Surau.co. Pembahasan mengenai 20 sifat wajib bagi Allah selalu menjadi fondasi utama dalam aqidah Ahlusunah wal Jamaah, khususnya dalam tradisi Asy‘ariyah yang berkembang luas di pesantren. Kitab ‘Aqīdatu al-‘Awām karya Syaikh Ahmad al-Marzuqī al-Mālikī menjadi salah satu pedoman klasik yang mudah dipelajari, namun memuat prinsip teologis yang kokoh. Penjelasan mengenai sifat-sifat Allah tidak hanya berfungsi sebagai teori keilmuan, tetapi juga sebagai dasar spiritual yang menenangkan batin seorang muslim.
Dalam konteks modern, pemahaman tentang ketuhanan sering bercampur dengan opini pribadi. Karena itu, kembali kepada struktur aqidah yang teruji sepanjang sejarah menjadi kebutuhan mendesak. Dengan memahami 20 sifat wajib bagi Allah melalui pendekatan Asy‘ariyah, seorang muslim dapat membangun pandangan tauhid yang lurus, moderat, dan selaras dengan tradisi ulama salaf. Artikel ini menawarkan pembahasan akademik-populer yang tetap ringan, memadukan dalil, kutipan kitab klasik, dan narasi keislaman yang hangat.
Landasan Teologis: Mengapa Membahas Sifat-Sifat Allah Itu Penting?
Sejak awal, para teolog muslim menempatkan pembahasan sifat-sifat Allah sebagai cara untuk mengenal Tuhan tanpa terjebak pada gambaran yang keliru. Allah menegaskan dalam Al Qur’an :
﴿قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ﴾
“Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al-Ikhlash: 1–4)
Ayat ini menjadi pijakan utama bahwa Allah berbeda dari makhluk-Nya. Perbedaan ini harus dipahami secara ilmiah melalui sifat-sifat wajib yang melekat pada-Nya. Ketika seseorang memahami sifat tersebut dengan benar, hatinya akan semakin yakin pada ketuhanan Allah dan semakin jauh dari keyakinan yang menyimpang.
Syaikh Ahmad al-Marzuqī memberikan pengantar yang indah dalam ‘Aqīdatu al-‘Awām:
«فَاعْلَمْ بِوُجُوبِ مَعْرِفَةِ الْعَقَائِدِ الدِّينِيَّةِ»
“Ketahuilah kewajiban memahami pokok-pokok aqidah agama.”
Pernyataan ini menunjukkan bahwa mempelajari sifat-sifat Allah bukan pilihan, tetapi kewajiban bagi setiap muslim.
Sifat-Sifat Wajib bagi Allah: Kerangka Tauhid dalam Asy‘ariyah
Dalam tradisi Asy‘ariyah, ulama merumuskan 20 sifat wajib bagi Allah yang terdiri dari empat kelompok: sifat nafsiyah, salbiyah, ma‘ani, dan ma‘nawiyah. Pemahaman sistematis ini membantu seorang muslim mengenal Tuhan secara teratur dan terhindar dari gambaran yang menyerupai makhluk.
- Sifat Nafsi: Wujud
Sifat pertama adalah wujud, yang berarti keberadaan Allah. Allah berfirman dalam al Qur’an:
﴿اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ﴾
“Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup dan terus mengurus makhluk-Nya.” ( QS. Al-Baqarah: 255)
Keberadaan Allah bersifat pasti, tidak membutuhkan pencipta, tidak memiliki permulaan, dan tidak memiliki akhir. Para ulama menegaskan bahwa wujud Allah tidak serupa dengan wujud makhluk.
Sifat Salbiyah: Sifat yang Menafikan Kekurangan
Sifat salbiyah berfungsi untuk menegaskan bahwa Allah suci dari segala sifat yang bernuansa kekurangan atau keterbatasan. Dalam Asy‘ariyah, terdapat lima sifat salbiyah.
- Qidam (Terdahulu tanpa permulaan)
Qidam menunjukkan bahwa Allah sudah ada sebelum segala sesuatu tercipta. Allah berfirman:
﴿هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ﴾
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir.” (QS. Al-Hadid: 3)
Sifat ini menjaga akidah seorang muslim dari anggapan bahwa Allah memiliki awal sebagaimana makhluk.
- Baqa’ (Kekal selamanya)
Keberadaan Allah tidak akan berakhir. Kekekalan ini menunjukkan kesempurnaan-Nya. Semua makhluk akan binasa, sedangkan Allah tetap ada.
- Mukhalafatu lil-hawadits (Berbeda dari segala makhluk)
Syaikh al-Marzuqī menjelaskan:
«وَأَنَّهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ»
“Dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.”
Kalimat ini merujuk pada QS. Asy-Syura: 11. Sifat ini mencegah seorang muslim membayangkan Allah dengan bentuk atau rupa tertentu.
