KH Ma’ruf Amin bukan sekadar Wakil Presiden Republik Indonesia. Beliau merupakan tokoh sentral yang menghubungkan pemikiran fikih klasik dengan kebijakan ekonomi modern. Kiprah beliau dalam membumikan Ekonomi Syariah menjadi tonggak penting bagi kemaslahatan umat di tanah air.
Sebagai seorang ulama senior dari Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Ma’ruf membawa perspektif segar. Beliau memandang ekonomi tidak hanya soal untung rugi. Lebih dari itu, ekonomi adalah sarana mencapai keadilan sosial. Semangat ini beliau tuangkan dalam gagasan besar bernama Arus Baru Ekonomi Indonesia.
Menggeser Paradigma Ekonomi Konvensional
Selama bertahun-tahun, Indonesia bergantung pada sistem ekonomi yang menetes ke bawah (trickle-down effect). Namun, Kiai Ma’ruf menilai konsep ini kurang efektif memeratakan kesejahteraan. Kekayaan sering kali hanya berputar di kalangan elit. Oleh karena itu, beliau menawarkan solusi melalui pendekatan ekonomi syariah yang inklusif.
Kiai Ma’ruf mendorong penguatan ekonomi dari akar rumput. Beliau ingin umat Islam menjadi pelaku utama, bukan sekadar pasar atau konsumen. Prinsip syariah mengajarkan kita untuk saling tolong-menolong (ta’awun) dalam kebaikan bisnis. Sistem ini menjamin kekayaan terdistribusi secara adil dan merata.
Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu menekankan pentingnya kolaborasi. Pemerintah memfasilitasi regulasi, sementara pelaku usaha menjalankan roda bisnis. Sinergi ini akan menciptakan ekosistem halal yang kuat dan tahan banting.
Peran Strategis Ulama dan Pesantren NU
Nahdlatul Ulama memiliki basis massa yang sangat besar hingga ke pelosok desa. Kiai Ma’ruf menyadari potensi raksasa ini. Beliau mengajak para ulama NU untuk tidak hanya mengurus masalah ubudiyah (ibadah mahdhah). Ulama harus mengambil peran aktif dalam pemberdayaan ekonomi umat (maslahah ammah).
Pesantren kini bertransformasi menjadi pusat inkubasi bisnis. Kita mengenal istilah “Santripreneur”. Program ini mencetak santri yang tidak hanya pandai mengaji, tetapi juga piawai berdagang. Pesantren memproduksi berbagai produk halal, mulai dari pertanian hingga teknologi tepat guna.
Gerakan ini membuktikan bahwa agama dan ekonomi bisa berjalan beriringan. Pesantren menjadi motor penggerak ekonomi daerah. Kiai Ma’ruf percaya bahwa kemandirian ekonomi umat akan memperkuat kedaulatan bangsa secara keseluruhan.
Menjadikan Indonesia Pusat Halal Dunia
Cita-cita besar Kiai Ma’ruf adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia. Kita memiliki sumber daya alam melimpah dan pasar muslim terbesar. Sangat ironis jika kita hanya menjadi importir produk halal dari negara lain.
Beliau mendorong percepatan sertifikasi halal bagi UMKM. Langkah ini memberikan nilai tambah bagi produk lokal di pasar global. Industri keuangan syariah juga terus beliau dorong agar semakin kompetitif. Bank Syariah Indonesia (BSI) lahir sebagai wujud nyata dari visi tersebut.
Kiai Ma’ruf ingin memastikan sistem keuangan syariah menjadi pilihan rasional bagi masyarakat. Bukan hanya karena faktor agama, tetapi karena sistem ini memang menguntungkan dan transparan.
Hikmah: Ekonomi untuk Kemaslahatan Bersama
Penerapan ekonomi syariah mengandung hikmah yang sangat dalam. Sistem ini menghindari praktik ribawi yang mencekik dan spekulasi yang merugikan (gharar). Islam mengajarkan bisnis yang beretika, jujur, dan bertanggung jawab sosial.
Kiai Ma’ruf mengajarkan kita bahwa mencari harta adalah bagian dari ibadah jika niatnya benar. Kekayaan yang berkah akan membawa ketenangan batin dan manfaat bagi sesama. Prinsip Maqashid Syariah (tujuan syariah) menjaga harta (hifdzul maal) agar berputar dan memberi manfaat luas.
Membangun ekonomi umat memerlukan napas panjang dan konsistensi. Peran KH Ma’ruf Amin telah meletakkan fondasi yang kokoh. Kini, tugas generasi penerus dan para santri untuk melanjutkan perjuangan tersebut. Kita harus mengaplikasikan prinsip Islam secara nyata demi kemaslahatan ekonomi bangsa.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
