Khazanah
Beranda » Berita » Tiga Sebab Kehancuran Keluarga: Refleksi Dakwah Keluarga Muslim

Tiga Sebab Kehancuran Keluarga: Refleksi Dakwah Keluarga Muslim

Tiga Sebab Kehancuran Keluarga: Refleksi Dakwah Keluarga Muslim
Tiga Sebab Kehancuran Keluarga: Refleksi Dakwah Keluarga Muslim

 

SURAU.CO – Segala puji hanya bagi Allah yang telah menjadikan rumah tangga sebagai tempat berlabuh hati dan ladang pahala bagi suami dan istri. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah ﷺ, teladan agung yang mencontohkan kehidupan keluarga penuh cinta, takwa, dan tanggung jawab.

Ketika Keluarga Mulai Rapuh

Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada melihat rumah tangga yang dulu dibangun atas cinta dan janji suci, perlahan-lahan retak tanpa terasa. Bukan karena bencana besar, melainkan karena sebab-sebab kecil yang dibiarkan berlarut-larut.

Allah Ta’ala berfirman:

> “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.”
(QS. Ar-Rūm: 21)

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Namun, ketika ketenangan berubah menjadi kegelisahan, kasih sayang berubah menjadi kemarahan, dan cinta berganti menjadi dendam, di situlah tanda-tanda kehancuran mulai tiba.

Menjauh dari Allah dan Melalaikan Shalat

Penyebab pertama dan paling fatal adalah ketika keluarga menjauh dari Allah. Rumah yang tidak pernah terdengar adzan, tidak ada shalat berjamaah, dan tidak diisi dengan dzikir dan tilawah Qur’an — lambat laun akan kehilangan keberkahannya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Perumpamaan rumah yang disebut nama Allah di dalamnya dan rumah yang tidak disebut nama Allah, seperti orang hidup dan orang mati.”
(HR. Muslim)

Rumah yang mati secara ruhani akan mudah dimasuki syetan. Di sanalah mulai muncul pertengkaran, kesalahpahaman, rasa curiga, dan ketidakpuasan yang tiada ujung.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Hilangnya Komunikasi dan Empati

Banyak keluarga hancur bukan karena pihak ketiga, tapi karena berhentinya komunikasi antara suami dan istri.
Suami sibuk dengan pekerjaan dan ponsel, istri larut dalam dunia media sosial dan gosip. Akhirnya, hati mereka berjarak walau tinggal serumah.

Padahal Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk berbicara dengan lemah lembut dan memperhatikan pasangan. Beliau ﷺ bersabda:

> “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”
(HR. Tirmidzi)

Sikap Egois dan Tidak Mau Mengalah

Ketika masing-masing merasa paling benar, enggan meminta maaf, dan keras kepala dalam mempertahankan kehendak sendiri — rumah tangga akan menjadi arena pertarungan, bukan tempat ketenangan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

> “Tidaklah harta berkurang karena sedekah, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.”
(HR. Muslim)

Demikian pula dalam keluarga, siapa yang rela mengalah karena Allah, maka Allah akan meninggikannya di sisi-Nya dan di hati pasangannya.

Campur Tangan Pihak Ketiga

Orang menyebarkan rahasia rumah tangga kepada teman, tetangga, atau media sosial, sehingga keluarga hancur.

Padahal Rasulullah ﷺ mengingatkan keras:

> “Sesungguhnya di antara manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang suami yang menggauli istrinya lalu menyebarkan rahasianya.” (HR. Muslim)

Demikian pula sebaliknya. Orang salah memprovokasi dan memecah belah ketika urusan rumah tangga dikonsultasikan kepada mereka.

Tidak Adanya Kejelasan Nafkah dan Peran

Ketika suami tidak lagi bertanggung jawab memberi nafkah lahir batin, atau istri tidak lagi ridha dan taat dalam ketaatan kepada Allah, maka pondasi rumah tangga mulai goyah.

Allah Ta’ala berfirman:

> “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”
(QS. An-Nisā’: 34)

Peran yang tertukar suami lalai, istri mendominasi akan menimbulkan ketidakseimbangan fitrah dan menjauhkan keberkahan.

Tidak Menjaga Pandangan dan Kesucian Hati

Godaan terbesar zaman ini adalah fitnah visual. Mata tidak menjaga aurat, sehingga hati membandingkan pasangan dengan yang lain. Dari sinilah muncul benih perselingkuhan, baik nyata maupun dalam dunia maya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Pandangan adalah salah satu anak panah beracun dari panah-panah Iblis. Barangsiapa menundukkan pandangannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberinya manisnya iman dalam hatinya.” (HR. Al-Hakim)

“Like” yang salah, pesan yang tidak perlu, dan hubungan terlarang sering memulai kehancuran keluarga modern dan berujung pada perceraian.

Lupa Bersyukur dan Selalu Membandingkan

Ketika seseorang tidak lagi mensyukuri pasangan dan keadaan, maka ia akan sibuk mencari kekurangan. Padahal tidak ada rumah tangga yang sempurna.

Allah berfirman:

> “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7)

Allah memenuhi rumah yang bersyukur dengan keberkahan, dan malaikat rahmat meninggalkan rumah yang banyak mengeluh.

Penutup: Kembali ke Jalan Allah

Kita bisa mencegah kehancuran keluarga dengan menjaga cinta dan iman. Ia adalah akibat dari jauhnya kita dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Maka obatnya adalah kembali kepada agama:

Hidupkan shalat berjamaah di rumah.
Biasakan saling meminta maaf sebelum tidur.
Baca Al-Qur’an bersama.
Hindari kata kasar, sindiran, dan egoisme.
Jadikan rumah sebagai tempat ibadah, bukan ajang pertengkaran.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim)

Allah kokohkan rumah tangga yang menjadikan-Nya pusat cinta, dan hancurkan cinta yang meninggalkan-Nya.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta‘ala menjaga setiap rumah tangga kaum Muslimin dari kehancuran, menanamkan sakinah, mawaddah, dan rahmah di hati suami-istri, serta menjadikannya jalan menuju surga.

“Ya Allah, jadikanlah keluarga kami keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Jauhkan kami dari pertengkaran, iri, dan kebencian. Satukan kami dalam ridha-Mu, dan kumpulkan kami kembali di surga-Mu, sebagaimana Engkau satukan kami di dunia ini.”
Āmīn yā Rabbal ‘ālamīn. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement