Dunia pendidikan Islam di Indonesia berutang banyak pada sosok KH. M. Tholchah Hasan. Beliau bukan sekadar ulama karismatik. Kiai Tholchah tampil sebagai pemikir ulung yang membawa perubahan nyata. Gagasan beliau menembus tembok tebal dikotomi keilmuan. Beliau menolak pemisahan kaku antara ilmu agama dan ilmu umum.
Inovasi Pendidikan KH M Tholchah Hasan menjadi pondasi penting bagi kemajuan Nahdlatul Ulama (NU). Beliau melihat pendidikan sebagai kunci peradaban. Pesantren dan madrasah harus berbenah. Kiai Tholchah mendorong lembaga pendidikan Islam untuk melek manajemen.
Mengikis Dikotomi Ilmu Pengetahuan
Kiai Tholchah resah melihat ketertinggalan umat Islam. Beliau mengamati sistem pendidikan yang berjalan sendiri-sendiri. Pesantren hanya fokus pada kitab kuning. Sekolah umum abai terhadap nilai agama. Beliau hadir menawarkan solusi integrasi.
Pendidikan Islam harus mencetak manusia utuh. Santri harus menguasai sains dan teknologi. Sebaliknya, profesional harus memiliki pijakan moral agama yang kuat. Kiai Tholchah meramu kurikulum yang seimbang. Beliau ingin melahirkan generasi intelektual ulama dan ulama intelektual.
Gagasan ini beliau wujudkan secara nyata. Universitas Islam Malang (UNISMA) berdiri sebagai bukti konkret. Kampus ini memadukan tradisi NU dengan standar akademik modern. Kiai Tholchah memimpin langsung upaya tersebut. Beliau membuktikan bahwa sarung dan jas bisa berjalan beriringan.
Manajemen Modern di Tubuh Pesantren
Pesantren seringkali lekat dengan manajemen tradisional. Kiai Tholchah melihat celah ini sebagai tantangan. Beliau tidak ingin mengubah ruh pesantren. Beliau hanya ingin memperbaiki sistem pengelolaannya. Pesantren harus memiliki administrasi yang rapi.
Kiai Tholchah menekankan pentingnya profesionalisme. Pengelola madrasah harus paham manajemen pendidikan. Guru harus terus meningkatkan kompetensi. Kualitas pengajaran menjadi prioritas utama beliau.
Beliau sering memberikan nasihat kepada para pengasuh pesantren. Kiai Tholchah mengajak mereka membuka diri. Pesantren harus responsif terhadap zaman. Namun, nilai-nilai salaf tidak boleh luntur. Ini adalah keseimbangan yang sulit, namun Kiai Tholchah berhasil merumuskannya.
Dalam sebuah kesempatan, KH. M. Tholchah Hasan pernah menyampaikan sebuah kutipan penting mengenai esensi pendidikan:
“Pendidikan itu tidak sekadar mentransfer ilmu, tetapi juga mentransfer nilai, budaya, dan karakter.”
Kutipan ini menjadi penegas arah perjuangan beliau. Pendidikan harus memanusiakan manusia.
Hikmah dan Humanisme dalam Pendidikan
Sisi humanis Kiai Tholchah sangat kental dalam pemikirannya. Beliau menolak kekerasan dalam pendidikan. Guru harus mendidik dengan kasih sayang. Madrasah harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa.
Beliau memperkenalkan konsep “Hikmah” dalam mengajar. Pendidik harus bijaksana melihat potensi anak didik. Setiap anak memiliki keunikan. Sistem pendidikan tidak boleh mematikan kreativitas mereka.
Kiai Tholchah juga menyoroti kesejahteraan guru. Beliau sadar bahwa kualitas pendidikan berbanding lurus dengan kualitas guru. Guru yang sejahtera akan mengajar dengan tenang. Beliau terus memperjuangkan nasib guru madrasah semasa hidupnya.
Kepemimpinan beliau di Kementerian Agama juga membawa dampak positif. Beliau banyak melahirkan kebijakan pro-madrasah. Status madrasah menjadi setara dengan sekolah umum. Lulusan pesantren mendapat pengakuan yang layak. Ini adalah buah dari Inovasi Pendidikan KH M Tholchah Hasan.
Warisan Pemikiran untuk Generasi Masa Depan
Kini, Kiai Tholchah telah tiada. Namun, apinya terus menyala. Banyak pesantren kini memiliki sekolah formal berkualitas. Madrasah-madrasah NU mampu bersaing di kancah nasional. UNISMA terus berkembang menjadi kampus kebanggaan Nahdliyin.
Generasi muda NU harus merawat warisan ini. Kita perlu terus menggali pemikiran beliau. Relevansi gagasan Kiai Tholchah masih sangat kuat. Tantangan zaman digital membutuhkan pondasi karakter yang kokoh. Pemikiran beliau menyediakan jawaban atas kegelisahan tersebut.
Kita harus melanjutkan semangat pembaharuan ini. Pesantren harus terus berinovasi. Madrasah harus berani tampil beda. Integrasi ilmu pengetahuan dan agama adalah kunci menghadapi masa depan.
KH. M. Tholchah Hasan mengajarkan kita untuk berpikir luas. Beliau mendidik kita untuk tidak fanatik buta. Kita harus mengambil hal baru yang baik. Kita tetap memegang teguh tradisi lama yang baik. Itulah prinsip dasar kemajuan pendidikan NU.
Mari kita teladani jejak langkah beliau. Kita wujudkan cita-cita pendidikan Islam yang rahmatan lil alamin. Semangat Kiai Tholchah akan selalu hidup dalam setiap ruang kelas di madrasah dan bilik pesantren kita.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
