Khazanah
Beranda » Berita » Panduan Lengkap Shalat Sunnah Menurut Kitab Bahjatul Wasail: Ibadah yang Menghidupkan Jiwa

Panduan Lengkap Shalat Sunnah Menurut Kitab Bahjatul Wasail: Ibadah yang Menghidupkan Jiwa

Ilustrasi shalat sunnah menjelang fajar dalam suasana tenang dan penuh makna.
Seorang lelaki menunaikan shalat sunnah di ruang sederhana, dengan nuansa cahaya hangat yang menggambarkan kedamaian jiwa.

Surau.co. Shalat sunnah menurut Bahjatul Wasail karya Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani bukan sekadar tambahan dari ibadah wajib, tetapi justru menjadi cermin kedalaman spiritual seorang hamba yang ingin selalu dekat dengan Allah. Dalam kehidupan sehari-hari yang penuh kesibukan dan distraksi, shalat sunnah hadir sebagai jeda lembut untuk menyegarkan jiwa, menenangkan hati, dan menguatkan keimanan. Selain itu, kitab ini tidak hanya menjelaskan tata cara, tetapi juga mengungkap makna ruhani di balik setiap gerakan dan doa.

Makna Shalat Sunnah Menurut Syekh Nawawi al-Bantani

Syekh Nawawi menjelaskan bahwa shalat sunnah berfungsi sebagai wasilah atau jalan tambahan menuju keridhaan Allah. Beliau menulis dalam Bahjatul Wasail:

“الصلاةُ سُنَّةً جُنَّةٌ لِلقَلْبِ وَرَاحَةٌ لِلنَّفْسِ وَزِيَادَةٌ فِي القُرْبِ إِلَى اللهِ”
“Shalat sunnah adalah perisai bagi hati, ketenangan bagi jiwa, dan tambahan kedekatan kepada Allah.”

Makna ini menunjukkan bahwa shalat sunnah tidak berdiri sebagai pelengkap formalitas, melainkan energi ruhani yang menghidupkan hati yang mulai kering karena hiruk-pikuk dunia. Selain itu, dalam konteks kehidupan modern, banyak orang mencari ketenangan melalui meditasi atau terapi. Namun bagi seorang mukmin, shalat sunnah justru menjadi terapi sejati yang menghubungkan batin dengan Sang Pencipta.

Jenis-Jenis Shalat Sunnah dalam Bahjatul Wasail

Syekh Nawawi menjabarkan beberapa bentuk shalat sunnah yang memiliki keutamaan tersendiri. Dalam Bahjatul Wasaildisebutkan:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

“ومن النوافل ما يكون قبل الفريضة أو بعدها، ومنها ما يكون في أوقات مخصوصة كقيام الليل والضحى.”
“Di antara shalat sunnah ada yang dilakukan sebelum atau sesudah fardhu, dan ada pula yang dilakukan pada waktu-waktu khusus seperti qiyamul lail dan dhuha.”

Dari penjelasan tersebut, kita mengenal beberapa jenis shalat sunnah, antara lain:

Selanjutnya, setiap jenis shalat sunnah ini mengandung nilai spiritual yang unik. Bahjatul Wasail mengajak umat Islam untuk mengamalkannya dengan niat yang tulus dan kesadaran yang utuh.

Shalat Sunnah sebagai Jalan Menghidupkan Jiwa

Syekh Nawawi menekankan pentingnya dimensi hati dalam beribadah. Beliau menulis:

“من صلّى السنن بخشوعٍ أحيا الله قلبه بنور الطاعة.”
“Barang siapa menunaikan shalat sunnah dengan khusyuk, Allah akan menghidupkan hatinya dengan cahaya ketaatan.”

Dengan demikian, shalat sunnah tidak hadir sebagai rangkaian gerakan semata. Sebaliknya, ia menjadi dialog batin dengan Tuhan. Terlebih lagi, ketika seseorang bersujud dalam kesunyian malam, ruang hatinya terbuka untuk menerima cahaya Ilahi. Bahkan, banyak orang merasakan kekosongan batin di tengah kemewahan hidup, dan pada titik inilah shalat sunnah memberi napas spiritual agar jiwa kembali menemukan keseimbangan.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Spiritualitas dan Konsistensi dalam Ibadah

Menjaga konsistensi dalam shalat sunnah tentu bukan hal yang mudah. Karena itu, Syekh Nawawi memberikan nasihat penting dalam Bahjatul Wasail:

“اعملوا النوافل وإن قلّت، فإنّ المداومة عليها أحبّ إلى الله من الكثرة المنقطعة.”
“Kerjakanlah shalat sunnah meski sedikit, karena konsistensi lebih dicintai Allah daripada banyak tetapi terputus.”

Nasihat ini menegaskan keseimbangan antara niat dan ketekunan. Selain itu, dalam kehidupan modern, seseorang sering memulai dengan semangat besar, tetapi cepat merasa lelah. Oleh karena itu, shalat sunnah seharusnya menjadi praktik sederhana yang dilakukan dengan cinta, bukan beban. Misalnya, seseorang dapat memulai dengan dua rakaat Dhuha setiap pagi. Lambat laun, kebiasaan itu menumbuhkan ketenteraman dan rasa dekat dengan Allah.

Dimensi Sosial dari Shalat Sunnah

Menariknya, Syekh Nawawi tidak hanya membahas dimensi spiritual, tetapi juga dampak sosial dari shalat sunnah. Beliau menulis:

“من داوم على النوافل أكرمه الله بقبول الناس له ومحبّتهم.”
“Barang siapa rutin menunaikan shalat sunnah, Allah akan memuliakannya dengan penerimaan dan cinta dari manusia.”

Dengan demikian, shalat sunnah tidak hanya mendekatkan seseorang kepada Allah. Lebih dari itu, jiwa yang tenang membuat seseorang lebih mudah berbuat baik, bersabar, dan menebarkan kasih sayang. Akhirnya, energi kebaikan itu mempengaruhi lingkungan di sekitarnya dan menciptakan hubungan sosial yang lebih harmonis.

Penutup: Menghidupkan Jiwa Lewat Shalat Sunnah

Pada akhirnya, shalat sunnah menurut Bahjatul Wasail merupakan cerminan cinta dan kerinduan seorang hamba kepada Tuhannya. Ibadah ini mengingatkan bahwa hubungan dengan Allah tidak berhenti pada yang wajib, tetapi berkembang melalui kerelaan dan keikhlasan.

Di tengah dunia yang bergerak cepat, dua rakaat tambahan dapat menjadi ruang sunyi yang mengubah cara kita merasakan hidup. Setiap sujud menghadirkan momen pertemuan dengan Allah, dan setiap salam memberi tanda bahwa hati telah kembali menemukan arah. Oleh karena itu, sebagaimana pesan Syekh Nawawi al-Bantani, shalat sunnah sejatinya adalah napas spiritual yang menghidupkan jiwa.

Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo, Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement