Sosok
Beranda » Berita » KH. Ali Maksum Krapyak: Pendidikan Pesantren dan Moderasi Beragama yang Visioner

KH. Ali Maksum Krapyak: Pendidikan Pesantren dan Moderasi Beragama yang Visioner

Dunia pesantren Indonesia memiliki banyak tokoh legendaris. Salah satu pilar utamanya adalah KH. Ali Maksum dari Krapyak, Yogyakarta. Beliau merupakan sosok ulama karismatik. Kiai Ali memberikan warna kental pada wajah Islam Indonesia. Beliau menggabungkan kedalaman ilmu agama dengan wawasan kebangsaan. Gagasan beliau tentang pendidikan pesantren dan moderasi beragama masih sangat relevan hingga kini.

Kiai Ali memimpin Pondok Pesantren Krapyak pada masa transisi penting. Beliau melanjutkan perjuangan KH. Munawwir. Namun, Kiai Ali membawa sentuhan baru. Beliau tidak hanya fokus pada hafalan Al-Qur’an. Beliau juga memperkuat penguasaan kitab kuning. Kiai Ali ingin santri memiliki fondasi intelektual yang kokoh. Visi ini bertujuan mencetak ulama yang siap menghadapi tantangan zaman.

Membangun Fondasi Keilmuan yang Luas

Pendidikan di Krapyak memiliki ciri khas unik. Kiai Ali menekankan pentingnya literasi yang luas. Santri harus membaca banyak referensi. Mereka tidak boleh terpaku pada satu sudut pandang saja. Beliau mendorong para santri untuk berpikir kritis. Kiai Ali percaya bahwa kebodohan adalah musuh utama umat. Oleh karena itu, penguasaan ilmu alat dan ushul fiqh menjadi prioritas utama.

Sistem pendidikan ini membentuk pola pikir santri. Mereka menjadi terbiasa dengan perbedaan pendapat. Kiai Ali mengajarkan bahwa perbedaan adalah rahmat. Santri belajar untuk tidak mudah menyalahkan orang lain. Inilah cikal bakal sikap moderat yang tumbuh di Krapyak. Beliau menanamkan nilai bahwa ilmu harus membawa kemaslahatan.

Ulama lulusan Krapyak tersebar di seluruh nusantara. Mereka membawa semangat keilmuan dari sang guru. Kiai Ali selalu memantau perkembangan murid-muridnya. Beliau sering berdiskusi tentang masalah sosial kemasyarakatan. Hal ini melatih kepekaan sosial para santri. Pendidikan pesantren tidak boleh menara gading. Pesantren harus hadir memberi solusi bagi masyarakat.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Moderasi Beragama sebagai Jalan Tengah

KH. Ali Maksum sangat menjunjung tinggi nilai tawasuth atau moderasi. Beliau menolak segala bentuk ekstremisme. Baik itu ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Islam harus tampil sebagai agama yang ramah. Beliau mencontohkan sikap tasamuh atau toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan beliau dengan tokoh lintas agama sangat baik.

Sikap moderat ini lahir dari kedalaman ilmu. Orang yang berilmu tinggi biasanya lebih bijaksana. Kiai Ali membuktikan tesis tersebut. Beliau tidak mudah kagetan melihat perubahan budaya. Beliau menyaring budaya asing dengan kacamata syariat yang luwes. Inilah inti dari pendidikan pesantren dan moderasi beragama yang beliau perjuangkan.

Beliau sering berpesan kepada para santri. Kutipan beliau yang terkenal berbunyi:

“Wala takun ‘iyalan ‘alan nas.” (Janganlah kamu menjadi beban bagi orang lain).

Kutipan ini mengajarkan kemandirian. Seorang santri harus berdaya. Santri yang mandiri akan memiliki prinsip kuat. Mereka tidak akan mudah terombang-ambing oleh ideologi radikal. Kemandirian ekonomi dan intelektual menjadi benteng moderasi. Kiai Ali ingin umat Islam berdiri di atas kaki sendiri.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Hikmah: Mencetak Generasi Ulama Visioner

Tujuan akhir pendidikan ala Kiai Ali sangat jelas. Beliau ingin melahirkan ulama yang rasikh fi al-ilmi (mendalam ilmunya). Namun, ilmu saja tidak cukup. Ulama harus memiliki karakter moderat. Mereka harus bisa mengayomi umat yang beragam. Kiai Ali tidak ingin mencetak “ulama” yang justru memecah belah bangsa.

Hikmah dari metode pendidikan ini sangat besar. Kita melihat banyak tokoh bangsa lahir dari rahim Krapyak. Mereka menjadi penyejuk di tengah panasnya situasi politik. Mereka membawa narasi damai di tengah konflik. Warisan Kiai Ali terus hidup melalui para alumninya.

Generasi muda perlu meneladani sosok Kiai Ali. Beliau mengajarkan cara mencintai agama dan negara sekaligus. Nasionalisme dan religiusitas bukanlah dua hal yang bertentangan. Keduanya justru saling menguatkan. Pesantren menjadi laboratorium cinta tanah air.

Kita harus menjaga warisan berharga ini. Pendidikan pesantren dan moderasi beragama adalah kunci kemajuan Indonesia. Kita membutuhkan lebih banyak figur seperti KH. Ali Maksum. Sosok yang teduh namun tegas dalam prinsip. Sosok yang luas ilmunya namun rendah hati perilakunya. Mari kita teruskan perjuangan beliau dalam merawat jagat kemanusiaan.

Relevansi di Era Digital

Zaman terus berubah dengan cepat. Tantangan dakwah kini merambah dunia digital. Namun, prinsip Kiai Ali tetap berlaku. Santri milenial harus mengisi ruang digital dengan konten positif. Mereka harus menyebarkan paham moderasi di media sosial. Jangan biarkan narasi kebencian mendominasi.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Kiai Ali mengajarkan kita untuk adaptif. Pesantren tidak boleh anti terhadap teknologi. Namun, kita harus mengendalikan teknologi tersebut. Gunakan teknologi untuk menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Jadikan internet sebagai sarana dakwah yang efektif.

Semangat KH. Ali Maksum Krapyak tidak akan pernah padam. Ajarannya menjadi pelita bagi para pencari ilmu. Kita semua berhutang budi pada jasa beliau. Semoga lahir generasi penerus yang mampu membawa Islam Rahmatan lil ‘Alamin. Islam yang santun, cerdas, dan membumi.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement