Khazanah
Beranda » Berita » Mutiara Al-Hikam : Aib Diri sebagai Tirai yang Menutup Cahaya Ilahi

Mutiara Al-Hikam : Aib Diri sebagai Tirai yang Menutup Cahaya Ilahi

Ilustrasi seorang hamba yang tenggelam dalam munajat berharap hidayah dari Allah.
Ilustrasi seorang hamba yang tenggelam dalam munajat berharap hidayah dari Allah.

SURAU.COSyekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari, dalam Al-Hikam, membuka dengan nasihat yang menegaskan kembali prioritas utama seorang salik (penempuh jalan spiritual). Beliau berpendapat,

“Keinginan kita untuk mengetahui aib-aib yang tersembunyi dalam diri lebih baik daripada keinginan kita untuk mengetahui perkara-perkara gaib yang tersimpan dalam diri kita.”

Pernyataan ini mendorong kita untuk fokus pada introspeksi dan pembersihan jiwa. Keinginan kita untuk menemukan dan mengikis habis semua sifat buruk yang bersemayam dalam diri—seperti sifat iri, dengki, loba (tamak), kikir, serta penyakit hati lainnya—jauh lebih mulia dan bermanfaat daripada kita menyibukkan diri mencari perkara-perkara gaib yang mungkin ada, seperti kekuatan tersembunyi, indra keenam, atau kemampuan supranatural lainnya. Prioritas utama kita adalah memperbaiki diri kita sendiri secara fundamental. Perbaikan batin ini, dan bukan kemampuan luar biasa, yang sesungguhnya menentukan keberhasilan perjalanan spiritual kita menuju hadirat Ilahi. Kita tidak boleh sekalipun lalai melaksanakan perintah-perintah-Nya, karena di sanalah kita akan menemukan sumber kebahagiaan sejati dan ketenangan abadi. Marilah kita senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya, karena sebagai respons, Dia pasti akan melimpahkan rahmat dan kedekatan-Nya kepada kita.

Hakikat Hijab Menurut Al-Hikam

Nasihat ini kemudian berlanjut pada penjelasan mendalam tentang hakikat hijab (penghalang spiritual), yang sering disalahpahami. Beliau menegaskan:

“Allah Swt. tidak akan pernah terhijab, akan tetapi kitalah yang terhijab untuk melihat-Nya. Sebab, jikalau ada sesuatu yang menghijab-Nya, maka Dia akan menutup sesuatu yang menghijab-Nya itu. Sebab, jika Allah Swt. memiliki penutup, maka berarti wujud-Nya terbatas. Sesuatu yang membatasi yang lainnya, tentu akan menguasainya. Sedangkan Dia Maha Kuasa terhadap para hamba-Nya.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Pernyataan ini menyingkap kebenaran mutlak bahwa Allah Swt. tidak akan pernah terhalangi atau ditutupi oleh entitas apa pun di alam semesta ini. Dia adalah Al-Qadim (Yang Maha Terdahulu) dan Al-Qayyum (Yang Berdiri Sendiri). Jikalau kita mendapati diri kita tidak mampu menyaksikan cahaya-Nya, maka kita harus menyadari bahwa kitalah yang sesungguhnya telah membuat hijab tersebut. Penghalang ini terbentuk semata-mata karena mata hati kita telah buta dan tertutupi oleh tumpukan kemaksiatan dan kelalaian. Hati kita ibarat cermin yang telah dipenuhi karat dan kotoran. Semakin kita tenggelam dalam dosa dan penyimpangan, maka mata hati kita akan menjadi semakin gelap dan buta.

Pentingnya Hati Mengenal Hidayah Allah

Lantas, apa gunanya mata fisik kita melihat segala keindahan dunia, jikalau hati tidak mampu mengenal dan menangkap hidayah-Nya? Tanpa hidayah batin, kita akan tersesat dan terus terjerumus di lembah kehinaan. Tidak ada jalan keluar yang hakiki, kecuali kita segera kembali kepada-Nya dan melakukan taubat nasuha (taubat yang sebenar-benarnya), memohon agar cahaya-Nya kembali Dia pancarkan dalam jiwa kita. Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang yang selalu membuka pintu ampunan bagi hamba-Nya.

Tak Ada yang Dapat Menghijab Allah

Jikalau ada sesuatu di alam raya ini yang mencoba menutupi atau menghijab-Nya, maka hijab itu akan Dia lenyapkan, bahkan Dia hancurkan seketika. Dia tidak akan mampu dihijab oleh apa pun selamanya, karena Kekuasaan dan Keagungan-Nya tidak terbatas dan meliputi segala sesuatu. Kenyataan ini berbanding terbalik dengan makhluk-Nya, yang hanya memiliki kemampuan dan batas yang sangat terbatas. Sekuat apa pun kita membangun kekuatan duniawi, sebanyak apa pun harta kita kumpulkan, dan sebesar apa pun kekuasaan kita miliki, kita tetaplah budak-Nya dan hamba-Nya yang harus berbakti dan mengabdikan diri kepada-Nya. Jikalau kita memilih jalan ingkar, maka azab-Nya siap menanti kita, baik di dunia maupun di akhirat kelak.(St.Diyar)

Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement