Surau.co. Kisah kelahiran Nabi Muhammad ﷺ selalu menghadirkan kekaguman mendalam bagi siapa saja yang mengkajinya. Dalam tradisi sirah klasik, seperti As-Sīrah an-Nabawiyyah karya Ibnu Hisyām, kelahiran beliau bukan hanya peristiwa sejarah biasa, tetapi sebuah episode agung yang memperlihatkan bagaimana langit turut menandai hadirnya seorang nabi terakhir.
Karena itu mempelajari tanda-tanda kenabian dan kisah kelahiran beliau menjadi jalan untuk meneguhkan kecintaan. Sekaligus memperkuat kesadaran spiritual bahwa Allah selalu menurunkan cahaya petunjuk di tengah manusia.
Artikel ini menyajikan kisah tersebut secara naratif, historis, dan ilmiah-populer agar mudah dipahami pembaca masa kini—tanpa menggambarkan fisik Nabi secara detail sebagaimana adab yang dijunjung ulama.
Kelahiran Nabi Muhammad: Hadirnya Cahaya di Tengah Kegelapan
Ibnu Hisyām mencatat bahwa Nabi Muhammad ﷺ lahir pada “‘ām al-fīl”, tahun ketika pasukan bergajah Abrahah gagal menyerang Ka‘bah. Peristiwa besar itu disebut dalam Al-Qur’an:
﴿ أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ ﴾
“Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?” (QS. Al-Fīl: 1)
Ayat ini sering ditafsirkan ulama sebagai penegasan bahwa Allah menjaga Ka‘bah agar menjadi tempat kelahiran Nabi terakhir. Kegagalan Abrahah menjadi latar penting yang melingkupi kelahiran Rasulullah, seolah langit merapikan panggung sejarah sebelum tokoh utamanya muncul.
Ibnu Hisyam juga meriwayatkan penuturan ahli sejarah Quraisy tentang ketegangan sosial-intelektual kala itu: masyarakat Makkah masih tenggelam dalam paganisme, namun mereka percaya akan kedatangan seorang nabi yang ditunggu bangsa Arab. Suasana inilah yang menjadi konteks bagi lahirnya Nabi Muhammad ﷺ.
Malam Ketika Aminah Melahirkan
Riwayat ulama sirah menerangkan bahwa Aminah, ibunda Nabi, merasakan ketenangan dan cahaya batin yang tidak biasa. Dalam satu riwayat yang dinukil Ibnu Hisyām, Aminah berkata:
« خَرَجَ مِنِّي نُورٌ أَضَاءَ لِي قُصُورَ بُصْرَى مِنْ أَرْضِ الشَّام »
“Dariku keluar cahaya yang menerangi istana-istana Busra di Syam.”
Para ulama menjelaskan bahwa ini bukan cahaya fisik yang terlihat semua orang, tetapi cahaya maknawi yang Allah tampakkan sebagai isyarat tentang perjalanan besar sang nabi.
Sementara itu, atmosfer Makkah digambarkan para ahli sirah sebagai malam yang tak seperti biasanya: udara terasa lebih hening, dan hati beberapa tokoh Arab dipenuhi firasat kuat tentang peristiwa besar yang akan terjadi. Semua ini memperkuat gambaran bahwa Allah mempersiapkan kelahiran seorang pembawa risalah yang kelak mengubah dunia.
Tanda-Tanda Kenabian Sebelum dan Sesudah Kelahiran
Ibnu Hisyām dan para ulama mencatat bahwa sebelum kelahiran Rasulullah ﷺ, para pendeta dan ahli kitab telah menantikan kedatangannya. Dalam salah satu riwayat disebutkan:
« وَقَدْ بَلَغَنَا أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ صَاحَ فِي لَيْلَةِ مَوْلِدِهِ: طَلَعَ النَّجْمُ الَّذِي يُولَدُ فِيهِ أَحْمَدُ »
“Telah sampai kepada kami bahwa seorang dari Ahlul Kitab berseru pada malam kelahirannya: telah terbit bintang yang menandai kelahiran Ahmad.”
Riwayat semacam ini menunjukkan bahwa tanda kenabian bukan hanya disadari oleh penduduk Jazirah Arab, tetapi juga komunitas ilmiah Yahudi dan Nasrani.
Runtuhnya Berhala dan Istana Khosrau Retak
Ulama sirah meriwayatkan bahwa beberapa berhala besar di sekitar Makkah roboh pada malam kelahiran beliau. Sementara itu, istana Khosrau di Persia mengalami retakan besar. Ibnu Katsir menyebutkan peristiwa tersebut sebagai “dalā’il an-nubuwwah” – tanda-tanda kenabian yang menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan besar dunia akan tunduk pada ajaran Nabi terakhir.
