SURAU.CO–Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari dalam karya besarnya Kitab Al-Hikam, menyampaikan
“Permintaan tidak akan terhenti, selama kita memintanya kepada Tuhan. Namun, permintaan itu tidak akan mudah, jikalau kita memintanya kepada diri kita sendiri.”
Selama kita meminta kepada Allah Swt., Tuhan Penguasa dan Pencipta segala sesuatu, maka kita akan mendapatkan hasilnya. Segala keputusan berada di tangan-Nya. Jikalau Dia memutuskan bahwa kita berhak mendapatkan sesuatu, maka kita akan mendapatkannya. Jikalau Dia memutuskan bahwa kita belum berhak memilikinya, maka kita tidak akan mendapatkannya. Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan meminta hanya kepada-Nya, maka kita tidak akan pernah dihinggapi rasa kecewa. Sebaliknya, jikalau kita meminta dan hanya mengandalkan diri sendiri yang penuh dengan kelemahan dan kelalaian, maka kita tidak akan pernah mendapatkannya. Kita hanyalah makhluk yang terbatas, yang tidak punya kuasa sedikit pun. Tanpa bantuan dan rezeki-Nya, kita akan mati tidak berdaya.
Sikap Pasrah Sebagai Tanda Sukses Sejati
Ketergantungan total kepada Allah ini menjadi penanda kesuksesan sejati di akhir perjalanan. Hikmah kedua menyatakan,
“Di antara tanda-tanda kesuksesan akhir perjalanan adalah kembali kepada Allah Swt. pada permulaannya.”
Ini berarti, tanda yang menunjukkan seseorang akan mendapatkan sesuatu yang menjadi tujuan akhir perjalanannya adalah mengembalikan segala sesuatu kepada Allah Swt. di awal perjalanannya. Jikalau kita melandaskan perjalanan kita, semenjak langkah pertama, di atas tuntutan-Nya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan tuntutan Rasulullah Saw. dalam hadits-haditsnya, maka kita akan mendapatkan kesuksesan besar di akhir perjalanan kita. Hal ini adalah keniscayaan. Sebagai contoh, jikalau kita memulai pendidikan dengan jalan yang benar, tidak pernah menipu, menyontek, dan lain sebagainya, maka perjalanan hidup kita akan dipenuhi keberkahan. Seakan-akan kita tidak pernah merasakan kesusahan dalam hidup. Perjalanan kita akan lancar-lancar saja. Awal yang baik adalah langkah menuju masa depan yang lebih baik.
Awal yang Menentukan Akhir
Dalam Kitab Al-Hikam dijelaskan bahwa konsep awal menentukan akhir ini diperkuat dengan hikmah ketiga:
“Barang siapa yang awalnya bersinar maka akhirnya juga akan bersinar.”
Barang siapa yang menjalani kehidupan semenjak awal berdasarkan sunnah, maka ia akan istiqamah dan mendapatkan akhir kehidupan yang baik. Sebaliknya, barang siapa yang di awal kehidupan sudah dipenuhi bid’ah, maka ia akan mendapatkan kesengsaraan dan derita tiada akhir. Hikmah ini juga dapat kita gunakan untuk seseorang yang sedang belajar atau menjalankan usaha. Maksudnya, seseorang yang bekerja keras dan bersemangat menjalani kehidupan belajar, maka ia akan mendapatkan masa depan yang baik. Sebaliknya, seseorang yang memulai belajar dengan malas-malasan dan tidak mengenal waktu, maka ia akan mendapatkan masa depan yang curam. Begitu juga halnya dengan bisnis; barang siapa yang sejak awal sudah bekerja keras dan membanting tulang, maka ia akan mendapatkan hasil yang baik dan keuntungan yang besar. Sebaliknya, seorang pebisnis yang malas-malasan hanya akan bisa meratapi kegagalan dan kerugian yang tidak terhingga. Awal sesuatu menentukan akhirnya. Ahli ibadah akan berakhir dengan husnul khatimah (akhir yang baik), sedangkan ahli maksiat akan berakhir dengan su-ul khatimah (akhir yang buruk).
Akhirnya, kualitas awal dan batiniah ini tercermin dalam hikmah keempat:
“Sesuatu yang tersimpan dalam gaibnya rahasia-rahasia akan tampak dalam tanda-tanda lahir.”
Artinya, sesuatu yang kita simpan dalam hati akan kelihatan dalam kata-kata dan tingkah laku kita. Orang yang batinnya baik, semua perbuatan lahirnya akan baik juga. Sebaliknya, jikalau batinnya rusak dan penuh cela, maka lahirnya juga akan rusak dan tidak mengenal moral.
Mengenal Seseorang dari Wajahnya
Bukan itu saja, baik atau tidaknya seseorang dapat kita kenali melalui wajahnya. Seseorang yang saleh dan ahli ibadah akan tampak pada wajahnya. Wajahnya akan bersinar dan bercahaya, walaupun warna kulitnya gelap. Sebaliknya, orang yang jahat wajahnya akan tampak kusam dan menakutkan, serta tidak memiliki cahaya sama sekali, walaupun kulitnya bening dan putih. Inilah yang bisa kita petik dari firman Allah Swt. yang menggambarkan ciri orang mukmin:
“…Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…” (QS. al-Fath [48]: 29).
Dan dalam ayat lain, Allah Swt. menggambarkan ciri-ciri orang munafik dari perbuatannya:
“…Dan, kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka…” (QS. Muhammad [47]: 30).
(St.Diyar)
Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
