Surau.co. Dalam tradisi tasawuf, para ulama sering menggambarkan iman sebagai sebuah burung yang hanya dapat terbang dengan dua sayap. Sayap pertama adalah sabar, dan sayap kedua adalah syukur. Gagasan ini tidak hanya indah, tetapi juga sangat relevan bagi manusia modern yang terus bergulat dengan berbagai dinamika hidup. Dalam Al-Mawā‘iẓ al-‘Ushfuriyyah karya Syaikh Muhammad bin Abdurrahman al-‘Ushfūrī, makna sabar dan syukur dipaparkan dengan pendekatan hikmah yang sederhana, menyentuh, dan aplikatif untuk kehidupan sehari-hari.
Artikel ini mengajak pembaca memperdalam dua pilar keimanan tersebut melalui pendekatan Qur’ani, hadits, dan kebijaksanaan ulama klasik. Dengan gaya akademik populer, pembahasan menghadirkan narasi mengalir yang memperkuat optimisme spiritual serta relevansi praktis bagi pembaca media digital.
Makna Sabar: Sayap Ketenangan dalam Badai Kehidupan
Sabar menjadi fondasi spiritual yang menguatkan seseorang ketika menghadapi ujian hidup. Banyak orang memahami sabar sebatas “menahan diri”, padahal konsep sabar jauh lebih luas. Syaikh al-‘Ushfūrī dalam Al-Mawā‘iẓ al-‘Ushfuriyyah menegaskan bahwa sabar menciptakan keteguhan hati dalam tiga kondisi: ketika taat, ketika menjauhi maksiat, dan ketika tertimpa musibah. Dalam salah satu nasihatnya disebutkan:
الصَّبْرُ مِفْتَاحُ الْفَرَجِ، وَمَنْ لَزِمَ الصَّبْرَ نَالَ رِضَا الرَّبِّ
“Sabar menjadi kunci bagi pertolongan, dan siapa yang berpegang teguh pada sabar akan mendapatkan keridaan Tuhan.”
Pesan tersebut mengajak manusia untuk merawat kesabaran sebagai bentuk kedewasaan spiritual. Dengan sabar, seseorang dapat menahan gejolak batin, menjaga fokus, dan tetap bergerak positif dalam situasi sulit. Ketika seseorang sabar menjalani ketaatan, hatinya tidak mudah malas. Ketika sabar menjauhi maksiat, dirinya tetap stabil meskipun godaan menghampiri. Dan ketika sabar menghadapi musibah, pikirannya tidak runtuh oleh kepanikan.
Al-Qur’an juga memuliakan sabar sebagai salah satu sifat paling agung. Dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 153, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa sabar bukan sekadar sikap menerima keadaan, tetapi sebuah upaya aktif dalam mempertahankan kebaikan. Dengan sabar, seseorang mendapatkan pendampingan ilahi yang menenteramkan hati.
Para ulama turut memperkaya makna sabar. Imam Ibn al-Qayyim memberikan definisi indah:
الصَّبْرُ حَبْسُ النَّفْسِ عَمَّا يَضُرُّهَا، وَإِلْزَامُهَا بِمَا يُنْفَعُهَا
“Sabar berarti menahan diri dari sesuatu yang membahayakan, serta memaksa diri untuk tetap berada pada sesuatu yang bermanfaat.”
Penjelasan tersebut memperlihatkan bahwa sabar merupakan latihan mental yang terus-menerus, bukan tindakan pasif yang menunggu perubahan. Dengan sabar, seseorang menjaga jiwanya agar tidak terjatuh pada sikap destruktif.
Syukur: Sayap Cahaya yang Menguatkan Harapan
Jika sabar adalah kekuatan yang menahan dari runtuhnya jiwa, maka syukur menjadi cahaya yang mendorong seseorang untuk terus berkembang. Dalam banyak nasihat, Syaikh al-‘Ushfūrī menjelaskan bahwa syukur bukan sekadar ucapan “alhamdulillah”, tetapi kesadaran menyeluruh terhadap nikmat, kemudian memanfaatkan nikmat tersebut pada jalan kebaikan. Dalam salah satu hikmahnya beliau menyampaikan:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النِّعْمَةَ فَقَدْ عَرَّضَهَا لِلزَّوَالِ
“Siapa yang tidak bersyukur atas nikmat, maka dirinya sedang menyiapkan nikmat itu untuk hilang.”
Pesan tersebut memberikan pengingat agar manusia tidak meremehkan nikmat yang tampak kecil maupun besar. Ketika seseorang bersyukur, dirinya menghargai hidup dan menjaga energi positif dalam setiap aktivitas.
Al-Qur’an menyebutkan bahwa syukur mendatangkan kelapangan hidup:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian.” (Q.S. Ibrahim [14]: 7)
Ayat ini sering dibaca, tetapi maknanya sangat dalam. Syukur bukanlah aktivitas sekali sehari. Syukur merupakan pola hidup. Dengan syukur, seseorang memandang hidup secara jernih, mengurangi keluhan, serta meningkatkan kualitas ibadah.
Para ulama juga memberikan gambaran mendalam tentang syukur. Imam al-Junaid pernah menyampaikan:
الشُّكْرُ أَنْ لَا تَسْتَعْمِلَ النِّعْمَةَ فِيمَا يُسْخِطُ الْمُنْعِمَ
“Syukur berarti tidak menggunakan nikmat pada sesuatu yang membuat Sang Pemberi Nikmat murka.”
Ungkapan ini memperlihatkan dimensi etika dalam syukur. Dengan syukur, seseorang bukan hanya mengucapkan terima kasih, melainkan juga menjaga amanah nikmat dengan tidak menggunakannya untuk perbuatan buruk.
Sabar dan Syukur: Dua Sayap yang Harus Bergerak Bersamaan
Syaikh al-‘Ushfūrī menempatkan sabar dan syukur sebagai pasangan yang saling melengkapi. Beliau memberikan perumpamaan yang kuat:
الْإِيمَانُ طَائِرٌ لَهُ جَنَاحَانِ: أَحَدُهُمَا الصَّبْرُ، وَالْآخَرُ الشُّكْرُ، فَإِنْ سَلِمَ أَحَدُهُمَا طَارَ الطَّائِرُ، وَإِنْ كُسِرَ أَحَدُهُمَا لَمْ يُقِمْ
“Iman ibarat seekor burung yang memiliki dua sayap: sabar dan syukur. Jika salah satu selamat, burung dapat terbang; namun jika salah satunya patah, burung tidak akan mampu bertahan.”
Perumpamaan ini sangat kuat sebagai gambaran perjalanan spiritual. Banyak orang fokus pada sabar tetapi kurang syukur. Ada pula yang rajin bersyukur, namun tidak tahan banting menghadapi ujian. Hidup membutuhkan keseimbangan keduanya. Dengan sabar, seseorang bertahan dalam ujian. Dengan syukur, seseorang tetap berkembang meskipun hidup sedang lapang.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh mengagumkan urusan orang beriman. Seluruh urusannya menjadi baik. Jika memperoleh kesenangan, dirinya bersyukur dan itu baik baginya. Jika tertimpa kesulitan, dirinya bersabar dan itu pun baik baginya.”(HR. Muslim)
Hadits ini memperlihatkan bahwa sabar dan syukur menghadirkan kualitas hidup yang kokoh dan stabil. Dengan dua sayap ini, seseorang dapat terbang melewati badai, melintasi kesempitan, dan mendarat pada ketenangan.
Kontekstualisasi Sabar dan Syukur dalam Kehidupan Modern
Dalam kehidupan yang serba cepat seperti sekarang, sabar dan syukur menjadi dua kemampuan mental yang sangat penting. Banyak orang merasa hidupnya penuh tekanan: pekerjaan menumpuk, hubungan sosial melelahkan, dan ekspektasi hidup semakin tinggi. Pada momen seperti itu, sabar membantu manusia mengelola stres, sementara syukur menumbuhkan kesehatan mental.
Psikolog modern menyebutkan bahwa praktik syukur setiap hari dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan kebahagiaan. Menariknya, ajaran Islam telah sejak lama menekankan hal tersebut. Dengan syukur, seseorang mampu melihat aspek positif kehidupan. Dengan sabar, seseorang merasa lebih kuat menghadapi realitas.
Kedua konsep ini juga penting dalam manajemen emosi. Ketika seseorang terbiasa bersyukur, emosinya lebih stabil. Ketika terbiasa sabar, dirinya lebih tenang. Dengan dua sayap ini, manusia tidak mudah terombang-ambing oleh situasi.
Pembelajaran dari Al-‘Ushfuriyyah memberikan bekal bahwa sabar dan syukur bukan hanya konsep moral, tetapi juga latihan spiritual yang sangat praktis. Setiap hari seseorang memiliki kesempatan melatihnya, mulai dari bangun tidur hingga kembali ke tempat istirahat. Selama dua sayap ini bergerak bersamaan, iman tetap tumbuh dan hidup terasa lebih ringan.
Penutup
Sabar dan syukur adalah anugerah yang membentuk kekuatan spiritual seorang hamba. Dengan sabar, manusia bertahan dalam kesulitan. Dengan syukur, manusia berkembang dalam kelapangan.
Keduanya bersatu menjadi dua sayap yang membantu manusia terbang menuju ridha Allah. Sebagaimana para ulama mengajarkan, siapa yang menjaga keseimbangan dua sayap ini akan menemukan ketenangan dalam badai, dan cahaya dalam kegelapan. Semoga kita mampu menghidupkan sabar dan syukur dalam setiap langkah, hingga iman menjadi burung yang terbang tinggi menuju kebahagiaan hakiki.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