- Qiyamuhu binafsih (Berdiri sendiri)
Allah tidak membutuhkan tempat, arah, atau penopang. Semua makhluk membutuhkan sesuatu, sedangkan Allah Maha Mandiri.
- Wahdaniyah (Ke-Esa-an)
Ke-Esa-an Allah mencakup zat, sifat, dan perbuatan. Seseorang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dalam seluruh aspek keesaan-Nya.
Sifat Ma‘ani: Kekuasaan dan Kesempurnaan Allah
Sifat ma‘ani berjumlah tujuh. Sifat-sifat ini menunjukkan kemampuan Allah yang sempurna.
- Qudrah (Kuasanya Allah)
Segala sesuatu berada dalam kekuasaan Allah. Tidak ada peristiwa terjadi tanpa kehendak dan izin-Nya.
- Iradah (Kehendak)
Setiap kejadian berlangsung karena kehendak Allah, bukan karena kebetulan. Allah berfirman:
﴿وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ﴾
“Kalian tidak bisa berkehendak kecuali Allah berkehendak.” (QS. Al-Insan: 30)
- Ilmu (Pengetahuan)
Allah mengetahui segala sesuatu secara sempurna. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Bahkan lintasan hati pun diketahui oleh Allah.
- Hayat (Kehidupan)
Allah hidup dengan kehidupan yang sempurna dan tidak bergantung pada makhluk.
- Sama’ (Mendengar)
Pendengaran Allah meliputi segala sesuatu. Tidak ada suara yang terlalu kecil atau tersembunyi bagi Allah.
- Bashar (Melihat)
Penglihatan Allah sempurna. Tidak ada batas, tidak ada arah.
- Kalam (Berbicara)
Allah berbicara dengan kalam qadim, bukan seperti suara manusia. Dalam tradisi Ahlusunah, kalam Allah tidak menyerupai ucapan makhluk.
Sifat Ma‘nawiyah: Konfirmasi dari Sifat Ma‘ani
Sifat ma‘nawiyah berjumlah tujuh, menjadi konsekuensi dari sifat ma‘ani. Misalnya, ketika dikatakan Allah memiliki sifat Qudrah, maka sifat ma‘nawiyahnya adalah “Allah Maha Berkuasa”. Semua sifat ma‘nawiyah memperkuat keyakinan seorang muslim bahwa Allah Maha Sempurna dalam segala segi.
Mengapa 20 Sifat Wajib Penting dalam Tradisi Asy‘ariyah?
Penyusunan 20 sifat ini bukan sekadar pengelompokan teologis. Ulama Asy‘ariyah sejak abad pertengahan menyusunnya sebagai jalan mudah untuk memahami ketuhanan tanpa menabrak batas syariat. Sifat-sifat tersebut mengokohkan tauhid dan menjauhkan umat dari sikap yang menyerupakan Allah dengan makhluk.
Hal ini menegaskan perbedaan total antara Sang Khalik dan makhluk. Ketika seseorang memahami 20 sifat wajib, hatinya akan semakin yakin bahwa Allah Maha Sempurna dalam segala aspek, dan tidak ada satu pun makhluk yang memiliki sifat seperti-Nya.
20 Sifat Wajib sebagai Jalan Spiritual
Mempelajari sifat-sifat Allah bukan hanya urusan akal, tetapi juga perjalanan hati. Tafakur menjadi lebih dalam ketika seseorang mengenal Tuhan melalui sifat-Nya. Pada saat memahami bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar, seorang muslim semakin berhati-hati dalam bertindak. Ketika memahami bahwa Allah Maha Baqa’, dirinya merasa tenang menghadapi perubahan dunia.
Pemahaman tauhid Asy‘ariyah yang terstruktur membantu seseorang mengembangkan spiritualitas yang stabil. Seseorang tidak hanya menyembah Allah, tetapi juga mengenal-Nya.
Penutup
Menyelami 20 sifat wajib bagi Allah berarti memasuki taman keindahan tauhid. Setiap sifat membuka pintu pemahaman baru tentang kesempurnaan Allah. Dari sifat wujud hingga sifat kalam, semua mengarahkan hati menuju ketundukan total. Tradisi Asy‘ariyah menjaga kemurnian aqidah umat dengan menunjukkan bahwa mengenal Allah adalah keharusan, bukan pilihan.
Ketika seorang muslim memahami sifat-sifat Allah, hatinya akan semakin bersandar kepada-Nya. Tidak ada keresahan yang tak menemukan pelabuhan, dan tidak ada kegelisahan yang tak menemukan penawarnya. Karena itu, ilmu tauhid selalu menjadi cahaya awal yang menerangi jalan kehidupan.
Semoga pembahasan ini menghidupkan kembali kecintaan kepada ilmu aqidah dan menumbuhkan keyakinan yang kuat, jernih, dan menenangkan. Sebab setiap pencarian selalu berujung pada keesaan Allah, dan setiap hati yang kembali akan menemukan kedamaian dalam tauhid.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