Tentu, tidak semuanya harus dipahami secara harfiah; sebagian ulama menganggapnya sebagai kiasan simbolik tentang runtuhnya tirani dan kebatilan. Namun apa pun bentuknya, kesan sejarahnya tetap sama: dunia sedang dipersiapkan.
Aminah, Abdullah, dan Nasab yang Mulia
Salah satu tema penting dalam sirah Ibnu Hisyām ialah penegasan bahwa Nabi Muhammad ﷺ lahir dari nasab terbaik bangsa Arab. Beliau bersabda:
« إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ، وَاصْطَفَى بَنِي هَاشِمٍ مِنْ قُرَيْشٍ، وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ »
“Allah memilih Kinanah dari keturunan Ismail, memilih Quraisy dari Kinanah, memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari Bani Hasyim.” (HR. Muslim)
Hadis ini memperlihatkan bahwa nasab Nabi disiapkan melalui jalur keluarga yang dijaga kehormatannya.
Abdullah: Ayah yang Wafat Sebelum Kelahiran Putra Agungnya
Ibnu Hisyām meriwayatkan kisah Abdullah, ayah Nabi Muhammad ﷺ, yang wafat dalam perjalanan dagang saat Aminah sedang mengandung. Kesedihan ini membuat kelahiran Nabi sekaligus menjadi peristiwa spiritual—sebuah kelahiran yang datang bersama ujian.
Ulama menjelaskan bahwa Allah ingin mendidik umat manusia bahwa seorang nabi agung juga memulai hidup dengan keterbatasan, agar beliau kelak lebih dekat dengan orang-orang lemah dan yatim.
Peristiwa Mengagumkan Setelah Kelahiran
Salah satu kisah paling terkenal dalam sirah adalah datangnya Halimah Sa‘diyah. Ibnu Hisyām menceritakan bahwa keluarga Halimah mengalami kemiskinan. Namun, sejak ia membawa bayi Muhammad, keberkahan mengalir: unta mereka menjadi sehat, air susu bertambah, dan kehidupan keluarga berubah.
Halimah berkata dalam salah satu riwayat:
« كَانَ بَرَكَةً فِي كُلِّ شَيْءٍ »
“Beliau membawa keberkahan dalam segala hal.”
Narasi ini memperlihatkan bahwa keberkahan Nabi bukan hanya abstrak, tetapi terasa nyata di kehidupan manusia.
Peristiwa Pembelahan Dada
Peristiwa syakku shadr atau pembelahan dada juga disebut oleh ulama sebagai tanda kenabian. Dalam riwayat sahih, malaikat membelah dada Rasulullah saat kecil untuk membersihkannya dari syaitan. Tidak digambarkan secara fisik, tetapi disebut sebagai simbol penyucian jiwa seorang nabi sebelum menerima wahyu.
Makna Tanda Kenabian Bagi Generasi Masa Kini
Kisah kelahiran Nabi Muhammad tidak semata catatan sejarah, tetapi juga cermin spiritual bagi generasi masa kini. Tanda-tanda kenabian mengajarkan bahwa kelahiran beliau adalah “cahaya penuntun,” sebagaimana firman Allah:
﴿ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ ﴾
“Sungguh telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan Kitab yang jelas.” (QS. Al-Māidah: 15)
Ulama menafsirkan “cahaya” dalam ayat ini sebagai Nabi Muhammad ﷺ.
Di tengah hiruk pikuk media sosial, generasi muda memerlukan inspirasi moral. Kisah kelahiran Rasulullah ﷺ mengingatkan kita bahwa kehidupan manusia bermakna jika ia membawa manfaat dan cahaya. Maka, menjadikan nilai-nilai kelahiran beliau—ketulusan, keberkahan, kejujuran—sebagai orientasi hidup menjadi langkah nyata menjaga nur kenabian tetap hidup.
Penutup: Ketika Langit Memberi Isyarat
Kelahiran Nabi Muhammad ﷺ bukan hanya episode sejarah, melainkan pesan bahwa Allah mengatur segala sesuatu dengan hikmah. Ketika dunia tenggelam dalam kegelapan, langit memilih seorang manusia yang kelak menjadi rahmat bagi alam semesta.
Dengan merenungi tanda-tanda kenabian sejak kelahiran beliau, kita seakan diajak untuk kembali pulang pada cahaya pembimbing kehidupan. Cahaya yang tidak pernah padam, meski zaman terus berubah.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
