuan berikutnya.
  • Persiapan bekal: Bekal untuk akhirat adalah ilmu dan amal shaleh. Oleh karena itu, kita perlu menyeimbangkan urusan dunia dengan persiapan akhirat, dan tidak menjadikan dunia sebagai satu-satunya tujuan hidup.
  • Hikmah dari hadis: Konsep ini sejalan dengan hadis Rasulullah yang mengumpamakan dunia seperti seorang musafir yang hanya istirahat sejenak di bawah pohon sebelum melanjutkan perjalanannya.

Tujuan

Tujuan dunia sebagai jembatan menuju akhirat adalah sebuah konsep Islam yang menekankan bahwa kehidupan di dunia adalah sarana atau perantara untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan abadi di akhirat. Maknanya, segala tindakan, pekerjaan, dan rezeki di dunia seharusnya digunakan untuk mengumpulkan amal baik sebagai bekal di akhirat, bukan menjadikannya tujuan akhir utama.

Kitab Taisirul Khallaq

  • Bukan tujuan akhir: Dunia adalah tempat singgah sementara, bukan tempat tinggal yang abadi. Oleh karena itu, kita harus fokus mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati di akhirat.
  • Ladang amal: Kehidupan dunia diibaratkan sebagai “ladang” untuk “menanam” kebaikan melalui amal dan ibadah, yang kemudian akan “dipanen” di akhirat.
  • Menggunakan dunia untuk akhirat: Nikmat dan urusan dunia seharusnya dimanfaatkan untuk meraih kebahagiaan akhirat, bukan sebaliknya.
  • Keseimbangan: Konsep ini bukan berarti mengabaikan dunia, melainkan menyeimbangkan urusan dunia dengan persiapan untuk akhirat.
  • Contoh dari para ulama: Ungkapan seperti “Dunia adalah jembatan, maka lewatilah dan jangan memakmurkannya” oleh Yahya bin Mu’adz rahimahullah, atau “Zuhud terhadap dunia mengistirahatkan hati dan badan” oleh Imam Syafi’i, menguatkan makna untuk tidak terikat dan terlena dengan kesenangan dunia.

(mengutip dari berbagai sumber)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement