Ibadah
Beranda » Berita » Dalil Naqli dan Dalil Aqli

Dalil Naqli dan Dalil Aqli

Dalil Naqli dan Dalil Aqli
Dalil Naqli dan Dalil Aqli

SURAU.CO. Dalil naqli adalah dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis, sedangkan dalil aqli adalah dalil yang berdasarkan akal pikiran atau logika manusia. Keduanya saling melengkapi dalam memahami ajaran Islam; dalil naqli memberikan pedoman yang pasti dan otentik, sementara dalil aqli membantu dalam menafsirkan dan menerapkan dalil naqli dalam kehidupan sehari-hari.

Dalil naqli adalah bukti atau alasan yang bersumber langsung dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Para ulama mendefinisikan kata ‘naqli’ (dari bahasa Arab yang berarti ‘mengambil’ atau ‘dikutip’) sebagai dalil yang mereka ambil secara tekstual dari sumber-sumber suci (Al-Qur’an dan Hadis). Mereka menggunakan istilah ini untuk merujuk pada bukti-bukti keagamaan yang bersumber langsung dari teks-teks tersebut. Umat Muslim menganggap dalil ini pasti karena sumbernya berasal dari wahyu Allah dan ucapan Rasulullah. Dalil ini digunakan sebagai pedoman utama dalam memahami dan menjelaskan hukum-hukum, akidah, dan ajaran agama Islam.

Dalil aqli adalah argumen atau bukti yang didasarkan pada penalaran akal pikiran manusia untuk memahami kebenaran ajaran Islam, terutama yang berhubungan dengan akidah. Umat Islam menggunakan dalil aqli untuk membuktikan hal-hal yang mungkin tidak disebutkan langsung dalam Al-Qur’an dan hadis. Metode ini menerapkan logika, penalaran, dan pengamatan terhadap alam semesta. Sebagai contoh, penalaran tersebut membuktikan keberadaan Allah SWT berdasarkan keteraturan alam.

Filosofi dalil naqli dan aqli adalah dua pendekatan untuk memahami kebenaran dalam Islam: dalil naqli berdasarkan wahyu (Al-Qur’an dan Hadis) yang bersifat mutlak, sementara dalil aqli menggunakan akal sehat dan logika untuk memahami dan melengkapi ajaran agama. Keduanya saling melengkapi; dalil aqli membantu memahami ajaran agama yang bersifat umum, sedangkan dalil naqli memberikan dasar yang pasti untuk hukum syariat.

Dalil Naqli

  • Definisi: Dalil yang bersumber langsung dari teks suci, yaitu Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Kata “naqli” berarti “berpindah” atau “dikutip”, merujuk pada kutipan langsung dari sumbernya.
  • Sumber: Al-Qur’an, Hadis, dan fatwa.
  • Sifat: Kebenaran yang mutlak (hakiki) dan pasti, karena berasal dari wahyu Allah.
  • Tujuan: Memberikan pedoman yang jelas dan otentik dalam beragama, terutama untuk hukum-hukum syariat yang jelas, seperti tata cara ibadah.
  • Contoh:
    • Ayat Al-Qur’an yang memerintahkan puasa (QS. Al-Baqarah: 183).
    • Hadis yang menjelaskan keutamaan berpuasa.
    • Surat Al-Ikhlas yang menjelaskan keesaan Allah SWT.

Surat Al-Baqarah Ayat 183

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba ‘alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba ‘alallażīna ming qablikum la’allakum tattaqụn

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Dalil Aqli

  • Definisi: Dalil ini menggunakan akal pikiran yang sehat, objektif, dan tidak dipengaruhi emosi sebagai dasar.
  • Sumber: Akal, pemikiran logis, dan penalaran manusia.
  • Sifat: Kita perlu menguji kebenaran yang bersifat relatif (nisbi) secara objektif, meskipun akal sehat kita akan selaras dengan dalil naqli.
  • Tujuan: Memahami dan menginterpretasikan ajaran agama secara logis, serta memperkuat dalil-dalil naqli.
  • Contoh:
    • Akal memahami bahwa setiap anak pasti memiliki ibu, meskipun tidak pernah melihatnya secara langsung.
    • Ijtihad, ijma’ (kesepakatan ulama), dan qiyas (analogi).
    • Menafsirkan dalil naqli dengan penalaran logis untuk memahami hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, seperti memahami pentingnya salat (dalil aqli) kemudian mempelajari tata caranya dari Al-Qur’an (dalil naqli).

Tujuan

Tujuan dalil naqli dan aqli adalah untuk memperkuat landasan keyakinan dan hukum Islam serta memandu umat untuk memahami ajaran agama secara komprehensif. Dalil naqli (Al-Qur’an dan hadis) memberikan kebenaran yang mutlak dari sumber wahyu, sedangkan dalil aqli (akal pikiran) membantu menafsirkan dan mengkonfirmasi kebenaran tersebut, serta menjadi dasar untuk ijtihad.

Tujuan Dalil Naqli

  • Memberikan panduan pasti: Dalil naqli berfungsi sebagai panduan utama untuk tidak tersesat, memastikan pemahaman agama yang sesuai dengan sumber aslinya.
  • Menyampaikan kebenaran mutlak: Memberikan keyakinan yang kokoh dan tidak goyah karena bersumber langsung dari Al-Qur’an dan hadis, yang bersifat pasti dan hakiki.
  • Meneguhkan akidah: Membahas tentang keesaan Allah SWT dan kekuasaan-Nya, yang mengikis keraguan dan memperkuat keyakinan.

Tujuan Dalil Aqli

  • Memperkuat iman: Membantu memahami ajaran Islam dengan akal sehat, sehingga iman menjadi semakin kuat dan meyakinkan.
  • Menguatkan pemahaman: Menjelaskan dan menguraikan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis yang tidak sepenuhnya bersifat harfiah atau literal, seperti dalam ilmu tafsir atau hadis.
  • Menjadi dasar ijtihad: Memungkinkan para ulama untuk mengambil keputusan atau menetapkan hukum baru (ijtihad) berdasarkan akal yang sehat dan objektif untuk menjawab persoalan kontemporer.

Secara keseluruhan, kedua jenis dalil ini saling melengkapi. Dalil naqli menyediakan landasan hukum yang mutlak, sedangkan dalil aqli memberikan kemampuan untuk menafsirkan, menerapkan, dan memahami ajaran tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari dengan keyakinan dan pemahaman yang utuh. (mengutip dari berbagai sumber).

Kitab Taisirul Khallaq

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement