SURAU.CO – Dalam ajaran Islam, ittiba’ (mengikuti) Rasulullah ﷺ bukan sekadar pilihan, tetapi merupakan kewajiban dasar setiap muslim. Ittiba’ mencakup keyakinan, ibadah, akhlak, dan seluruh aspek kehidupan. Tanpa ittiba’, amal tidak diterima, agama tidak lurus, dan jalan menuju Allah akan tersesat oleh hawa nafsu dan bid’ah.
Karena itu, para ulama salaf sangat menekankan pentingnya menjaga jejak Nabi ﷺ dan para sahabatnya.
Makna Ittiba’ Menurut Ulama
Dalam gambar tertulis perkataan Imam Abu Daud as-Sijistani, dari Imam Ahmad bin Hanbal:
“Yang dimaksud dengan ittiba’ adalah seseorang mengikuti apa yang datang dari Rasulullah dan dari para sahabat beliau. Setelah itu, dia diberi pilihan terhadap para tabi’in.” (Masa’il Abi Daud no. 1789)
Penjelasan ini menunjukkan urutan standar dalam beragama:
- Rasulullah ﷺ → sumber utama
- Para sahabat → penerima langsung wahyu
- Tabi’in → generasi terbaik setelah sahabat
Ittiba’ berarti mengikuti agama sebagaimana Allah dan Rasul-Nya ajarkan, bukan menurut perasaan, kebiasaan, atau tradisi yang tidak berdasar.
Dalil-Dalil Al-Qur’an Tentang Ittiba’
Allah memerintahkan secara tegas:
- Mengikuti Rasul adalah bukti cinta kepada Allah.
> “Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad). Niscaya Allah mencintai kalian.” (QS. Ali ‘Imran: 31)
Ayat ini menunjukkan bahwa cinta Allah hanya didapat dengan ittiba’ kepada Nabi ﷺ.
- Ketaatan kepada Rasul adalah ketaatan kepada Allah.
> “Barangsiapa taat kepada Rasul, sungguh ia telah taat kepada Allah.”
(QS. An-Nisa: 80) -
Menolak sunnah berarti tertimpa fitnah dan azab.
> “Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu takut tertimpa fitnah atau azab yang pedih.”
(QS. An-Nur: 63)
Ittiba’ bukan sekadar sunnah kecil, tetapi penyelamat dari kesesatan dan azab.
Mengapa Kita Wajib Mengikuti Rasulullah ﷺ?
a. Karena beliau utusan Allah.
Rasulullah ﷺ tidak berbicara dari hawa nafsu, tetapi berdasarkan wahyu (QS. An-Najm: 3–4).
b. Karena agama yang benar hanya melalui beliau.
Tanpa mengikuti Rasul, ibadah menjadi tertolak.
c. Karena beliau manusia terbaik dan teladan sempurna.
> “Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri teladan yang baik bagimu.”
(QS. Al-Ahzab: 21)
d. Karena jalan keselamatan hanya dengan mengikuti jejak beliau dan generasi salaf.
Para sahabat hidup di zaman wahyu turun, melihat langsung penjelasan Nabi, dan memahami Islam secara murni. Maka, menempuh jalan mereka adalah bentuk ittiba’ yang paling kuat.
Bentuk-Bentuk Ittiba’ dalam Kehidupan
- Dalam Aqidah
Menetapkan sifat Allah sebagaimana Rasulullah ﷺ ajarkan, tanpa menyimpang atau menambah-nambah. -
Dalam Ibadah
Salat, puasa, haji, zikir, dan seluruh amal harus sesuai tuntunan Nabi.
Karena beliau bersabda:
> “Barangsiapa membuat perkara baru dalam agama ini yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak.”
(HR. Bukhari & Muslim)
- Dalam Muamalah
Jujur, amanah, tidak curang, dan beradab sebagaimana akhlak beliau. -
Dalam Akhlak
Lemah lembut, sabar, pemaaf, dermawan, dan berwibawa. -
Dalam Dakwah
Mengajak manusia kepada tauhid, sunnah, dan akhlak mulia—tanpa ghuluw (berlebih-lebihan) atau meremehkan.
Keutamaan Orang yang Berittiba’
Dicintai oleh Allah
Cinta Allah adalah puncak tujuan semua ibadah.
Amalnya diterima
Ibadah tanpa ittiba’ hanyalah ritual tanpa nilai.
Mendapat syafaat Nabi ﷺ
Syafaat khusus diberikan kepada umat yang menjaga sunnahnya.
Dijauhkan dari fitnah akhir zaman
Sunnah adalah cahaya di tengah kegelapan fitnah modern.
Menghidupkan kejayaan Islam
Setiap kebangkitan umat Islam dalam sejarah dimulai dari kembali kepada sunnah.
Penutup: Sunnah adalah Jalan Lurus Menuju Allah
Ittiba’ bukan sekadar slogan, tetapi cara hidup. Ittiba’ bukan sekadar penampilan, tetapi ketaatan hati.
>Ittiba’ bukan sekadar mengikuti sebagiannya saja, tetapi mengikuti seluruh ajaran Rasulullah ﷺ dengan penuh cinta dan pengagungan.
Barangsiapa berjalan mengikuti Rasul, sungguh ia telah berada di atas jalan lurus—jalan yang Allah anugerahkan kepada para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang shalih.
Semoga Allah menjadikan kita hamba yang senantiasa berpegang teguh kepada Sunnah, beradab kepada Rasul, dan istiqamah di atas jalan para salaf. amiin. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
