Khazanah
Beranda » Berita » Menantu Tak Mau Shalat: Sebuah Nasihat Lembut untuk Keluarga yang Sedang Diuji

Menantu Tak Mau Shalat: Sebuah Nasihat Lembut untuk Keluarga yang Sedang Diuji

Menantu Tak Mau Shalat Sebuah Nasihat Lembut untuk Keluarga yang Sedang Diuji
Menantu Tak Mau Shalat Sebuah Nasihat Lembut untuk Keluarga yang Sedang Diuji

 

SURAU.CO – Bismillah, Ketika seseorang memiliki menantu yang tidak mau shalat, itu bukan hanya ujian bagi dirinya, tetapi juga ujian bagi seluruh keluarga. Sebab shalat adalah tiang agama, penentu keberkahan rumah tangga, dan penjaga ketenangan hati. Jika shalat ditinggalkan, maka ada sesuatu yang rapuh dalam hidup seseorang.

Namun menghadapi menantu yang tidak mau shalat tidak boleh dengan marah, memaksa secara kasar, atau mempermalukan. Karena hidayah bukan hasil tekanan, tetapi buah dari kelembutan dan doa. Renungan dan langkah lembut menghadapi segala kondisi.

Ingat Bahwa Hidayah Milik Allah

Sekeras apa pun nasihat kita, jika Allah belum memberikan hidayah, hati seseorang tetap tidak akan bergerak.
Namun sepelan apa pun ajakan kita, bila Allah membukakan hati, maka seseorang bisa berubah total.

Tugas kita bukan memberi hidayah —
tugas kita hanya menyampaikan dengan hikmah.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Allah berfirman:
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak dapat memberi hidayah kepada orang yang engkau cintai.”
(QS. Al-Qashash: 56)

Jika Rasulullah ﷺ saja tidak mampu memaksa perubahan, apalagi kita.

Nasihatilah dengan Cara yang Paling Halus

Menantu bukan anak kandung.
Cara bicara harus lebih hati-hati, lebih lembut, dan penuh hormat.

Contoh cara menegur:

“Nak, kalau ada yang bisa ayah/ibu bantu supaya kamu lebih ringan shalat, bilang ya.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

“Shalat itu bukan beban, tapi penolong dalam hidup.”

“Kita semua sedang belajar menjadi lebih baik, termasuk ayah dan ibu.”

Penting: Jangan mempermalukan di depan pasangan atau keluarga.
Nasihat yang mempermalukan biasanya justru menutup pintu hati.

Dekati Pasangan (Anak Kita) dengan Hikmah

Kadang perubahan lebih mudah dimulai melalui pasangan.
Sampaikan secara halus:

“Cobalah ajak suamimu/istrimu shalat pelan-pelan. Jangan memaksa, cukup mengingatkan dengan lembut.”

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Pasangan lebih punya akses emosional daripada mertua.

Perbaiki Suasana Rumah

Rumah yang dipenuhi suara Al-Qur’an, adzan, suasana tenang, dan pembicaraan tentang iman sering kali melunakkan hati tanpa kata-kata.

Kadang orang tidak mau shalat bukan karena tidak percaya,
tetapi karena hati keras, hidup kacau, atau terbiasa lalai.

Rumah yang baik bisa menjadi mesin hidayah.

Doakan Secara Khusus di Waktu Mustajab

Ada orang yang berubah bukan karena dinasihati, tetapi karena didoakan.

Doakan:

Saat sujud
Ketika hujan
Antara adzan dan iqamah
Pada sepertiga malam
Doa orang tua kepada anak dan menantu termasuk doa yang sulit tertolak.

“Ya Allah, lembutkan hatinya.
Ya Allah, jadikan ia hamba-Mu yang mendirikan shalat.”

Ingatkan dengan Cara Tidak Langsung

Terkadang mengirimkan:

video kajian singkat,
quotes tentang shalat,
cerita inspiratif,
atau mengajak shalat berjamaah tanpa menekan, itu lebih efektif.

Sebutkan keutamaannya:
“Shalat itu penenang rumah tangga,”
“Shalat itu mendatangkan rezeki,”
Bukan langsung: “Kamu harus shalat!”.

Jangan Putus Asa

Banyak orang yang dulunya tidak mau shalat, akhirnya menjadi orang yang paling rajin.
Allah membolak-balikkan hati.

Yang penting:

Jangan menghina
Jangan merendahkan
Dan Jangan mencaci
Jangan membenci

Karena siapa tahu, kelak ia lebih taat daripada kita.

Penutup: Akan Ada Jalan Keluar

Menantu yang tidak mau shalat adalah ujian kesabaran sekaligus peluang mendapatkan pahala besar.
Jika kita menghadapinya dengan lembut, sabar, bijak, dan penuh doa, insyaAllah Allah akan turunkan jalan keluar.

Semoga Allah menuntun hati menantu itu, melembutkannya dengan iman, dan menjadikan rumah tangga kalian penuh berkah serta kebaikan. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. (Oleh: Tengku Iskandar, M. Pd Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat Indonesia)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement