SURAU.CO-Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari, melalui Kitab Al-Hikam menjelaskan,
“Di antara tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt. kepada kita adalah Dia menghijab kita dari diri-Nya dengan sesuatu yang tidak ada bersama-Nya.”
Alam semesta ini secara hakikat adalah sesuatu yang tidak ada bersama Allah Swt. Betapa menakjubkan, Allah menunjukkan kekuasaan dan kemahaperkasaan-Nya dengan menghijab (menutupi) kita dari diri-Nya sendiri menggunakan sesuatu yang fana.
Sebelumnya telah kita bahas bahwa alam semesta memantulkan keindahan Illahi. Oleh karena itu, siapa pun yang melihat alam—tetapi gagal melihat Allah Swt. di dalamnya—maka mata hatinya buta, dan cahaya jiwanya padam. Sebaliknya, marilah kita perhatikan: gunung-gunung yang menjulang, angin yang berhembus kencang, pergantian siang dan malam, debur ombak pantai, dan banyak lagi, semua ini adalah gambaran nyata dari kekuasaan-Nya. Jika kita tidak mampu merenungkan hal-hal ini, berarti kita telah terhijab dari-Nya.
Pertanyaan Retoris Syekh Ibnu Atha’illah
Syekh Ibnu Atha’illah kemudian mengajukan serangkaian pertanyaan retoris yang menggugah:
“Bagaimana mungkin kita membayangkan bahwa Allah Swt. terhijab oleh sesuatu, padahal Dia-lah yang menampakkan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Dia terhijab oleh sesuatu, padahal Dia tampak di, dalam, untuk, dan sebelum segala sesuatu? Bagaimana mungkin Dia terhijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih tampak dari segala sesuatu? Bagaimana mungkin Dia terhijab oleh sesuatu, padahal Dia adalah Dzat Yang Maha Esa dan tidak ada sesuatu pun yang bersama-Nya? Bagaimana mungkin Dia terhijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepada kita dari segala sesuatu? Bagaimana mungkin Dia terhijab oleh sesuatu, padahal jika bukan karena-Nya, maka segala sesuatu tidak akan pernah ada? Sungguh menakjubkan, bagaimana wujud yang baru bisa ada di dalam ketiadaan, dan bagaimana sesuatu yang baru bisa disandingkan dengan Yang Maha Terdahulu (Qidam)?”
Akal sehat kita tidak akan pernah bisa membayangkan bahwa Allah Swt., Sang Pencipta segala sesuatu, dapat dihalangi oleh makhluk ciptaan-Nya sendiri. Pemikiran ini adalah kemustahilan yang hanya dapat dipercayai oleh orang-orang yang akalnya bermasalah. Bagi kita yang berakal sehat, kita menolak anggapan tersebut.
Akal Sehat Tidak Akan Membayangkan Allah Terhijab
Pertama, Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari menerangkan terkait kemustahilan hijab oleh penampakan kekuasaan: Bagaimana mungkin akal sehat membayangkan Dia terhijab oleh segala sesuatu yang justru menampakkan kekuasaan-Nya? Allah hadir di setiap sesuatu (makhluk), di dalamnya, dan untuknya, melalui sifat-sifat-Nya yang menunjukkan jati diri-Nya. Misalnya, jika kita melihat seorang ibu yang mengasihi dan menyayangi anak-anaknya, maka kita harus menyadari bahwa kasih sayang Allah jauh melampaui semua itu. Kemudian Syekh Ibnu Atha’illah mencontohkan, jka kita melihat seorang yang dermawan dan memberikan hartanya tanpa ragu, maka kita harus tahu bahwa Allah jauh lebih Dermawan daripada orang itu.
Kedua, terdapat kemustahilan hijab oleh keterdahuluan-Nya. Syekh Ibnu Atha’illah menejelaskan, akal sehat tidak akan membayangkan Dia terhijab, padahal Dia adalah Dzat yang ada pertama kali, dan tidak ada sesuatu pun sebelum-Nya. Dia adalah Yang Awal dan Yang Akhir. Semua kekuasaan dan kehendak berada di tangan-Nya. Jika Dia menghendaki sesuatu, Dia cukup berfirman, “Jadilah,” maka ia pun terjadi.
Ketiga, yakni kemustahilan hijab oleh kemahakuasaan-Nya. Syekh Ibnu Atha’illah menerangkan bahwa bagaimana mungkin kita membayangkan Dia terhijab oleh sesuatu, padahal Dia adalah Dzat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu? Kita bisa menyebutkan satu per satu makhluk di semesta ini, namun tidak ada satu pun yang mampu melampaui kekuasaan-Nya. Bagaimana mungkin seorang makhluk mampu melampaui kekuasaan Sang Khaliq? Logika kita menolak pernyataan ini.
KemustahilanHijab oleh Keesaan-Nya
Keempat, kemustahilan hijab oleh ke-Esa-an-Nya. Syekh Ibnu Atha’illah berpendapat Bagaimana akal sehat membayangkan Dia terhijab, padahal Dia adalah Dzat Yang Maha Esa? Dia Tunggal, dan tidak ada seorang pun yang bersama-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Ini sangat berbeda dengan keyakinan lain yang sulit diterima oleh logika.
Kelima terkait kemustahilan hijab oleh kedekatan-Nya. Bagaimana mungkin kita membayangkan Dia terhijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepada hamba dan makhluk-Nya daripada segala sesuatu? Dia selalu mengawasi kita setiap saat. Dia mengetahui segala sesuatu yang kita kerjakan. Bahkan, Dia bisa melihat semut hitam di kegelapan malam dan mengetahui debu kecil yang beterbangan. Oleh karena itu, Dia tidak mungkin terhijab oleh sesuatu yang berada di bawah kuasa-Nya.
Terakhir, kemustahilan hijab oleh keberadaan-Nya.Bagaimana mungkin kita membayangkan Dia terhijab oleh sesuatu, padahal jika bukan karena diri-Nya, sesuatu itu tidak akan pernah ada? Bagaimana Dia akan terhijab oleh makhluk, padahal makhluk itu adalah ciptaan-Nya? Bagaimana mungkin Dia terhijab oleh setan, padahal setan itu adalah makhluk-Nya yang berada di bawah kekuasaan-Nya? Jika Dia berfirman, “Mati,” maka semuanya akan mati.
Wujud yang Sebenarnya Adalah Wujud Allah
Sungguh menakjubkan. Bagaimana mungkin sesuatu yang awalnya tidak ada, kemudian Dia ciptakan, lalu sesuatu itu bisa menempati posisi Dzat Yang Maha Berdiri Sendiri dan Maha Awal? Dan, bagaimana mungkin sesuatu yang baru (hadits) bisa kita sandingkan dengan sesuatu yang bersifat terdahulu (qidam)? Ini adalah kemustahilan yang nyata.
Kita harus ingat bahwa wujud yang sebenarnya adalah wujud Allah Swt. Sedangkan kita dan seluruh makhluk-Nya adalah sesuatu yang Dia ciptakan, dan kita berada di bawah genggaman-Nya. Wujud kita sesungguhnya sama dengan ketiadaan; kita tidak memiliki kuasa apa pun. Bahkan jika kita seorang raja atau penguasa, kekuasaan itu hanyalah pinjaman belaka, dan Pemiliknya berhak mengambilnya suatu hari nanti, sebagaimana halnya nyawa yang ada di dalam diri kita.(St.Diyar)
Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
