Khazanah
Beranda » Berita » Lebih Dari Sekadar Baju Koko: Memahami Makna Sejati Baju Takwa

Lebih Dari Sekadar Baju Koko: Memahami Makna Sejati Baju Takwa

SURAU.CO. Setiap Jumat tiba, masjid-masjid selalu tampak lebih hidup. Para lelaki berdatangan. Mereka mengenakan baju koko terbaik, sarung bersih, dan aroma minyak wangi semerbak. Pemandangan ini tampak indah di mata manusia. Seolah inilah wajah ketakwaan yang sebenarnya.

Namun, di balik gemerlap pakaian dan semerbak minyak kasturi, ada pertanyaan yang lebih dalam. Benarkah baju yang kita kenakan telah menjadi “baju takwa”?

Baju Takwa: Sebuah Konsep Ilahi

Istilah “baju takwasering kita dengar. Tahukah kita bahwa Al-Qur’an juga berbicara tentang pakaian? Ini bukan sekadar sebagai pelindung tubuh tetapi juga berfungsi sebagai pelindung jiwa. Allah Swt berfirman dalam QS Al-A’raf: 26:

يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Latin:

banî âdama qad anzalnâalaikum libâsay yuwârî sau’âtikum warîsyâ, wa libâsut-taqwâ dzâlika khaîr, dzâlika min âyâtillâhi la‘allahum yadzdzakkarûn

Arti:

Wahai anak cucu Adam, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan bulu (sebagai bahan pakaian untuk menghias diri). (Akan tetapi,) pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Allah agar mereka selalu ingat.

Ayat ini turun bukan untuk memerintahkan model berpakaian tertentu. Ini justru untuk mengingatkan manusia, jangan tertipu oleh keindahan luar semata. Libāsut-taqwābaju takwabukanlah kain yang dijahit. Ia adalah hati yang selalu terjaga. Pakaian ini tidak dijual di pasar dan juga tidak luntur oleh waktu namun tumbuh dari dalam diri. Ia lahir dari kesadaran bahwa Allah Swt selalu melihat bahkan ketika tak seorang pun yang menyaksikan.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Hati yang Terlindungi, Batin yang Tertutup

Imam al-Ghazali, dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din, pernah menuliskan hal penting. Tubuh memerlukan pakaian untuk menutupi aurat. Sementara itu, hati memerlukanpakaian rohani”. Ini untuk menutupi aib batinnya. Misalnya, kesombongan, riya’, kedengkian, dan cinta dunia. Maka, kata beliau, orang yang tubuhnya tertutup kain tapi hatinya telanjang dari ketulusan, sejatinya belum berpakaian.

Kita mungkin mengenakan baju koko, tujuannya agar tampak sopan dan saleh. Itu tentu saja baik. Tetapi bila pakaian itu hanya menjadi simbol tanpa makna, ia kehilangan ruhnya. Baju koko tidak otomatis menjadikan seseorang bertakwa. Jubah panjang pun tak menjamin kesucian hati. Takwa tidak tumbuh dari serat kain. Ia tumbuh dari getar hati yang takut berbuat salah di hadapan Allah Swt.

Keindahan Lahir dan Batin Menurut Islam

Di sisi lain, Islam tidak menolak keindahan. Rasulullah Saw sendiri sangat mencintai kebersihan dan kerapian. Namun, beliau mengingatkan kita.

Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).

Artinya, pakaian lahir hanyalah kulit luar. Pakaian batinitulah yang akan Allah Swt nilai.

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

Baju koko hanyalah budaya. Ia mungkin lahir dari perjumpaan tradisi Tionghoa dan Islam di Nusantara. Baju toa-ko kemudian diislamkan oleh para ulama kita. Baju ini kemudian menjadi identitas dan menjadi busana yang dipakai saat Jumatan, Tahlilan, atau hari raya. Namun, jangan biarkan budaya mengaburkan makna sejatinya. Jangan sampai kita mengira telah berpakaian takwa, padahal, hanya karena memakai baju koko. Sementara hati kita masih telanjang dari kejujuran dan kerendahan hati.

Baju Taqwa Penutup Aib Hati

Baju takwa bukanlah lembaran yang terlihat oleh mata tetapi ia adalah pakaian yang dikenakan oleh jiwa. Ia adalah pakaian yang menutup aib hati serta melindungi diri dari kesombongan. Ia menghangatkan batin dengan rasa syukur. Orang yang mengenakan baju takwa tidak mudah marah dan tidak mudah menghakimi orang lain serta  tidak suka memamerkan kesalehannya. Ia tenang, lembut, dan selalu sadar

Maka, ketika kita berdiri di depan cermin. Sebelum berangkat ke masjid. Cobalah bertanya bukan hanya, “Apakah bajuku sudah rapi?” Tanyakan juga, “Apakah hatiku sudah mengenakan baju takwa?” Kain bisa lusuh. Warna bisa pudar. Tetapi baju takwa tidak pernah usang. Ia semakin halus. Setiap kali seseorang menundukkan ego. Dan menegakkan dzikir kepada Allah Swt.

Pada akhirnya, libāsut-taqwā bukan tentang apa yang kita kenakan di tubuh. Ini tentang siapa yang kita kenakan di hati. Jika hati kita telah mengenakan kehadiran Allah Swtdalam sabar, syukur, dan ikhlasmaka saat itulah kita benar-benar berpakaian indah. Itu jauh lebih berharga daripada seribu baju koko terbaik di dunia. Kita harus selalu berusaha mengenakan pakaian takwa di setiap langkah hidup kita.(kareemustofa)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement