Khazanah
Beranda » Berita » Tata Cara Bertobat Menurut Kitab Bahjatul Wasail: Kembali ke Jalan Allah dengan Hati Bersih

Tata Cara Bertobat Menurut Kitab Bahjatul Wasail: Kembali ke Jalan Allah dengan Hati Bersih

Ilustrasi tobat seorang muslim bersujud dalam keheningan malam.
Ilustrasi menggambarkan suasana batin seorang hamba yang menyesali dosa dan kembali kepada Allah dengan hati bersih.

Surau.co. Tata cara bertobat menurut kitab Bahjatul Wasail bukan sekadar pembahasan hukum atau teori keislaman, melainkan juga ajakan halus untuk kembali pada kebeningan hati dan kasih sayang Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap terjebak dalam rutinitas yang tanpa sadar menjauhkan diri dari kesadaran spiritual. Lebih jauh lagi, ada kalanya dosa kecil dianggap sepele, padahal akumulasi kesalahan itulah yang menutupi cahaya iman. Karena itu, pembahasan tentang tobat menjadi sangat penting untuk direnungkan.

Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam Bahjatul Wasail memberikan panduan yang lembut namun tegas: tobat bukan hanya ucapan istighfar, melainkan perjalanan batin yang menyeluruh — dari penyesalan hingga perubahan nyata dalam perilaku. Dengan demikian, tobat menjadi gerbang menuju kedekatan kembali dengan Allah, setelah langkah-langkah kita tersesat dalam kabut dunia.

Makna Tobat dalam Pandangan Syekh Nawawi

Syekh Nawawi menjelaskan bahwa tobat sejati lahir dari kesadaran diri akan dosa dan ketidaksempurnaan manusia di hadapan Allah. Beliau menulis:

التوبة هي الرجوع عن الذنب إلى الطاعة ندمًا على ما سلف وعزمًا على ألا يعود إليه أبداً
Tobat adalah kembali dari dosa menuju ketaatan, disertai penyesalan atas perbuatan yang telah lalu dan tekad untuk tidak mengulanginya lagi.

Makna ini menunjukkan bahwa tobat bukan semata ritual, tetapi justru transformasi spiritual yang menyentuh seluruh dimensi kehidupan: hati, pikiran, dan tindakan. Oleh karena itu, seseorang yang bertobat harus memadukan penyesalan, kesadaran, dan pembaruan diri.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Dalam konteks ini, tata cara bertobat menurut Bahjatul Wasail mengajarkan bahwa setiap insan memiliki peluang yang sama untuk kembali, selama masih ada kehidupan dan kesadaran. Bahkan, tidak ada dosa yang terlalu besar bagi ampunan Allah, sebagaimana firman-Nya:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ …
(QS. Az-Zumar [39]: 53)

Ayat ini menegaskan bahwa pintu rahmat Allah selalu terbuka, sehingga siapa pun berhak untuk kembali mendekat.

Langkah-Langkah Tobat yang Diajarkan Syekh Nawawi

1. Penyesalan yang Tulus

Beliau menulis:

الندم أساس التوبة فمن لم يندم على ذنبه لم تصح توبته
Penyesalan adalah dasar dari tobat; siapa yang tidak menyesal atas dosanya, maka tobatnya tidak sah.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Penyesalan yang tulus akan melahirkan rasa malu di hadapan Allah dan dorongan untuk memperbaiki diri. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari penyesalan tersebut muncul saat kita menyadari bahwa perbuatan salah telah menyakiti orang lain atau menjauhkan kita dari ketenangan batin.

2. Meninggalkan Dosa dengan Segera

Syekh Nawawi menegaskan:

ومن شروط التوبة الإقلاع عن الذنب في الحال
Salah satu syarat tobat adalah berhenti dari dosa itu seketika.

Tobat yang sejati tidak menunda perubahan. Selanjutnya, jika seseorang sadar bahwa perbuatannya salah, ia harus segera meninggalkannya tanpa menunggu waktu yang “tepat.” Akibatnya, perubahan pun terasa lebih nyata.

3. Tekad untuk Tidak Mengulanginya

Langkah ketiga adalah membangun tekad kuat agar tidak kembali pada dosa yang sama. Ini menuntut kontrol diri dan keistiqamahan. Di sisi lain, godaan dunia sering membuat tekad melemah. Namun demikian, tobat sejati terbukti melalui konsistensi dalam kebaikan.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Tobat sebagai Jalan Pembersihan Jiwa

Tobat bukan hanya menghapus dosa, tetapi juga membersihkan jiwa dari kekeruhan yang menumpuk. Syekh Nawawi menulis:

إذا تاب العبد توبة نصوحًا بدّل الله سيئاته حسنات وغسل قلبه من أدران المعاصي
Apabila seorang hamba bertobat dengan tobat yang sungguh-sungguh, Allah akan mengganti keburukannya dengan kebaikan dan membersihkan hatinya dari kotoran maksiat.

Kalimat ini memperlihatkan dimensi kasih sayang Allah yang begitu luas. Setelah itu, jiwa akan menjadi lebih ringan dan damai. Dalam kehidupan nyata, proses ini seperti mencuci kaca yang berdebu — semakin sering dibersihkan, semakin jernih pantulan cahaya iman.

Mengembalikan Harapan dan Kedekatan dengan Allah

Banyak orang merasa malu untuk kembali kepada Allah setelah berbuat dosa berulang kali. Padahal, dalam Bahjatul Wasail, Syekh Nawawi menegaskan bahwa rasa malu itu seharusnya menjadi bahan bakar untuk mendekat, bukan menjauh.

من عرف سعة رحمة الله لم ييأس من مغفرته وإن كثرت ذنوبه
Siapa yang mengenal luasnya rahmat Allah, ia tidak akan berputus asa dari ampunan-Nya, meskipun dosanya banyak.

Ajaran ini mengingatkan bahwa Allah tidak menolak siapa pun yang datang dengan hati yang bersih. Oleh sebab itu, tobat dapat dimulai dari hal-hal sederhana: memperbanyak istighfar, menyesali perbuatan, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

Menjadikan Tobat sebagai Gaya Hidup Spiritual

Bertobat bukan hanya dilakukan saat melakukan kesalahan besar, melainkan refleksi harian bagi setiap muslim. Setiap malam sebelum tidur, kita bisa merenung: apakah hari ini mendekatkan diri kepada Allah atau justru menjauhkan?

Dengan cara ini, tobat menjadi proses berkelanjutan yang memperhalus nurani dan membentuk kepribadian yang tenang. Terlebih lagi, dalam Bahjatul Wasail, Syekh Nawawi menyebut bahwa “tobat yang terus-menerus” akan menumbuhkan cahaya dalam hati yang menuntun ke istiqamah.

Penutup: Kembali ke Jalan Allah dengan Hati Bersih

Tata cara bertobat menurut Bahjatul Wasail bukan sekadar petunjuk hukum, melainkan ajakan mendalam untuk menyucikan jiwa. Pada akhirnya, dalam setiap langkah tobat terdapat kesempatan untuk memulai kembali — dengan hati yang lebih lembut, iman yang lebih kuat, dan keyakinan bahwa kasih sayang Allah tidak pernah tertutup.

Syekh Nawawi al-Bantani menulis dengan penuh hikmah bahwa tobat adalah “pintu kasih sayang yang selalu terbuka,” dan siapa pun yang melangkah ke sana akan merasakan kedamaian yang sejati. Dalam kehidupan yang serba cepat ini, meluangkan waktu untuk bertobat adalah cara terbaik untuk kembali menemukan makna hidup yang sesungguhnya.

Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo, Ponorogo



Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement