Khazanah
Beranda » Berita » Nilai Tasawuf dalam Kitab Bahjatul Wasail: Membersihkan Jiwa dari Nafsu dan Kesombongan

Nilai Tasawuf dalam Kitab Bahjatul Wasail: Membersihkan Jiwa dari Nafsu dan Kesombongan

Seorang sufi bermeditasi dengan tenang di tepi sungai, simbol pembersihan hati menurut tasawuf.
Ilustrasi reflektif menggambarkan ketenangan batin seorang hamba yang menapaki jalan tasawuf.

Surau.co. Tasawuf selalu menjadi jalan batin dalam Islam yang menuntun manusia menuju kesucian hati. Dalam Bahjatul Wasail karya Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani, tasawuf tidak hanya tampil sebagai teori, tetapi juga mengalir sebagai tuntunan praktis dalam perilaku sehari-hari. Karena itu, kitab ini terus memandu umat agar mengenali bahaya nafsu dan kesombongan—dua penyakit batin yang sering menjerumuskan manusia dalam kelalaian. Selain itu, nilai tasawuf dalam Bahjatul Wasail menjadi cermin bagi siapa saja yang ingin hidup dengan hati bening dan tetap dekat kepada Allah.

Menyucikan Hati dalam Kehidupan Sehari-hari

Pada zaman sekarang, kita melihat banyak orang mengejar dunia secara berlebihan, sementara kebersihan hati justru terabaikan. Di berbagai tempat, manusia sibuk bersaing di kantor, membangun citra di media sosial, bahkan menampilkan amal keagamaan yang terselip niat untuk dipuji. Karena itu, nilai tasawuf dari Syekh Nawawi hadir sebagai penegur agar setiap amal kembali diarahkan untuk meraih ridha Allah, bukan untuk kebanggaan pribadi.

Syekh Nawawi menulis:

قال الشيخ محمد نووي:
“طهارة القلب عن رذائل الأخلاق مقدمة على طهارة الجسد عن النجاسات.”
“Kesucian hati dari akhlak yang buruk lebih utama daripada kesucian tubuh dari najis.”
(Bahjatul Wasail, hal. 21)

Sesungguhnya, pesan ini sangat mendalam. Banyak orang menjaga kebersihan fisik secara teliti, namun pada saat yang sama mereka mengabaikan pembersihan batin. Padahal, hati yang kotor dapat merusak amal sebaik apa pun. Oleh sebab itu, tasawuf menempatkan penyucian hati sebagai fondasi sebelum seseorang melangkah pada amal lahiriah.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Nafsu: Akar Kegelapan Jiwa

Menurut Syekh Nawawi, nafsu bergerak sebagai musuh batin paling licin. Nafsu bahkan sering menyamar sebagai keinginan baik, sementara di baliknya tersembunyi keserakahan. Akibatnya, banyak orang terjebak tanpa sadar.

Beliau menulis:

وقال أيضا:
“أصل كل معصية اتباع الهوى، ومن غلب هواه فقد نجا.”
“Akar segala maksiat adalah mengikuti hawa nafsu, dan siapa yang mampu mengalahkannya, ia akan selamat.”
(Bahjatul Wasail, hal. 37)

Jika kita melihat kondisi hari ini, pesan itu semakin terasa relevan. Di era serba instan, kemewahan sering menjadi ukuran kebahagiaan. Akibatnya, manusia mudah terpancing oleh hawa nafsu. Oleh karena itu, tasawuf mengajak manusia agar berhenti menjadi hamba keinginan dan kembali menjadi hamba Allah.

Kesombongan: Tirai yang Menutupi Cahaya Ruhani

Kesombongan—atau kibr—menjadi penyakit hati yang sering dibahas Syekh Nawawi. Penyakit ini muncul dari rasa ingin lebih baik daripada orang lain. Ironisnya, kesombongan lahir dari ilmu, jabatan, atau bahkan ibadah.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Beliau menegaskan:

قال رحمه الله:
“الكبر يطمس نور القلب، كما يطمس الغبار وجه المرآة.”
“Kesombongan memadamkan cahaya hati, sebagaimana debu menutupi permukaan cermin.”
(Bahjatul Wasail, hal. 54)

Analogi ini menunjukkan, betapa kesombongan langsung memadamkan cahaya batin. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat orang yang sulit menerima nasihat, merasa paling benar, atau meremehkan orang lain. Pada akhirnya, kesombongan menciptakan jarak antara hamba dan Tuhannya.

Jalan Pembersihan: Dzikir dan Muhasabah

Nilai tasawuf dalam Bahjatul Wasail tidak berhenti pada teori. Syekh Nawawi menawarkan metode praktis: memperbanyak dzikir dan melakukan muhasabah. Dzikir tidak berhenti pada ucapan lisan, melainkan berkembang menjadi kesadaran hati yang terus mengingat Allah.

Beliau menulis:

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

وقال الإمام النووي:
“الذكر حياة القلوب، ومن فارق الذكر مات قلبه وإن كان حيا بجسده.”
“Dzikir adalah kehidupan hati; siapa yang meninggalkan dzikir, hatinya mati meski tubuhnya hidup.”
(Bahjatul Wasail, hal. 73)

Dengan demikian, dzikir dan muhasabah membuat manusia lebih peka terhadap bisikan nafsu. Setelah itu, seseorang dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan dunia dan kebersihan batin. Pada titik inilah, tasawuf benar-benar hidup sebagai laku, bukan hanya bacaan.

Dalam kehidupan praktis, pembersihan batin bisa dimulai dari hal-hal sederhana: menyebut nama Allah sebelum bekerja, bersyukur saat menghadapi cobaan, atau memaafkan meski hati tersakiti. Selanjutnya, kebiasaan kecil itu akan membentuk karakter spiritual yang kokoh.

Relevansi Bahjatul Wasail di Era Modern

Walaupun ajaran ini lahir pada abad ke-19, pesan Syekh Nawawi tetap segar di abad digital. Bahjatul Wasailmengingatkan bahwa kemajuan teknologi tidak berarti apa-apa tanpa kesucian jiwa. Di sisi lain, manusia modern mungkin memiliki fasilitas terbaik, namun tetap kehilangan ketenangan karena hati dikuasai nafsu dan kesombongan.

Oleh karena itu, tasawuf mengajak manusia agar menundukkan ego, menata batin, dan menjadikan Allah pusat hidupnya. Meski perjalanan ini tidak mudah, ia menawarkan kedamaian yang tidak bisa digantikan oleh apa pun.

Ketika seseorang berhasil mengendalikan nafsu serta mengikis kesombongan, ia menapaki jalan para arif. Pada tahap ini, kehadirannya akan memancarkan ketenangan bagi sekitar.

Penutup: Cermin Jiwa yang Bersih

Nilai tasawuf dalam Bahjatul Wasail bukan hanya ajaran mistik. Ia menjadi panduan konkret untuk membersihkan hati. Dengan kelembutan bahasanya, Syekh Nawawi mengingatkan agar manusia menjauhi keangkuhan dan hawa nafsu. Selain itu, beliau mengajak agar setiap orang menata batin dengan kelembutan, kerendahan hati, dan kasih sayang.

Membersihkan jiwa bukan proses singkat, melainkan perjalanan panjang. Pada perjalanan itulah, Bahjatul Wasailberdiri sebagai lentera—menuntun manusia agar menemukan cahaya Allah di kedalaman hati yang suci.

Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo, Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement