Khazanah
Beranda » Berita » Empat Hukum Tajwid: Izhar, Idgham, Iqlab, dan Ikhfa dalam Hidayatush Shibyan

Empat Hukum Tajwid: Izhar, Idgham, Iqlab, dan Ikhfa dalam Hidayatush Shibyan

Ilustrasi santri belajar tajwid tentang Izhar, Idgham, Iqlab, dan Ikhfa dalam suasana pesantren
Ilustrasi realistik–artistik seorang santri membaca mushaf di ruang belajar pesantren kuno. Di sekeliling muncul efek visual empat alur cahaya yang mewakili Izhar, Idgham, Iqlab, dan Ikhfa.

Suaru.co. Tajwid tidak sekadar mengatur gerakan mulut, lidah, dan suara, tetapi justru mengarahkan pembaca Al-Qur’an agar menghasilkan bacaan yang jernih, indah, dan tepat. Ketika seorang santri mempelajari empat hukum besar seperti nun sukun dan tanwin (Izhar, Idgham, Iqlab, dan Ikhfa) dalam ilmu tajwid, ia sebenarnya sedang membuka empat jalan bunyi yang menentukan bagaimana suara harus keluar: apakah suara harus jelas, melebur, berubah, atau tersamar.

Al-Qur’an sendiri memberikan peringatan tegas agar umat Islam menjaga kualitas bacaannya dengan penuh kehati-hatian:

﴿وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا﴾
“Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil.” (QS. Al-Muzzammil: 4)

Para ulama menjelaskan bahwa tartil mencakup tajwid, pemahaman makhraj, dan kesadaran terhadap sifat huruf. Dalam Hidayatush Shibyan, Syaikh Sa‘id al-Hadhrami memberikan panduan ringkas tetapi padat mengenai empat hukum ini sehingga pembaca pemula dapat memahami prinsip dasarnya sebelum memasuki kajian lanjutan yang lebih kompleks.

Izhar: Jalan Suara yang Terang dan Terbuka

Dalam ilmu tajwid, Izhar berarti memperjelas bunyi nun sukun atau tanwin tanpa dengung, tanpa penyamaran, dan tanpa peleburan. Suara keluar apa adanya, terang, dan terbuka. Syaikh Sa‘id al-Hadhrami menjelaskan dalam Hidayatush Shibyan:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

“وَالإِظْهَارُ عِنْدَ هَمْزٍ هَاءٍ مَعَ الْعَيْنِ حَاءٍ غَيْنٍ خَاءٍ فَاعْلَمْ يَا أَخِي.”
Izhar terjadi ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf hamzah, ha’, ‘ain, ha’, ghain, dan kha’; ketahuilah hal itu wahai saudaraku.

Penegasan “fa‘lam ya akhi” menunjukkan bahwa setiap pembaca Al-Qur’an harus menguasai hukum Izhar. Izhar menyerupai sinar matahari yang menerangi tanpa penghalang. Karena itu, ketika qari membaca مَنْ آمَنَ atau سَمِيعٌ حَكِيمٌ, ia mengucapkan bunyi “n” dengan jelas tanpa dengung. Keterangannya tegas, bersih, dan tidak bercampur dengan huruf berikutnya.

Para ulama tajwid menyebut Izhar sebagai “kejelasan suara”, karena huruf keluar sesuai makhrajnya tanpa bantuan sifat tambahan. Selain itu, keterbukaan bunyi ini melatih pembaca agar lebih disiplin memahami struktur fonetis huruf. Dengan demikian, Izhar menjadi fondasi kejernihan bacaan.

Idgham: Jalan Suara yang Menyatu dan Melebur

Jika Izhar melatih keterbukaan, Idgham justru melatih kemampuan suara untuk menyatu. Dalam Idgham, nun sukun atau tanwin melebur dengan huruf sesudahnya sehingga terbentuk bunyi baru yang lebih halus. Proses ini menggambarkan fleksibilitas fonetik dalam bacaan Qur’an.

Syaikh Sa‘id al-Hadhrami menerangkan:

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

“وَالإِدْغَامُ فِي يَرْمَلُونَ يَقَعْ، مَا عَدَا اللَّامَ وَرَاءً لا تَقَعْ.”
Idgham terjadi pada huruf Ya’, Ra’, Mim, Lam, Waw, dan Nun; kecuali Lam dan Ra’, yang hanya menerima Idgham tanpa ghunnah.

Penjelasan ini membagi Idgham menjadi dua: Idgham Bighunnah dan Idgham Bilaghunnah.

Idgham Bighunnah: Suara yang Melebur dengan Lembut

Idgham bighunnah terjadi ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ya’, mim, nun, dan waw. Keempat huruf ini memungkinkan bunyi melebur dengan tambahan dengung. Dengung tersebut menciptakan alunan lembut yang menyejukkan telinga. Ketika membaca مَنْ يَقُولُ, pembaca mengalirkan suara “n” ke huruf ya’, dan suara yang muncul menjadi resonan.

Ibn al-Jazari memberikan penegasan terkenal:

“وَالْأَخْذُ بِالتَّجْوِيدِ حَتْمٌ لَازِمٌ…”
Mengamalkan tajwid adalah kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan…

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Oleh karena itu, Idgham bighunnah menjadi salah satu bukti nyata bahwa ketelitian dalam membaca Al-Qur’an sangat penting.

Idgham Bilaghunnah: Suara yang Melebur Tanpa Dengung

Idgham bilaghunnah terjadi ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf lam dan ra’. Pada dua huruf ini, suara melebur tanpa dengung. Ketika membaca مِنْ رَبِّهِم, pembaca membiarkan suara “n” bergabung ke huruf ra’ secara cepat namun tetap terkontrol. Dengan demikian, Idgham bilaghunnah mengajarkan kecepatan yang tetap menjaga ketepatan fonetik.

Iqlab: Jalan Suara yang Berubah Arah

Iqlab berarti membalik atau mengubah suara. Ketika nun sukun atau tanwin bertemu huruf ba’, suara nun berubah menjadi mim dengan dengung. Syaikh Sa‘id al-Hadhrami berkata:

“وَالإِقْلَابُ عِنْدَ بَاءٍ قَدْ وَقَعْ، اقْلِبْهُ مِيْمًا مَعَ غُنَّةٍ تَتَّسِعْ.”
Iqlab terjadi ketika bertemu huruf ba’; baliklah suara nun menjadi mim dengan dengung yang cukup.

Transformasi ini sangat unik karena suara nun tidak dipertahankan sama sekali. Contoh yang paling terkenal adalah “أَنْبِئْهُمْ”. Tanpa mengikuti prinsip Iqlab, pembaca akan salah mengucapkannya. Namun ketika ia mempraktikkannya, suara nun berubah menjadi mim secara alami sehingga aliran suara terasa halus.

Ikhfa: Jalan Suara yang Tersamar dan Seimbang

Ikhfa berada di tengah antara Izhar dan Idgham. Hukum ini terjadi ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan 15 huruf. Pada Ikhfa, pembaca harus menyamarkan suara: tidak boleh terlalu terang seperti Izhar, tidak boleh melebur total seperti Idgham, dan tidak boleh berubah identitas seperti Iqlab.

Syaikh Sa‘id al-Hadhrami menguraikan:

“وَالْإِخْفَاءُ عِنْدَ خَمْسَةَ عَشَرْ، فَاحْفَظْ فُؤَادَكَ مِنْ خَطَإٍ وَزَلَلْ.”
Ikhfa terjadi pada lima belas huruf; jagalah hatimu dari kesalahan.

Ketika membaca أَنْزَلْنَا atau غَفُورٌ شَكُورٌ, pembaca menyamarkan suara nun dengan dengung yang terkontrol. Dengan demikian, Ikhfa menghadirkan keseimbangan antara kejelasan dan kelembutan.

Mengapa Empat Jalan Bunyi Menentukan Kualitas Bacaan?

Empat hukum tajwid ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling melengkapi seperti jalinan permata fonetik. Pembaca yang memahami empat hukum tajwid ini akan mampu menghasilkan bacaan yang lengkap: terang, melebur, berubah arah, dan tersamar. Selain itu, empat hukum ini bukan sekadar aturan teknis, tetapi juga pelajaran ruhani:

  • Izhar melatih jelasan.

  • Idgham melatih keharmonisan.

  • Iqlab mengajarkan kemampuan berubah.

  • Ikhfa melatih kelembutan dan kehati-hatian.

Dengan demikian, tajwid membentuk akhlak sekaligus bacaan.

Selain itu, penguasaan empat hukum ini memudahkan santri memasuki kajian tingkat lanjut seperti makharijul huruf, sifat-sifat huruf, dan hukum mad. Pada akhirnya, pembaca dapat melafalkan Al-Qur’an dengan keyakinan dan keindahan yang terlahir dari pemahaman tajwid yang kokoh.

Penutup

Membaca Al-Qur’an ibarat menapaki jalan cahaya. Ada kalanya suara harus terang, kemudian ada kalanya melebur, selanjutnya bisa saja berubah arah, dan pada saat lain perlu tersamar dengan lembut. Empat hukum tajwid ini menjadi kompas yang menuntun pembaca menuju ketenangan suara dan keteduhan hati. Semoga setiap huruf yang keluar dari lisan kita menjadi bukti cinta kepada wahyu, serta menjadi cahaya yang menerangi perjalanan hidup hingga akhir.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement