Ibadah
Beranda » Berita » Ilmu Langsung Dari Allah Bukan Dari Manusia

Ilmu Langsung Dari Allah Bukan Dari Manusia

Ilmu Langsung Dari Allah Bukan Dari Manusia
Ilmu Langsung Dari Allah Bukan Dari Manusia

SURAU.CO. Ilmu yang diterima langsung dari Allah tanpa perantara manusia (guru, ulama, dsb.) disebut orang sebagai Ilmu Laduni. Istilah ini berasal dari Al-Qur’an, Surah Al-Kahfi ayat 65. Ayat ini menceritakan bahwa Nabi Musa bertemu dengan seorang hamba Allah (yang secara luas diyakini sebagai Nabi Khidir). Allah berfirman: “lalu Kami berikan kepadanya rahmat yang besar dari sisi Kami, dan Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” Kami berikan kepadanya rahmat yang besar dari sisi Kami. Ayat tersebut menggunakan kata Arab min ladunna (dari sisi Kami/dari hadirat Kami).

Oleh karena itu, Ilmu Laduni merujuk pada pengetahuan ilhamiah atau intuitif. Tuhan memberikan pengetahuan tersebut secara langsung kepada hamba-hamba-Nya yang saleh dan terpilih. Seseorang tidak memperoleh pengetahuan itu melalui pembelajaran akademis biasa atau penalaran logis. Sebaliknya, ia memperolehnya melalui anugerah spiritual murni. Ilmu ini menekankan anugerah langsung dari Yang Maha Kuasa.

Allah SWT memberikan ilmu laduni langsung tanpa proses belajar konvensional. Allah menganugerahkan pengetahuan ini kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Orang yang menerima ilmu laduni biasanya memiliki hati yang bersih. Ketakwaan menolong seseorang mencapai tahap spiritual ini. Perjuangan spiritual (mujahadah) mendukung perolehan ilmu tersebut.

Ciri-ciri dan asal-usul ilmu laduni

  • Anugerah langsung dari Allah: Ilmu ini datang tanpa melalui perantara belajar seperti membaca buku atau mengikuti pendidikan formal.
  • Berasal dari sisi Allah: Istilah ini merujuk pada firman Allah dalam QS. Al-Kahfi ayat 65: “wa’allamnāhu min ladunnā ‘ilman” (dan Kami telah mengajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami).
  • Diberikan kepada hamba terpilih: Ilmu laduni umumnya diberikan kepada para nabi dan wali yang memiliki kedekatan spiritual dengan Allah.
  • Bukan untuk kemaksiatan: Karena bersumber dari Allah yang Maha Bijaksana, ilmu laduni tidak akan menjerumuskan seseorang kepada kemaksiatan.

Cara mendapatkan ilmu laduni

  • Bukan hal yang bisa dicari secara instan: Ilmu ini bukanlah sesuatu yang bisa didapatkan dengan cara instan atau hanya dengan berkhayal.
  • Memerlukan perjuangan: Seseorang harus bersungguh-sungguh (mujahadah) di jalan Allah dan tekun dalam belajar, mengamalkan. Serta menjauhi maksiat untuk mendapatkan ilmu ini sebagai bonus dari Allah.
  • Mengamalkan ilmu yang sudah ada: Menurut sebuah hadis yang dikutip, Allah akan memberikan ilmu laduni kepada orang yang telah mengamalkan ilmu yang diketahuinya.

Perluasan pemahaman

  • Bisa mencakup hal biasa dan gaib: Beberapa ulama berpendapat ilmu laduni bisa mencakup pengetahuan tentang hal-hal gaib maupun hal-hal biasa yang bisa diperoleh secara konvensional.
  • Tidak bertentangan dengan syariat: Ilmu laduni tidak bertentangan dengan ilmu syariat yang diajarkan, bahkan seringkali hasilnya berkaitan dengan hukum agama, syariah, fikih, akidah, dan akhlak.

Filosofi

Filosofi yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan berasal langsung dari Tuhan, dan bukan sepenuhnya dari upaya manusia, adalah inti dari banyak tradisi keagamaan dan aliran filsafat tertentu. Konsep ini biasanya dikenal sebagai  wahyu atau ilham. Filosofi bahwa ilmu pengetahuan berasal langsung dari Allah adalah keyakinan mendasar dalam teologi dan spiritualitas, yang menempatkan wahyu dan ilham sebagai sumber pengetahuan tertinggi. Ini adalah cara pandang yang valid dalam kerangka keyakinan iman, namun berbeda dengan epistemologi (cara memperoleh pengetahuan). Yang digunakan dalam metode ilmiah modern yang berfokus pada peran aktif manusia dalam penyelidikan empiris. Di bawah ini adalah rincian mengenai filosofi ini dalam berbagai konteks:

  1. Perspektif Agama (Islam dan Kristen/Yudaisme)

Dalam banyak agama Abrahamik, Tuhan menyampaikan wahyu ilahi melalui para nabi atau kitab suci, yang merupakan sumber utama ilmu pengetahuan langsung dari-Nya.

Tidak Shalat Jum’at Karena Hujan; Apa Hukumnya?

  • Wahyu: Umat manusia meyakini Tuhan telah menurunkan pengetahuan fundamental mengenai ketuhanan dan moralitas secara langsung kepada mereka. Umat manusia meyakini bahwa Tuhan telah mengajarkan mereka tujuan hidup dan hukum alam. Melalui perantara (seperti malaikat) atau secara langsung kepada para utusan.
  • Kitab Suci: Umat beragama menganggap teks-teks seperti Al-Qur’an, Taurat, dan Alkitab berisi kebenaran mutlak dan ilmu yang berasal dari sumber ilahi. Kebenaran dan ilmu dalam teks-teks suci tersebut melampaui kemampuan nalar manusia biasa.
  • Ilham/Intuisi: Selain wahyu formal, banyak tradisi mistik (seperti Sufisme dalam Islam) menekankan bahwa Tuhan dapat memberikan pengetahuan atau “ilham” langsung ke dalam hati atau pikiran individu yang saleh melalui pencerahan spiritual atau intuisi.
  1. Perspektif Filosofis

Beberapa filsuf juga mengeksplorasi gagasan ini, meskipun sering kali dalam bentuk yang berbeda dari doktrin agama yang ketat:

  • Platonisme/Neoplatonisme: Filsuf seperti Plato mengajukan teori “bentuk” (ideas) yang abadi dan sempurna, yang merupakan sumber pengetahuan sejati. Meskipun tidak secara eksplisit “Allah” dalam pengertian agama modern, sumber pengetahuan ini bersifat transenden (melampaui dunia fisik). Kita dapat mengaksesnya melalui akal budi atau ingatan jiwa (reminiscence).
  • Epistemologi Rasionalis: Beberapa rasionalis mempercayai bahwa manusia secara alami memiliki ide-ide bawaan sejak lahir. Manusia tidak memperoleh ide-ide bawaan tersebut melalui pengalaman indrawi. Para rasionalis mungkin menganggap ide-ide ini sebagai jejak penciptaan. Rasionalis juga menganggap ide-ide ini sebagai anugerah dari Tuhan. Descartes mengusulkan pandangan ini.
  1. Sanggahan dan Perspektif Ilmu Pengetahuan Modern

Filosofi ini bertentangan dengan pandangan dominan dalam sains dan filsafat sekuler modern, yang menekankan bahwa ilmu pengetahuan adalah produk dari:

  • Pengamatan Empiris: Mengumpulkan data melalui indra dan eksperimen.
  • Nalar dan Logika: Menganalisis data, membentuk hipotesis, dan menguji teori.
  • Proses Sosial: Ilmu pengetahuan berkembang melalui diskusi kritis, peer review, dan akumulasi pengetahuan lintas generasi manusia.  

(mengutip dari berbagai sumber)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement