SURAU.CO – Kehidupan seorang muslim, ada amal-amal yang tampak sederhana, namun sesungguhnya menyimpan lautan pahala dan keberkahan yang luar biasa. Salah satunya adalah shalat dhuha, sebuah ibadah sunnah yang sering kali terabaikan karena kesibukan, rutinitas pekerjaan, atau sekadar lalai di tengah hiruk-pikuk dunia.
Padahal, Rasulullah ﷺ telah memberikan perhatian besar terhadap shalat ini, sampai-sampai para ulama menyebutnya sebagai kunci rezeki dan tanda syukur atas nikmat anggota tubuh.
Pesan dakwah “Jangan Remehkan Shalat Dhuha” mengingatkan kita bahwa ibadah ini bukan sekadar tambahan, tetapi bagian dari ketakwaan seorang hamba yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah sunnah yang dicintai-Nya.
Shalat Dhuha sebagai Sedekah untuk Persendian
Dalam hadits sahih disebutkan bahwa setiap persendian manusia membutuhkan sedekah setiap hari. Jumlahnya 360 persendian—angka yang terlalu besar jika harus ditunaikan dengan sedekah harta.
Namun Rasulullah ﷺ memberi solusi yang luar biasa indah:
> “Cukuplah bagimu melaksanakan dua rakaat shalat dhuha sebagai sedekah untuk seluruh persendianmu.”
(HR. Muslim)
Betapa lembutnya Allah kepada hamba-Nya. Betapa Dia tidak menginginkan kita sulit.
Cukup dua rakaat, untuk menggugurkan kewajiban sedekah 360 sendi yang setiap hari kita gunakan untuk bekerja, berjalan, makan, berbicara, dan beribadah. Bayangkan: 5 menit waktu yang kita sisihkan di pagi hari mampu menjadi pembebas dari kelalaian syukur terhadap nikmat tubuh kita.
Dhuha sebagai Penjamin Kecukupan Hidup
Keutamaan berikutnya kerap menjadi pemantik semangat banyak orang untuk menjaga shalat dhuha: Allah menjamin kecukupan hidup orang yang istiqamah melaksanakannya.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits qudsi:
> “Wahai anak Adam, rukuklah untuk-Ku (shalat dhuha) di awal siang, niscaya Aku akan mencukupi kebutuhanmu sampai akhir siang.” (HR. Tirmidzi)
Ini bukan sekadar “dimudahkan rezeki”,
bukan sekadar “dipertemukan peluang”,
tapi dicukupi langsung oleh Allah, Pemilik seluruh sumber rezeki.
Rezeki itu bukan hanya harta:
kecukupan hati,
ketenangan pikiran,
kelancaran urusan,
perlindungan dari masalah,
pertolongan di saat genting,
dan keberkahan dalam setiap langkah.
Kecukupan yang diberikan Allah sering kali tak terlihat secara kasat mata, namun terasa nyata dalam perjalanan hidup seorang hamba.
Pahala Haji dan Umrah yang Sempurna
Salah satu keutamaan paling menggetarkan adalah bahwa dhuha dapat menjadi sebab seseorang mendapat pahala seperti haji dan umrah yang sempurna.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Barang siapa melaksanakan shalat Subuh berjamaah kemudian duduk berzikir sampai matahari terbit, lalu ia shalat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala seperti haji dan umrah — sempurna, sempurna, sempurna.”
(HR. Tirmidzi)
Betapa beruntungnya orang-orang yang Allah bangunkan hatinya untuk melaksanakan sunnah ini. Banyak orang mampu pergi haji, namun tidak semua mendapat pahala sempurna. Banyak pula yang ingin pergi haji, tetapi belum diberi kesempatan.
Dengan shalat dhuha setelah duduk berzikir hingga matahari terbit, seorang muslim bisa memperoleh pahala yang sama seperti orang yang berhaji—tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Termasuk Golongan Awwabin — Orang yang Kembali Taat
Keutamaan yang terakhir ini adalah badge kehormatan bagi para ahli ibadah: shalat dhuha termasuk amalan orang-orang awwabin, yaitu hamba-hamba yang selalu kembali kepada Allah, memohon ampunan, bertaubat, dan membangun kedekatan dengan-Nya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Shalat awwabin adalah ketika panas matahari mulai menyengat.” (HR. Muslim)
Awwabin adalah gelar yang sangat mulia.
Ia bukan gelar akademik, bukan jabatan tinggi, bukan atribut dunia.
Ia adalah gelar yang diberikan Allah kepada hamba yang hatinya lembut, mudah tersentuh oleh kebaikan, dan tidak betah berlama-lama dalam kelalaian.
Shalat dhuha menjadi simbol kerinduan seorang hamba untuk selalu kembali kepada Rabbnya setiap pagi.
Mengapa Kita Sering Meremehkan Shalat Dhuha?
Ada beberapa sebab yang sering terjadi:
- Merasa sibuk
Orang-orang sering menjadikan kesibukan sebagai alasan untuk meninggalkan shalat dhuha, padahal hanya memakan waktu 3-7 menit. Padahal, waktu yang sangat singkat itu bisa menjadi penentu kelancaran pekerjaan seharian. -
Merasa bukan kewajiban
Orang-orang menganggap itu sunnah, sehingga banyak yang meninggalkannya. Namun jika kita tahu betapa besar pahalanya, kita akan menyadari bahwa meremehkannya sama saja menyia-nyiakan kesempatan terbaik dari Allah. -
Lupa
Inilah alasan paling sering. Karena itu, membiasakan alarm dhuha di ponsel adalah langkah kecil yang sangat membant
Bagaimana Cara Menghidupkan Dhuha secara Istiqamah?
Berikut langkah sederhana namun efektif:
- Mulai dengan yang paling ringan
Tak perlu langsung 8 rakaat. Dua rakaat saja sudah cukup untuk membuka pintu keberkahan. -
Tentukan waktu khusus
Misalnya: setelah anak berangkat sekolah, setelah membersihkan rumah, atau saat istirahat kantor. -
Niatkan untuk syukur
Shalat dhuha bukan beban, tapi bentuk rasa terima kasih kepada Allah yang telah memberikan kesehatan, tenaga, udara, dan kehidupan. -
Jadikan momen munajat
Di waktu dhuha, panjatkan doa rezeki, kelapangan, keberkahan, dan ampunan. Waktu Dhuha, Allah mengabulkan banyak doa.
Penutup: Cahaya Dhuha adalah Cahaya Kehidupan
Shalat dhuha adalah ibadah yang kecil dari sisi usaha, namun besar dari sisi pahala. Ia menyejukkan hati, melancarkan urusan, menenangkan pikiran, dan menjadi tanda seorang hamba yang kembali kepada Allah.
Dalam setiap rakaat dhuha yang kita kerjakan, ada janji-janji Allah yang turun bersama cahaya pagi:
kecukupan, ampunan, keberkahan, dan kemuliaan.
Maka, jangan meremehkan shalat dhuha.
Karena di balik dua atau empat rakaat itu, ada pintu kebaikan yang mungkin sudah lama kita minta kepada Allah. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
