SURAU.CO – Di masa ketika dunia Barat masih terbungkus kegelapan dan takhayul, ketika penyakit dianggap kutukan dan pengobatan hanyalah doa tanpa ilmu, lahirlah dari peradaban Islam seorang jenius yang mengubah wajah dunia — Ibnu Sina.
Namanya terpahat dalam sejarah bukan sekadar karena kecerdasan akalnya, tetapi karena ketundukan ilmunya kepada Sang Pencipta.
Baginya, ilmu bukan untuk menantang Tuhan, melainkan menyingkap keindahan hikmah ciptaan-Nya.
𝗔𝗹-𝗤𝗮̄𝗻𝘂̄𝗻 𝗳𝗶̄ 𝗮𝗹-𝗧̣𝗶𝗯𝗯 𝗞𝗶𝘁𝗮𝗯 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗡𝘂𝗿 𝗪𝗮𝗵𝘆𝘂
Karya monumentalnya, Al-Qānūn fī al-Ṭibb, bukan hanya ensiklopedia medis.
Ia adalah perpaduan antara akal, eksperimen, dan iman.
Di dalamnya, Ibnu Sina menulis dengan pena yang menyatu antara dzikir dan logika antara penelitian dan keyakinan.
Ia membedah tubuh manusia seperti seorang ahli, namun hatinya bergetar karena ia tahu:
“𝙎𝙚𝙩𝙞𝙖𝙥 𝙤𝙧𝙜𝙖𝙣 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙩𝙖𝙣𝙙𝙖 𝙠𝙚𝙠𝙪𝙖𝙨𝙖𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙡𝙖𝙝 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙠 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 𝙙𝙞𝙘𝙞𝙥𝙩𝙖 𝙤𝙡𝙚𝙝 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙞𝙣-𝙉𝙮𝙖.”
Buku itu kemudian menyeberangi benua.
Diterjemahkan ke bahasa Latin, diajarkan di universitas-universitas Eropa selama enam abad.
Barat maju karena membaca karya umat Islam.
Ironisnya, umat Islam sendiri kemudian melupakan sumber kejayaannya — ilmu yang berakar dari tauhid.
𝗞𝗲𝘁𝗶𝗸𝗮 𝗜𝗹𝗺𝘂 𝗗𝗶𝗽𝗶𝘀𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗜𝗺𝗮𝗻
Hari ini, kita hidup di zaman ketika ilmu dibebaskan dari nilai.
Kedokteran tanpa akhlak, sains tanpa Allah, dan pendidikan tanpa tujuan akhirat.
Padahal Ibnu Sina telah menulis:
“𝙏𝙪𝙗𝙪𝙝 𝙢𝙖𝙣𝙪𝙨𝙞𝙖 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙖𝙡𝙖𝙩 𝙗𝙖𝙜𝙞 𝙟𝙞𝙬𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙚𝙣𝙖𝙡 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖.”
Inilah pesan yang harus dihidupkan kembali — bahwa belajar adalah ibadah, meneliti adalah dzikir, dan mengobati adalah jihad.
𝗪𝗮𝗿𝗶𝘀𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮𝗯𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗛𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴
Peradaban Islam tidak lahir dari pedang semata, tetapi dari pena yang disertai iman.
Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Ghazali, dan ratusan ulama-filsuf lain menulis bukan untuk kemegahan dunia, tapi untuk menyebarkan cahaya kebenaran.
Kebesaran mereka lahir dari keyakinan sederhana:
“𝙏𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙖𝙙𝙖 𝙞𝙡𝙢𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙚𝙟𝙖𝙩𝙞 𝙠𝙚𝙘𝙪𝙖𝙡𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙣𝙪𝙣𝙩𝙪𝙣 𝙠𝙚𝙥𝙖𝙙𝙖 𝘼𝙡𝙡𝙖𝙝.”
Dan di situlah kekuatan Islam berdiri bukan hanya karena ibadah, tapi karena ilmu yang disucikan oleh tauhid.
𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗨𝗺𝗮𝘁 𝗛𝗮𝗿𝗶 𝗜𝗻𝗶
Wahai umat Nabi Muhammad ﷺ,
Janganlah engkau hanya sekedar bangga dengan masa lalu, tapi hidupkan kembali semangat itu hari ini.
Bacalah, telitilah, ajarkan tapi jangan lepaskan Allah dari setiap ilmu yang kau pelajari.
Karena saat ilmu kehilangan iman, maka ia hanya menjadi racun peradaban.
Namun saat ilmu dipandu oleh wahyu, maka ia menjadi jalan menuju kemuliaan.
Inilah naluri perjuangan sejati:
𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘨𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘺𝘪𝘢𝘳, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘨𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘭𝘮𝘶 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘯𝘫𝘪 𝘵𝘢𝘶𝘩𝘪𝘥.
𝘚𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘐𝘣𝘯𝘶 𝘚𝘪𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘭𝘪𝘴, 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘭𝘪𝘵𝘪, 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘢𝘯 𝘐𝘴𝘭𝘢𝘮.
“𝗜𝗹𝗺𝘂 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗶𝗺𝗮𝗻 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗯𝘂𝘁𝗮𝗮𝗻, 𝗶𝗺𝗮𝗻 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗶𝗹𝗺𝘂 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗹𝗲𝗺𝗮𝗵𝗮𝗻.” 𝗜𝗯𝗻𝘂 𝗦𝗶𝗻𝗮, 𝗔𝗹-𝗤𝗮𝗻𝘂𝗻 𝗳𝗶 𝗮𝗹-𝗧𝗶𝗯𝗯
Dalam Islam manusia hidup dengan kepastian Wahyu sebagai tuntunannya bukan sebaliknya semata hidup dengan kedangkalan akal manusia yang terbatas dan hidup dengan pola coba-coba, opini dan trend yang akan menghabiskan waktu tanpa mendapatkan hakikat hidup mulia sebagai manusia makluk yang sempurna.
Apapun kendala manusia akan diingatkan oleh Wahyu Allah yang selalu hidup dialam semesta yang luas ini.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
(QS. Az-Zumar [39]: 9).
𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮: Allah meninggikan derajat orang berilmu dan menegaskan keutamaan ilmu atas kebodohan.
Jalan Untuk Derajat Tinggi Di Sisi Allah
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Juga Berfirman:
> يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujādilah [58]: 11)
𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮: Ilmu adalah jalan untuk derajat tinggi di sisi Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Rasulullah ﷺ Bersabda:
> طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim.”
(HR. Ibnu Mājah, no. 224)
𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮: Menuntut ilmu terutama ilmu agama bukan sekadar anjuran, tapi kewajiban bagi setiap Muslim, laki-laki maupun perempuan.
> مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim, no. 2699)
𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮: Menuntut ilmu bukan hanya amal duniawi, tetapi jalan menuju surga.
Jangan Hanya jadi Penonton Jadilah Penyampai Kebenaran
Rasulullah ﷺ Bersabda:
“𝗦𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶𝗸𝘂 𝘄𝗮𝗹𝗮𝘂 𝘀𝗮𝘁𝘂 𝗮𝘆𝗮𝘁.” ( HR. Bukhari)
> إِذَا مَاتَ الْإِنسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَnفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga: 𝘀𝗲𝗱𝗲𝗸𝗮𝗵 𝗷𝗮𝗿𝗶𝘆𝗮𝗵, 𝗶𝗹𝗺𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗮𝗻𝗳𝗮𝗮𝘁, 𝗱𝗮𝗻 𝗮𝗻𝗮𝗸 𝘀𝗮𝗹𝗲𝗵 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝗱𝗼𝗮𝗸𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮.”
(HR. Muslim, no. 1631)
𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮: Ilmu yang bermanfaat dan diajarkan kepada orang lain akan menjadi pahala yang terus mengalir, bahkan setelah wafat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
> فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“𝗠𝗮𝗸𝗮 𝗻𝗶𝗸𝗺𝗮𝘁 𝗧𝘂𝗵𝗮𝗻𝗺𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗻𝗮𝗸𝗮𝗵 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝗱𝘂𝘀𝘁𝗮𝗸𝗮𝗻?” (QS. Ar-Rahmān [55]: 13)
> وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah [9]: 112)
𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮: Allah memerintahkan Rasul ﷺ dan para dai untuk menyampaikan kabar gembira (busyra) kepada orang beriman bahwa mereka akan memperoleh ampunan, rahmat, dan surga.
> قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا ۚ هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus [10]: 58).
𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮: Karunia Allah (iman dan Al-Qur’an) adalah sumber kebahagiaan sejati, bukan harta dunia. Maka menyebarkan kabar gembira tentang petunjuk Allah adalah bentuk syukur dan dakwah yang menumbuhkan harapan.
𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗕𝗲𝗿𝘀𝗲𝗱𝗶𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗕𝗲𝗿𝗽𝘂𝘁𝘂𝘀 𝗔𝘀𝗮
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
> وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu lemah dan janganlah bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 139).
𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮: Allah meneguhkan hati kaum mukmin agar tetap tegar dan optimis, karena kemuliaan sejati ada pada keimanan, bukan pada keadaan duniawi.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga Berfirman:
> قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar [39]: 53).
𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮: Ini adalah ayat pengharapan terbesar dalam Al-Qur’an. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni, selama hamba mau kembali kepada-Nya.
Optimisme, Ampunan dan Rahmat Allah
Rasūlullāh ﷺ Bersabda:
> بَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا، وَيَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا
“Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari; mudahkanlah dan jangan mempersulit.”
(HR. al-Bukhārī & Muslim)
𝗠𝗮𝗸𝗻𝗮: Dakwah Islam harus penuh kasih dan harapan menyebarkan optimisme, ampunan, dan rahmat Allah, bukan keputusasaan.
Seruan Dakwah:
“Sampaikan kabar gembira kepada umat bahwa Rahmat Allah tak pernah tertutup bagi siapa pun yang mau kembali. Jangan bersedih, jangan putus asa. Karena selama napas masih ada, pintu ampunan-Nya tetap terbuka.” Hijrahlah segera kembalilah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sepenuh hati agar mendapatkan hakikat hidup yang sebenarnya sebelum nafas berhenti. Tegakkan Hukum Allah di Negeri ini agar Rahmat Allah tidak berganti dengan Kemurkaan Allah atas Umat yang lalai dan menyekutukan-Nya dengan selain dari Apa yang diperintahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an dan As Sunnah sebagaimana yang diwariskan Rasūlullāh ﷺ.
𝗗𝗲𝘀𝗮𝗸 𝗠𝗨𝗜 𝗦𝗲𝗴𝗲𝗿𝗮 𝗕𝗲𝗿𝘁𝗶𝗻𝗱𝗮𝗸!
𝘒𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝙛𝙖𝙩𝙬𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙢 𝙙𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 karena menjaga akidah 245 juta umat Islam adalah amanah MUI yang hidup dan dibiayai dari pajak dan harta Umat dari hak kekayaan SDA negeri ini!.
Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim — Sumber pertama segala ilmu dan petunjuk. Di dalamnya termaktub ayat-ayat tentang penciptaan, hikmah, dan keharusan berpikir. Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
> “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”(QS. Ali ‘Imran [3]: 190)
- As-Sunnah an-Nabawiyyah — Petunjuk hidup yang menjelaskan makna Al-Qur’an dalam tindakan. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR. Muslim)
- Ibnu Sina – Al-Qānūn fī al-Ṭibb “Karya agung yang meneguhkan bahwa ilmu pengobatan adalah ibadah dan jalan mengenal Allah.”
-
Seyyed Hossein Nasr – Science and Civilization in Islam “Menyingkap bagaimana peradaban Islam membangun sains tanpa memutus hubungan dengan wahyu.”
-
Dimitri Gutas – Avicenna and the Aristotelian Tradition “Menggambarkan kejernihan logika Ibnu Sina, yang menundukkan akal di bawah cahaya iman.”
-
Syed Muhammad Naquib al-Attas – Islam and Secularism “Seruan keras agar ilmu dikembalikan ke pangkuan tauhid, bukan tunduk pada sekularisme Barat.”
-
Al-Ghazali – Tahāfut al-Falāsifah “Karya yang menegaskan bahwa filsafat harus melayani kebenaran wahyu, bukan menggantikannya.”
-
Fazlur Rahman – Avicenna’s Psychology “Menyelami sisi ruhani dan psikologi Ibnu Sina, tentang jiwa, kesadaran, dan tujuan akhir manusia.”
-
Majid Fakhry – A History of Islamic Philosophy Menelusuri “perjalanan para pemikir Muslim yang menjadikan akal sebagai hamba kebenaran, bukan tuannya.”
Sebarkan dakwah ini di setiap majelis, grup, dan media. Karena satu kalimat haq bisa membongkar seribu dusta globalisme dan pesan ini agar sampai kepada MUI untuk segera jujur.
Dan kembali pada Akhidah Islam sesuai dengan Simbol Islam yang dilembagakannya atau menanggalkan simbol keulamaan lembaga MUI saat ini demi kemurnian Akhidah Islam agar tidak dinistakan sebagaimana kewajiban setiap umat Islam untuk menjaganya.
𝙂𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙩𝙪 𝘽𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙃𝘼𝙈𝘼 𝙋𝙊𝙇𝙄𝙏𝙄𝙆 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙎𝙚𝙠𝙪𝙡𝙚𝙧 𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙋𝘼𝙂𝘼𝙉 𝙔𝙪𝙣𝙖𝙣𝙞 𝙆𝙐𝙉𝙊𝙆𝙐𝙉𝙊. Islam — Sumber Ilmu Pengetahuan dan Cahaya Akhir Zaman. (Rahmat Daily)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
