Berita Nasional
Beranda » Berita » Momen Berharga dari Pesantren Bumi Cendekia

Momen Berharga dari Pesantren Bumi Cendekia

Pesanteren Bumi Cendikia
Delegasi Indonesian Interfaith Scholarship (IIS) 2025 melakukan studi lapangan ke Pesantren Bumi Cendekia di Sleman. ( foto dok kemenag.go.id)

SURAU.CO. Pada bulan November ini Pondok Pesantren Bumi Cendekia mendapat kunjungan istimewa. Pasalnya Delegasi Indonesian Interfaith Scholarship (IIS) 2025 mengunjungi pesantren yang ada Di Yogyakarta ini dalam rangka mengamati dan mempelajari kehidupan para santri. Bahkan mereka belajar Arab Pegon yang merupakan warisan khas pesantren Indonesia.

Kunjungan ini merupakan rangkaian kegiatan lintas iman dan budaya. Menurut Kepala Kanwil Kemenag Yogyakarta, Ahmad Bahiej, kunjungan delagasi IIS pesantren mempunyai peran penting Indonesia. “Di Indonesia ada lebih dari 42 ribu pesantren, dan ratusan di antaranya berada di Yogyakarta,” ungkapnya pada Minggu (16/11). Selai itu Bahiej juga menekankan bahwa pesantren sangat penting. Pesantren memiliki peran besar membentuk karakter bangsa.

Dalam kunjungan itu, delegasi IIS mendapat penjelasan lengkap mengenai aktivitas harian santri mulai pukul 04.00 pagi hingga selesai. Mereka belajar agama dan ilmu umum sepanjang hari. Setelah itu, mereka mengikuti pembinaan karakter di lingkungan asrama. Melihat pemaparan tersebut peserta IIS terlihat sangat antusias. Mereka menyimak suasana disiplin dan persaudaraan.

Klasik dan Modern

Sementara itu Ketua Yayasan Pesantren Bumi Cendekia, Muhammad Iqbal Ahnaf, memaparkan profil pesantren. Pesantren ini berdiri tujuh tahun lalu. Mereka mengusung model pendidikan modern. Model ini memadukan keilmuan Islam klasik dengan kurikulum umum. Penguatan bahasa juga menjadi fokus utama. Saat ini, 220 santri putra dan putri menimba ilmu di sana. Santri berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Iqbal menjelaskan kurikulum yang diterapkan. “Santri belajar fikih, hadis, tafsir, tetapi juga matematika, sains, dan dua bahasa internasional: Arab dan Inggris,” jelas Iqbal. Pihaknya memiliki harapan besar untuk para santri. “Kami ingin mereka menjadi Muslim yang terbuka, bijaksana, dan mampu berdialog dengan siapa pun,” tambahnya.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Dalam kesempatan tersebut seorang santri bernama Muhammad Ahyan menjawab pertanyaan delegasi. Ia menjelaskan interaksi mereka dengan masyarakat. “Untuk interaksi lintas agama dalam masyarakat, kami memang tidak terlalu sering bertemu,” kata Ahyan. Namun, pesantren memiliki program khusus. “Pondok kami memiliki program yang Bernama, ‘Peace Tour dan Peace Camp’,” lanjutnya.

Kesan Mendalam dan Harapan untuk Program IIS

Kunjungan delegasi berlanjut ke sesi interaksi budaya. Para delegasi belajar menulis nama mereka. Mereka menggunakan huruf Arab Pegon. Arab Pegon merupakan tradisi penulisan unik. Ini adalah penulisan bahasa Jawa atau Indonesia dengan huruf Arab. Tradisi ini menjadi ciri khas literasi pesantren sejak lama.

Alexander Rieger, salah satu delegasi, mencoba menulis Pegon. Ia merasa penulisan Pegon cukup menantang. “memahami dan Menulis Arab Pegon itu sulit,” ujar Alexander. Namun, ia membuat perbandingan yang menarik. “tetapi bisa saya bilang masih lebih mudah daripada menulis dan memahami Bahasa mandarin,” tambahnya.

Salah satu delegasi, Elif Medeni, menyampaikan kesannya. Pengalaman lapangan di pesantren melengkapi risetnya. Ia meneliti tentang pendidikan Islam. Elif melihat langsung proses belajar santri. Ia juga mengamati interaksi dan suasana pembinaan. Proses ini menggabungkan ilmu pengetahuan, karakter, dan spiritualitas. Ia menilai model pendidikan pesantren sangat unik dan menginspirasi. “Penelitian saya di Austria berfokus kepada pendidikan Islam.Tapi hari ini, saya menyaksikan langsung keberhasilan itu,” tegasnya. Menurut Elif, pesantren tidak hanya menghasilkan santri cerdas akademik. Santri juga cerdas secara sosial. Para santri juga merasa senang dengan kunjungan ini. Haidan, santri kelas 11, mengaku mendapat wawasan baru. Pertemuan ini membuka wawasan mereka. Mereka belajar tentang keberagaman budaya dan agama di dunia.

Para santri berharap program IIS terus berlanjut. Mereka berharap program ini diperluas di masa depan. Kegiatan ini menambah pengetahuan bagi santri. Kegiatan ini juga membuka ruang besar. Pesantren dapat memperkenalkan tradisi pendidikannya ke dunia.
“Semoga program ini bisa terus berlanjut dan semakin banyak digelar,” harap Ahyan dan Naira. Mereka ingin santri mendapat wawasan baru agar santri mendapat wawasan baru. Mereka juga berharap budaya pesantren makin dikenal. “dan budaya pesantren juga semakin dikenal di dunia internasional,” pungkas mereka.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement