Surau.co. Ngaji Wasiatul Musthofa selalu menghadirkan suasana khas: tenang, hangat, dan penuh perenungan. Setiap kali kita membuka kitab kecil ini, kita seakan mendapat angin segar dari telaga nasihat Nabi. Tidak berlebihan jika banyak santri menyebut kitab ini sebagai “kumpulan nasihat yang tidak akan pernah kedaluwarsa.” Nasehat Nabi memang tidak lekang oleh waktu. Meskipun lahir di abad ke-7, ia tetap relevan untuk santri, pekerja, mahasiswa, ibu rumah tangga, bahkan siapa saja yang sedang mencari arah hidup.
Dalam tradisi pesantren, kitab Wasiatul Musthofa sering dibaca pada momen-momen khusus, terutama menjelang Ramadan atau acara maulid. Selain berisi pesan-pesan akhlak, kitab ini mengajak kita untuk mengelola hati, memperbaiki diri, dan menghidupkan kembali cahaya iman. Karena itu, artikel ini mencoba mengulas ulang sebagian pesan inti kitab ini—dengan pendekatan yang ringan, akademik-populer, dan tetap taat pada sumber-sumber klasik—agar pembaca dapat merasakan kehangatan pesan Nabi yang terus hidup.
Nasehat Nabi sebagai Pedoman yang Tidak Pernah Usang
Ketika kita membaca Wasiatul Musthofa, kita akan menemukan pesan-pesan yang sederhana, tetapi menghentak. Salah satu nasihat dalam kitab ini berbunyi:
“وَأَكْرِمْ نَفْسَكَ عَنْ دَنَايَاهَا”
“Muliakan dirimu dari segala hal yang hina.”
Nasihat ini mengajak kita menjaga martabat diri di tengah dunia yang serba cepat dan penuh kompetisi. Banyak orang merasa harus tampil hebat, kaya, atau populer. Namun Nabi mengingatkan bahwa kemuliaan sejati tidak muncul dari pencitraan, melainkan dari kesucian niat dan keluhuran hati.
Al-Qur’an juga memperkuat pesan ini. Allah berfirman:
“قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا”
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya.” (QS. Asy-Syams: 9)
Ayat ini selaras dengan semangat Wasiatul Musthofa: bahwa kejayaan manusia terletak pada keberhasilan menjaga hati dari kotoran dan godaan dunia yang menjerumuskan. Ketika kita membaca ayat itu secara perlahan, kita merasa seolah-olah Allah sedang berbicara langsung kepada setiap dari kita, bahwa hidup yang bermakna dimulai dari diri sendiri.
Menjaga Lisan: Nasehat yang Selalu Relevan
Dalam kitab Wasiatul Musthofa, Nabi juga memberikan peringatan penting:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Di antara kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak menyangkut dirinya” (HR. At Tirmizi & Ibnu Majah)
Kita hidup pada era media sosial, sebuah dunia di mana opini berseliweran dan komentar muncul tanpa jeda. Banyak orang menghabiskan energinya untuk berbicara tentang hal yang tidak perlu. Bahkan tanpa sadar, kita mudah menyebarkan informasi tidak jelas, menilai orang lain secara cepat, atau mengunggah hal-hal yang tidak membawa manfaat.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin pernah mengingatkan:
“الصَّمْتُ سَلامَةٌ فَإِذَا نَطَقْتَ فَلَا تَنْطِقْ إِلَّا بِخَيْرٍ”
“Diam itu keselamatan. Jika engkau harus berbicara, maka berbicaralah dengan kebaikan.”
Pesan ini terasa semakin relevan. Karena itu, ngaji Wasiatul Musthofa mengajak kita untuk menata ucapan. Kata-kata tidak hanya memengaruhi orang lain, tetapi juga membentuk kepribadian kita sendiri. Kita menjadi manusia sebagaimana yang kita ucapkan. Semakin banyak kebaikan keluar dari mulut, semakin baik pula keadaan hati.
Menyederhanakan Hati di Tengah Keramaian Dunia
Salah satu bagian paling menyentuh dalam Wasiatul Musthofa adalah ajakan Nabi untuk merawat kesederhanaan hati. Dalam salah satu nasihatnya disebutkan:
“ارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ“
“Ridhalah terhadap apa yang Allah tetapkan bagimu, niscaya engkau menjadi manusia yang paling kaya.” (HR. At Tirmizi)
Di era modern, godaan untuk membandingkan hidup sangat kuat. Media sosial menghadirkan gambaran palsu bahwa kebahagiaan adalah tentang kepemilikan, pencapaian, atau perjalanan hidup yang selalu terlihat indah. Namun Nabi mengajak kita untuk menerima takdir dengan lapang. Rida bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan kemampuan untuk bersyukur atas keadaan diri sambil terus memperbaiki hidup.
Al-Qur’an mengingatkan:
“لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ”
“Jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah nikmat kalian.” (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini mendidik kita untuk melihat nikmat kecil yang sering terabaikan. Ketika hati damai, hidup terasa lapang. Ngaji Wasiatul Musthofa membantu kita menemukan ruang hening di dalam pikiran yang penuh hiruk-pikuk.
Akhlak sebagai Jalan Hidup yang Tidak Pernah Salah
Akhlak menjadi pondasi utama dalam setiap aspek kehidupan. Dalam pekerjaan, membimbing kita untuk jujur dan bertanggung jawab. Dalam keluarga, membuat kita lebih lembut, sabar, dan penuh hormat. Di hubungan sosial, akhlak menjadi jembatan menuju kepercayaan dan persahabatan.
Ibnu Mubarak pernah berkata:
“نَحْنُ إِلَى قَلِيلٍ مِنَ الْأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيرٍ مِنَ الْعِلْمِ”
“Kita lebih membutuhkan sedikit adab dibandingkan banyak ilmu.”
Kutipan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup manusia tidak hanya ditentukan oleh seberapa banyak pengetahuan yang ia miliki, tetapi juga seberapa baik ia memperlakukan orang lain. Oleh sebab itu, Wasiatul Musthofa sering dijadikan rujukan untuk memperbaiki akhlak, terutama bagi remaja dan santri yang sedang membangun identitas diri.
Mendekatlah dengan Allah: Inti Semua Nasehat Nabi
Banyak nasihat dalam Wasiatul Musthofa yang pada intinya mengajak kita mendekatkan diri kepada Allah. Salah satunya adalah pesan:
“وَأَكْثِرْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ”
“Perbanyaklah mengingat Allah.”
Zikir menjadi penopang ruhani ketika kita lelah menghadapi dinamika hidup. Dengan zikir, kita menenangkan batin sekaligus memperkuat hubungan dengan Tuhan. Nabi bersabda:
“أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ”
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ketika kita mengamalkan pesan ini, kita merasakan bahwa hidup tidak lagi sesulit yang dibayangkan. Kita memiliki tempat pulang setiap kali menghadapi badai masalah.
Belajar Menghadapi Dunia dengan Kearifan
Wasiatul Musthofa tidak hanya membahas ibadah dan akhlak, tetapi juga cara menghadapi dunia dengan bijak. Salah satu nasihatnya adalah:
“لَا تَجْعَلْ هَمَّكَ الدُّنْيَا”
“Jangan jadikan duniamu sebagai satu-satunya perhatian.”
Nasihat ini bukan ajakan untuk menjauhi dunia. Justru Nabi memerintahkan kita untuk bekerja, menafkahi keluarga, dan berperan dalam masyarakat. Namun Nabi mengingatkan bahwa fokus hidup tidak boleh larut sepenuhnya pada dunia. Ada dimensi akhirat yang harus kita pelihara.
Imam Hasan al-Bashri menegaskan:
“الدُّنْيَا دَارُ عَمَلٍ وَلَيْسَتْ دَارَ جَزَاءٍ”
“Dunia adalah tempat beramal, bukan tempat menerima balasan.”
Kutipan ini membuat kita memahami bahwa setiap langkah di dunia hanyalah persiapan menuju kehidupan abadi. Karena itu, Wasiatul Musthofa mengarahkan kita mengelola dunia secukupnya dan menata prioritas hidup dengan bijaksana.
Menghidupkan Kembali Semangat Belajar dari Wasiatul Musthofa
Ilmu bukan sekadar modal untuk pekerjaan, tetapi juga cahaya untuk kehidupan. Ketika kita belajar, kita sedang membuka pintu hidayah. Nabi bersabda:
“مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ”
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Nasihat ini memberi kita energi baru untuk kembali membuka kitab, membaca tulisan-tulisan berkualitas, dan memperluas wawasan.
Penutup: Nasehat yang Menghidupkan Cahaya Hati
Ngaji Wasiatul Musthofa bukan sekadar membaca kitab. Ia adalah proses membersihkan hati, merawat iman, dan memperdalam hubungan dengan Allah. Setiap nasihat Nabi dalam kitab ini terasa seperti lentera yang menyala di jalan yang gelap. Ketika kita mengamalkan satu per satu pesannya, kita akan merasakan hidup yang lebih lapang, lebih terarah, dan lebih dekat dengan kebaikan.
Nasehat Nabi tidak pernah kedaluwarsa. Ia tetap segar menembus zaman, menerangi jiwa, dan memandu langkah. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk terus belajar, memperbaiki diri, dan menjaga hati agar tetap penuh cahaya.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
