SURAU.CO. Kufur Nikmat Sifat Mengabaikan Karunia Allah. Orang yang kufur nikmat bersikap tidak bersyukur dan mengingkari karunia Allah; ia tidak mengakui nikmat berasal dari-Nya atau menggunakannya untuk hal-hal yang dilarang. Sifat ini merupakan kebalikan dari syukur dan dapat berwujud pengingkaran secara hati, lisan, maupun perbuatan, bahkan dapat menyebabkan hilangnya nikmat atau datangnya azab.
Filosofi “kufur nikmat” menjelaskan sifat mengabaikan atau mengingkari karunia Allah. Sifat kufur nikmat menyebabkan seseorang tidak sadar bahwa segala yang dimilikinya berasal dari-Nya; oleh sebab itu, ia sering lupa bersyukur. Akibatnya, ia menggunakannya untuk maksiat. Sifat ini membawa konsekuensi negatif seperti hilangnya nikmat, hati menjadi keras, terputusnya hubungan dengan Allah, serta mendatangkan azab dan petaka. Seseorang menunjukkan syukur dengan menggunakan nikmat untuk ketaatan dan kebaikan, yang merupakan lawan dari kufur nikmat. Seseorang yang kufur nikmat tidak mengakui bahwa segala kenikmatan (harta, kesehatan, waktu luang, dll.) adalah anugerah dari Allah SWT.
Sikap kufur nikmat dapat mengundang musibah, kegelisahan, dan petaka. Seseorang yang kufur nikmat cenderung tidak peka dan tidak menghargai nikmat sekecil apapun. Allah bisa memberikan kenikmatan duniawi kepada orang yang kufur nikmat, namun itu merupakan jebakan (istidraj) agar semakin menjauh dari-Nya.
Allah SWT memberikan ancaman azab pedih akibat dari sifat kufur nikmat; selain itu, nikmat yang sudah ada dapat dicabut, hati menjadi keras dan sulit bersyukur, serta rasa puas dalam hidup akan hilang. Sikap ini juga dapat membuat seseorang merasa tidak puas dan hidupnya menjadi sempit serta sulit. Kufur nikmat dapat mendatangkan azab yang sangat pedih di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, Allah SWT dapat mencabut nikmat yang telah diberikan kepada orang yang tidak bersyukur, bahkan nikmat tersebut bisa berubah menjadi bencana. Sifat ini membuat hati menjadi keras, sulit menerima kebenaran, enggan bersyukur, dan cenderung berbuat maksiat, serta sulit tersentuh nasihat baik.
Pengertian kufur nikmat
Pertama, Secara harfiah: Lawan dari “syukur” adalah “kufur” yang berarti penolakan atau ketidaksyukuran.
Kedua, Secara istilah: Pada dasarnya, orang yang kufur nikmat adalah mereka yang menolak atau tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Ketiga, Penolakan atas karunia: Seseorang yang kufur nikmat tidak menganggap bahwa kesuksesan dan nikmat lain dalam hidup adalah anugerah dari Allah, melainkan hasil usahanya semata, 2, 4.
Keempat, Bentuk pengingkaran: Seseorang dapat mengingkari dengan hati (tidak mengakui), lisan (tidak memuji), dan anggota tubuh (tidak menggunakannya untuk hal yang baik).
Contoh kufur nikmat
- Orang-orang menyalahgunakan nikmat karunia Allah (harta, kesehatan, waktu) untuk kemaksiatan, seperti berzina, berjudi, atau memerangi dakwah Islam.
- Kikir dan sombong, serta menutup atau menyembunyikan nikmat dari orang lain.
- Menggunakan nikmat untuk hal yang sia-sia atau menghambur-hamburkannya.
Konsekuensi kufur nikmat
Pertama, Hilangnya nikmat duniawi maupun ukhrawi: Allah dapat mencabut nikmat tersebut jika seseorang memiliki sikap kufur nikmat, yang merupakan penyakit hati serius.
Kedua, Ancaman azab pedih: Allah telah memperingatkan bahwa azab-Nya sangat pedih bagi orang yang mengingkari nikmat-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ibrahim:7.
Ketiga, Tidak tergolong sebagai hamba yang bersyukur: Sikap kufur nikmat menghalangi seseorang meraih ketenangan hati dan keberkahan hidup; oleh karena itu, rasa syukur sangat diperlukan.
Cara menghindari kufur nikmat
Pertama, Melihat ke bawah: Mengingat sabda Nabi Muhammad SAW, “Lihatlah orang di bawah kalian. Jangan melihat orang di atas kalian. Itu lebih baik agar kalian tidak mengingkari nikmat Allah,” (HR. Muslim).
Kedua, Bersyukur dalam hati, lisan, dan perbuatan: Seseorang harus mewujudkan syukur dengan menggunakan nikmat untuk ketaatan dan kebaikan, tidak hanya mengucapkannya secara lisan.
Ketiga, Menghargai hal-hal kecil: Penting untuk menyadari bahwa napas, waktu luang, dan kesehatan adalah nikmat besar yang patut kita syukuri.
(mengutip dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
