Khazanah
Beranda » Berita » Belajar Sepanjang Hayat

Belajar Sepanjang Hayat

Belajar Sepanjang Hayat
Belajar Sepanjang Hayat

 

SURAU.CO – بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

الحمد لله الذي علم الإنسان ما لم يعلم، والصلاة والسلام على خير معلم، نبينا محمدٍ ﷺ، وعلى آله وصحبه أجمعين.

Setiap insan yang beriman menyadari bahwa hidup di dunia ini adalah perjalanan menuntut ilmu dan amal. Tidak ada batas usia dalam menimba ilmu. Bahkan, para ulama menegaskan bahwa belajar adalah kewajiban seumur hidup, dari buaian hingga liang lahat.

Imam besar dan wazir (menteri) yang juga seorang ulama faqih, Al-Wazir Abul Mudzoffar Yahya ibn Hubairoh (w. 560 H) rahimahullah berkata dengan penuh ketawadhuan:

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

“Kita terus belajar hingga maut menjemput kita. Karena ilmu agama bagaikan lautan yang sangat luas. Kita terus berupaya mendulangnya sesuai batas kemampuan yang Allah karuniakan kepada kita dari sumber Kitabullah dan Sunnah Nabi. Karena pada keduanyalah diperoleh sumber hukum dan rujukan bagi kita semua.” (Ikhtilaf al-Aimmah al-‘Ulama, 2/441)

Ungkapan ini lahir dari jiwa seorang ulama yang sangat memahami luasnya samudera ilmu, sekaligus menyadari keterbatasan manusia dalam mencapainya. Di tengah kedalaman lautan syariat, beliau menunjukkan sikap yang penuh adab: terus belajar, tidak pernah merasa cukup, dan tidak berpuas diri dengan sedikit ilmu.

Ilmu Agama: Samudera yang Tak Bertepi

Perumpamaan ilmu sebagai lautan yang luas mengandung makna mendalam. Laut menyimpan kekayaan tak terbatas, begitu pula ilmu Allah yang tak akan pernah habis digali oleh akal manusia.

Allah Ta’ala berfirman:

> “Dan mereka tidak meliputi sesuatu pun dari ilmu Allah kecuali apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Dan dalam ayat lain:

> “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh lautan itu akan habis sebelum kalimat-kalimat Rabbku habis, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.”
(QS. Al-Kahfi: 109)

Artinya, sebanyak apa pun manusia belajar, tetap ada yang belum ia ketahui. Maka, belajar adalah ibadah yang tak pernah usai, karena ilmu Allah tidak memiliki ujung.

Menuntut Ilmu: Jalan Menuju Surga

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Hadits ini menjadi motivasi terbesar bagi setiap penuntut ilmu. Menuntut ilmu bukan sekadar memenuhi rasa ingin tahu, tetapi merupakan ibadah yang mengantarkan ke surga. Bahkan, jalan menuntut ilmu sama mulianya dengan jalan jihad, karena keduanya menegakkan agama Allah.

Oleh sebab itu, tidak pantas seorang muslim berhenti belajar hanya karena usia, jabatan, atau gelar. Ulama-ulama terdahulu justru semakin tua, semakin haus akan ilmu.

Belajar dari Para Ulama Salaf

Lihatlah bagaimana Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, di usia lanjut pun masih membawa tinta dan kertas ke majelis ilmu. Ketika ditanya mengapa beliau masih belajar di usia tua, beliau menjawab dengan kalimat yang terkenal:

“Dari buaian hingga liang lahat.”
(Min al-mahdi ila al-lahd)

Begitu pula Imam Syafi’i, yang senantiasa belajar dari berbagai guru di berbagai negeri. Bahkan ketika sudah menjadi imam besar, beliau tetap rendah hati untuk mendengar, berdiskusi, dan memperbaiki pendapatnya bila menemukan dalil yang lebih kuat.

Inilah bukti bahwa cinta ilmu melahirkan ketawadhuan, bukan kesombongan. Sebaliknya, orang yang sombong akan berhenti belajar, merasa cukup, dan akhirnya jatuh pada kebodohan yang menipu.

Kitab dan Sunnah: Dua Sumber Agung

Perkataan Ibn Hubairoh rahimahullah juga menegaskan satu prinsip penting: segala ilmu agama harus bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah ﷺ.

Tanpa dua sumber ini, ilmu akan kehilangan arah, bagaikan kapal tanpa kompas. Karena itu, ulama menekankan pentingnya kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam memahami hukum, akidah, dan akhlak. Allah berfirman:

> “Jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.”
(QS. An-Nisa’: 59)

Maka, belajar sepanjang hayat bukan hanya tentang banyaknya buku yang dibaca, tetapi tentang kesetiaan hati dalam menjadikan wahyu sebagai sumber utama petunjuk hidup.

Buah dari Semangat Belajar

Menuntut ilmu dengan niat yang benar akan melahirkan banyak kebaikan:

  1. Melahirkan ketenangan dan kebijaksanaan. Orang berilmu tidak mudah marah, tidak tergesa dalam menilai, dan selalu menimbang dengan dalil.

  2. Menumbuhkan rasa takut kepada Allah.
    Allah berfirman, “Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28)

  3. Menjadi amal jariyah. Ilmu yang diajarkan akan terus mengalir pahalanya meskipun pemiliknya telah wafat.

  4. Mengangkat derajat di dunia dan akhirat. Allah berfirman, “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Belajar Sepanjang Hayat di Era Kini

Di zaman modern yang serba cepat ini, tantangan terbesar umat Islam bukan lagi kurangnya akses terhadap ilmu, tetapi kurangnya semangat menuntut ilmu agama. Banyak yang sibuk memperdalam ilmu dunia, namun lalai memperdalam ilmu akhirat.

Padahal, Rasulullah ﷺ mengingatkan:

> “Barang siapa dikehendaki Allah menjadi baik, niscaya Allah menjadikannya faqih (paham) dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, di tengah derasnya arus informasi dan teknologi, seorang muslim harus tetap menegakkan prinsip thalabul ‘ilmi faridhah — menuntut ilmu itu wajib — agar langkahnya terarah dan imannya terjaga.

Penutup: Jangan Pernah Berhenti Belajar

Wasiat Ibn Hubairoh ini layak kita renungkan setiap hari:

“Kita terus belajar hingga maut menjemput kita.”

Kalimat ini bukan sekadar pengakuan, tetapi manifestasi ketulusan seorang hamba yang menyadari bahwa ilmu adalah ibadah yang tak akan pernah selesai.

Maka, mari kita jadikan setiap hari sebagai kesempatan menambah ilmu, sekecil apa pun bentuknya. Bacalah ayat, hadits, atau pelajaran hidup — karena dari situlah Allah membimbing kita menuju cahaya.

Semoga Allah meneguhkan langkah kita di jalan ilmu, menjadikan belajar sebagai ibadah, dan ilmu sebagai sebab keselamatan dunia serta akhirat.

“Yuk terus belajar dan mengajar, hingga malaikat menjemput kita dalam keadaan membawa cahaya ilmu.” اللهم علمنا ما ينفعنا وانفعنا بما علمتنا وزدنا علم. (Tengku Iskandar, M.Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara – Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement