SURAU.CO. Dalam rangka mempererat hubungan Indonesia dan Malaysia, kedua negara akan menggelar festival budaya Islam-Melayu. Festival ini bertujuan memperkuat posisi Indonesia yang punya keragaman budaya yang kaya sekaligus emiliki populasi muslim terbesar di dunia.
Hal tersebut terungkap saat Menteri Kebudayaan, Fadli Zon Paulina Gallardo, Direktur & Advisory Ltd. “Saya sangat mendukung pameran dengan konsep public art atau seni publik ini,” ujarnya dalam keterangan persnya Rabu (19/11). Fadlizon juga menekankan pentingnya membahas budaya Islam-Melayu. Menurutnya Indonesia kaya akan akulturasi budaya khususnya seni. Bahkan akulturasi budaya Indonesia dengan Islam telah terjalin lama.
Promosi Budaya Melalui Seni Publik
Festival ini berbeda dari perhelatan seni lainnya. Konsep seni publiknya sangat inovatif. Instalasi seni akan disajikan di ruang-ruang publik. Festival ini diharapkan menjadi media pengenalan. Pengenalan budaya Islam-Melayu kepada masyarakat luas. Ini juga akan menjadi ruang edukasi. Maestro seni dapat berinteraksi dengan masyarakat.
Dengan mengedepankan konsep seni publik festival ini dapat menjadi media promosi budaya Islam-Melayu. Bagi Fadlizon konsep seni publik ini sangat strategis. Seni instalasi akan hadir di berbagai ruang publi yang akan tersebar di Kota Jakarta. Konsep tersebut lanjutnya, akan menguatkan posisi Indonesia dengan keragaman budaya tinggi. Seni publik dapat efektif mempromosikan budaya.
Kemudian Fadli menyebutkan satu contoh seni di ruang publik. Museum Gedung Pusaka Keraton Kanoman Cirebon jadi acuan. Menurutnya, museum tersebut berhasil memanfaatkan perkembangan teknologi dan penataan ruang pamer museum itu modern. Fadli Zon menilai prosesnya sudah sesuai prinsip museologi modern dapat menjadi inspirasi instalasi seni lain.
“Kami baru saja meresmikan ruang pameran Museum Gedung Pusaka Keraton Kanoman,” terang Fadli Zon. melanser antaranews. Ruangan itu berada di Cirebon. Awalnya, ruangan tersebut adalah gudang yang terbengkalai. Padahal bangunannya bernilai sejarah yang telah ada abad ke-18. “Sekarang, gudang tersebut telah diubah menjadi rumah seni,” lanjutnya. Bahkan, rumah seni ini lengkap dengan instalasi seni dan juga video mapping yang menampilkan narasi museum.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Kemajuan Budaya
Sementara itu Paulina Gallardo, Direktur & Advisory Ltd, menekankan pentingnya kolaborasi. Ia ingin menciptakan wadah bagi pegiat budaya selain para kurator, dan penikmat seni. “Festival ini menjadi inisiatif pertama,” katanya. Nantinya, tambah Paulina, festival ini akan merayakan warisan negara-negara Melayu. Negara-negara tersebut meliputi Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Selain itu juga negara Singapura, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan.
Selain itu Fadli Zon juga membuka peluang kolaborasi. Untuk kolaborasi sendiri terbuka antara pemerintah dan pelaku budaya. Tidak lupa juga akan melibatkan sektor swasta. Semua demi kemajuan budaya Islam-Melayu. Ini adalah upaya bersama untuk melestarikan. Sekaligus mengembangkan warisan budaya, khususnya budaya Islam yang ada di kawasan Asia Tenggara ini.
Pertemuan tersebut dihadiri berbagai pihak. Perwakilan Malaysia Islamic Art and Design turut hadir. Mereka adalah Katha Chitta dan Stephanie Uun. Mendampingi Fadli Zon, ada Wakil Menteri Kebudayaan. Kemudian tampak Giring Ganesha Djumaryo. Hadir juga Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi. Restu Gunawan dari Kemenbud turut serta. Staf Khusus Menteri Bidang Hukum juga hadir. B.R.A Putri Woelan Sari Dewi adalah staf khusus tersebut. Serta Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga. Ismunandar turut mendampingi. Kolaborasi ini menunjukkan komitmen kuat antara kedua negara bertekad memajukan budaya. selain itu sebagai festival ini akan ajang silaturahmi antar seniman dari berbagai negara serumpun Melayu.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
