SURAU.CO – Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm. Segala puji bagi Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā yang mempertemukan hamba-hamba-Nya dalam kebaikan, dan membuka pintu rezeki-Nya bagi siapa yang memohon ampun kepada-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah ﷺ, teladan terbaik dalam ukhuwah dan istighfar.
Dua perkara yang tampak sederhana, namun sangat besar pengaruhnya bagi hidup seorang Muslim adalah memiliki sahabat saleh dan membiasakan istighfar. Keduanya adalah nikmat yang sering kali kita remehkan, padahal dari keduanya lahir keberkahan hidup dunia dan akhirat.
Sahabat dalam Ketaatan: Peganglah Erat-Erat
Imam Asy-Syafi‘i rahimahullah berkata:
“Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam ketaatan kepada Allah, maka peganglah erat-erat dia. Jangan pernah kau lepaskan, karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah.”
Kalimat singkat ini sesungguhnya menggambarkan realitas yang dalam.
Dalam kehidupan modern yang dipenuhi kesibukan, ego, dan kepentingan pribadi, menemukan sahabat yang menuntun kita menuju Allah adalah karunia besar yang jarang terjadi.
Sahabat Sejati Adalah Cermin Iman
Sahabat sejati bukan sekadar teman bicara atau rekan kerja. Ia adalah penerang jalan ketika kita mulai gelap dalam kelalaian.
Ia tidak hanya hadir saat kita bahagia, tetapi juga ketika kita futur (lemah iman), lalu menegur dengan lembut agar kita kembali mendekat kepada Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dijadikannya teman dekat.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Sahabatmu hari ini, kelak bisa menentukan di mana posisimu esok. Apakah engkau akan bersamanya di taman-taman surga, atau justru terseret bersamanya ke jalan yang jauh dari ridha Allah.
Mereka yang Saling Mencintai Karena Allah
Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah berfirman:
> “Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini Aku akan menaungi mereka dengan naungan-Ku, pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Ku.”
(HR. Muslim)
Cinta karena Allah tidak diukur dengan lamanya pertemanan, tetapi dengan niat dan arah perjalanan bersama. Jika sebuah persahabatan membuatmu lebih rajin shalat, lebih sering mengingat akhirat, dan lebih takut berbuat dosa — maka itulah tanda bahwa Allah mencintai kalian berdua.
Sebaliknya, jika hubungan pertemanan hanya mengarah pada maksiat, kelalaian, atau kesombongan dunia, maka itu bukanlah sahabat, melainkan ujian bagi imanmu.
Menjaga Ukhuwah, Menjaga Nikmat
Sahabat saleh adalah amanah yang harus dijaga dengan adab. Jangan mudah melepaskan karena perbedaan kecil, jangan cepat menjauh karena salah paham, sebab kehilangan sahabat yang baik adalah kehilangan jalan menuju surga.
Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata:
“Teman yang jujur lebih berharga dari mutiara. Karena mutiara hanya menghiasi dunia, sedang sahabat yang jujur menghiasi perjalananmu menuju akhirat.”
Maka jika engkau punya sahabat yang setiap nasihatnya menambah imanmu, yang setiap doanya menenangkan hatimu — peganglah erat. Itu tanda Allah masih mengasihimu.
Istighfar: Pembuka Pintu
Allah Ta‘ālā berfirman dalam QS. Nuh ayat 10–12:
> “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun.
Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit,
dan memperbanyak harta serta anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun serta sungai-sungai untukmu.”
Ayat ini mengajarkan bahwa istighfar bukan sekadar permintaan ampun, tapi juga pintu pembuka keberkahan hidup.
Rizki, keturunan, ketenangan, dan kemakmuran — semuanya mengalir dari hati yang senantiasa memohon ampunan Allah.
Istighfar Menghapus Dosa dan Kesempitan
Setiap dosa adalah penghalang turunnya nikmat. Ketika seorang hamba merasa hidupnya sempit, rezekinya seret, dan hatinya gelisah, bisa jadi bukan karena kurang bekerja keras — tetapi karena terlalu sedikit beristighfar.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Barang siapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar dari setiap kesempitan, memberi kelapangan dalam setiap kesedihan, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud)
Lihatlah betapa luas rahmat Allah: istighfar bukan hanya menghapus dosa, tetapi juga membuka pintu-pintu rezeki yang sebelumnya tertutup.
Istighfar sebagai Amalan Harian
Rasulullah ﷺ, yang sudah diampuni dosanya, tetap beristighfar lebih dari 70 kali sehari.
Apalagi kita, manusia penuh dosa dan lalai — seharusnya jauh lebih banyak mengucapkannya.
Tidak perlu waktu khusus untuk istighfar.
Ucapkan “Astaghfirullāh” di sela aktivitas, setelah shalat, ketika sedang bekerja, saat mengemudi, atau menjelang tidur.
Lidah yang terbiasa istighfar akan menenangkan hati, dan hati yang tenang akan menarik keberkahan hidup.
Istighfar Mengundang Hujan dan Kesuburan
Dalam ayat yang disebutkan, Nabi Nuh ‘alaihissalām mengaitkan istighfar dengan turunnya hujan.
Artinya, ketika manusia berhenti beristighfar, bumi pun berhenti memberi.
Hujan yang tertahan, tanaman yang kering, hati yang keras — semua itu akibat berkurangnya istighfar di muka bumi.
Maka masyarakat yang gemar beristighfar akan makmur, bukan hanya secara ekonomi, tapi juga spiritual.
Rezeki tidak hanya berupa uang, tapi juga berupa keberkahan umur, keluarga yang sakinah, anak-anak yang saleh, dan hati yang tenang.
Dua Amal yang Saling Menguatkan
Sahabat saleh dan istighfar memiliki kaitan erat. Sahabat saleh mengingatkan kita untuk beristighfar, dan istighfar menjadikan kita pribadi yang lebih lembut dan mudah memaafkan sahabat kita.
Seorang mukmin sejati tidak akan mampu mempertahankan persahabatan tanpa istighfar. Karena setiap hubungan manusia pasti diwarnai kesalahan dan perbedaan. Maka dengan istighfar, hati menjadi lapang, dendam sirna, dan kasih sayang tumbuh kembali.
Begitu pula, istighfar yang ikhlas akan mengundang datangnya sahabat-sahabat baik. Sebab Allah menempatkan orang saleh di sekitar hati yang bersih. Maka jika kita ingin bertemu sahabat yang mengingatkan pada Allah, bersihkan dulu diri kita dengan istighfar.
Refleksi: Hidup yang Penuh Berkah
Bayangkan hidup seseorang yang setiap hari dikelilingi sahabat saleh dan dibasahi istighfar.
Ia tidak akan kesepian, karena dikuatkan oleh ukhuwah.
>Ia tidak akan kekurangan, karena rezekinya dijaga oleh ampunan Allah.
>Ia tidak akan mudah putus asa, karena selalu ada doa yang terucap dan nasihat yang menguatkan.
Inilah kehidupan yang diberkahi — kehidupan yang berporos pada iman, persaudaraan, dan taubat.
Allah berfirman:
> “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.”
(QS. Al-Baqarah: 222)
Dan Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah, kecuali yang paling dicintai oleh Allah di antara keduanya adalah yang paling besar kasih sayangnya kepada sahabatnya.”
(HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad)
Penutup
Sahabat yang saleh adalah pelengkap perjalanan menuju surga.
Istighfar adalah bahan bakar agar langkah itu terus ringan.
Keduanya saling melengkapi: sahabat mengingatkan untuk istighfar, dan istighfar menjaga sahabat dari perpecahan.
Maka hari ini, jika engkau punya sahabat yang menuntunmu dalam ketaatan, doakanlah ia setiap kali engkau beristighfar. Dan jika engkau merasa hidupmu sempit, jangan sibuk mencari siapa yang salah — tapi sibukkanlah dirimu dengan Astaghfirullāh.
Karena di balik setiap “Astaghfirullāh” ada pintu rezeki yang terbuka, dan di balik setiap sahabat saleh ada rahmat Allah yang sedang menjagamu.
“Teman baik adalah nikmat, istighfar adalah kunci. Peganglah keduanya erat-erat, niscaya hidupmu tak akan kehilangan arah.” (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
