SURAU.CO – Dalam sejarah Islam, banyak kisah para sahabat dan sahabiyah (wanita sahabat) yang menjadi teladan bagi umat hingga hari ini. Di antara mereka, terdapat sosok wanita tangguh bernama Ummu Syarik radhiyallahu ‘anha, seorang perempuan pemberani dari kalangan Quraisy yang mengorbankan kenyamanannya demi menyebarkan dakwah tauhid di masa-masa awal kenabian. Kisahnya bukan hanya menggambarkan keberanian, tetapi juga ketulusan dan keikhlasan dalam memperjuangkan agama Allah dengan penuh rahasia dan keteguhan hati.
Asal Usul dan Latar Belakang Ummu Syarik
Nama lengkap beliau adalah Ummu Syarik binti Abu al-‘Ash bin Umayyah bin ‘Abd Syams, termasuk dari kalangan bangsawan Quraisy. Beliau hidup di masa ketika masyarakat Mekah masih tenggelam dalam kegelapan jahiliah — menyembah berhala, menentang ajaran tauhid, dan memusuhi siapa pun yang mengikuti Rasulullah ﷺ.
Ummu Syarik tumbuh dalam lingkungan yang mewah dan disegani. Namun, cahaya hidayah menembus hatinya ketika ia mendengar tentang dakwah Nabi Muhammad ﷺ yang menyeru manusia untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala dan hanya beribadah kepada Allah semata. Meski berada di tengah masyarakat yang menentang keras ajaran ini, hatinya merasakan kebenaran yang tak terbantahkan. Dengan keberanian yang besar, ia memutuskan untuk memeluk Islam secara diam-diam.
Memeluk Islam Secara Rahasia
Ketika Ummu Syarik masuk Islam, situasi di Mekah sangat berbahaya bagi siapa pun yang meninggalkan agama nenek moyang mereka. Kaum Quraisy melakukan penyiksaan terhadap orang-orang yang mengikuti Rasulullah ﷺ, terutama jika mereka berasal dari kalangan lemah atau tanpa pelindung. Karena itu, Ummu Syarik menyembunyikan keislamannya dari keluarga dan kaumnya.
Namun, keimanan yang tulus tidak bisa ia simpan sendiri. Ia merasa terdorong untuk berbagi kebenaran yang telah menyentuh hatinya. Ia tahu risikonya besar, namun kecintaan kepada Allah lebih besar daripada rasa takut terhadap manusia. Ia mulai menyebarkan dakwah tauhid secara sembunyi-sembunyi, terutama kepada para wanita Quraisy yang sering berinteraksi dengannya.
Dakwah Diam-Diam pada Kalangan Wanita Quraisy
Ummu Syarik dengan cerdas menggunakan kedekatannya dengan para wanita bangsawan Quraisy untuk memperkenalkan Islam kepada mereka. Ia tidak berdakwah di depan umum, tetapi melalui percakapan pribadi, dengan bahasa lembut dan penuh hikmah. Ia bercerita tentang keesaan Allah, tentang kehidupan setelah mati, dan tentang misi kenabian Muhammad ﷺ.
Perlahan, sebagian wanita mulai tertarik dengan apa yang ia sampaikan. Ada yang menerima, ada yang ragu, dan ada pula yang melaporkan kegiatan Ummu Syarik kepada keluarganya. Namun, hal itu tidak membuatnya gentar. Ia menyadari bahwa setiap langkah dakwah pasti diiringi ujian dan risiko.
Salah satu ciri khas dakwah Ummu Syarik adalah keikhlasan dan kesabaran. Ia tidak berharap imbalan atau pujian, melainkan hanya ridha Allah. Dalam suasana penuh tekanan itu, ia tetap menanamkan benih tauhid kepada siapa pun yang bisa dijangkau, bahkan dengan cara yang paling sederhana.
Tertangkap dan Disiksa oleh Kaum Quraisy
Akhirnya, rahasia Ummu Syarik terbongkar. Salah satu wanita Quraisy yang menolak dakwahnya melaporkan kepada keluarga besar Bani Umayyah bahwa Ummu Syarik telah mengikuti ajaran Muhammad dan berusaha mengajak orang lain untuk mengikuti agama baru itu. Mendengar kabar tersebut, kaumnya menjadi murka. Mereka menganggapnya telah menghina tradisi nenek moyang dan mengkhianati kehormatan keluarga.
Ummu Syarik pun ditangkap dan disiksa dengan kejam. Mereka ingin memaksanya agar meninggalkan Islam dan kembali menyembah berhala. Ia diikat di bawah terik matahari Mekah, tidak diberi makan dan minum selama berhari-hari. Mereka menaruhnya di atas unta tanpa pelana dan membiarkannya terombang-ambing di padang pasir, dengan harapan ia akan mati atau menyerah.
Namun, Allah ﷻ menolong hamba-Nya yang sabar. Dalam beberapa riwayat menyebutkan bahwa Allah mengirimkan air dari langit atau membuat air muncul dekat tubuhnya, hingga ia bisa minum dan bertahan hidup. Ketika para penyiksanya melihat hal itu, mereka tercengang dan mengakui bahwa apa yang menimpanya adalah pertolongan dari Tuhan yang ia sembah. Subhanallah, pertolongan Allah datang pada saat yang paling mustahil.
Keimanan yang Tak Tergoyahkan
Ujian berat itu justru semakin menguatkan keimanan Ummu Syarik. Ia menyadari bahwa penderitaan di dunia hanyalah sementara, sementara ganjaran dari Allah bersifat kekal. Setelah dibebaskan dari siksaan, ia tidak berhenti berdakwah. Bahkan, semangatnya semakin membara. Ia terus mengajak orang kepada Islam dengan cara yang penuh hikmah dan kelembutan.
Kisah keteguhan hatinya menjadi inspirasi bagi banyak sahabat lainnya. Rasulullah ﷺ memuji keteguhan imannya dan menjadikannya sebagai contoh wanita mukminah yang teguh dan sabar di jalan Allah. Dalam beberapa sumber sejarah disebutkan bahwa Ummu Syarik akhirnya hijrah ke Madinah, bergabung dengan kaum Muslimin, dan hidup di bawah bimbingan Rasulullah ﷺ.
Pelajaran dari Kisah Ummu Syarik
Kisah Ummu Syarik menyimpan banyak pelajaran berharga yang relevan sepanjang masa. Berikut beberapa di antaranya:
1. Dakwah Tidak Harus Terang-Terangan
Ummu Syarik mengajarkan bahwa dakwah bisa dilakukan dengan banyak cara. Ketika kondisi tidak memungkinkan untuk berdakwah secara terbuka, menyampaikan kebenaran dengan cara rahasia pun tetap mulia. Yang terpenting adalah niat tulus dan keteguhan hati dalam memperjuangkan agama Allah.
2. Perempuan Juga Punya Peran Besar dalam Dakwah
Sering kali sejarah menyoroti peran laki-laki dalam perjuangan Islam, namun kisah Ummu Syarik membuktikan bahwa wanita pun memiliki kekuatan luar biasa dalam menyebarkan kebaikan dan kebenaran. Ia menggunakan kedekatan sosialnya untuk mengajak sesama wanita mengenal Allah.
3. Keteguhan dalam Ujian Adalah Bukti Keimanan
Setiap perjuangan pada jalan Allah pasti ujian menyertainya. Ummu Syarik tetap teguh meski mendapat siksaan dan kaumnya meninggalkannya. Ia tahu bahwa sabar di dunia jauh lebih ringan dibandingkan siksa di akhirat. Kesabarannya menjadi bukti keikhlasan dan ketulusan imannya.
4. Pertolongan Allah Selalu Dekat bagi Orang yang Sabar
Kisah munculnya air saat ia hampir mati kehausan di padang pasir adalah bukti nyata bahwa pertolongan Allah tidak pernah terlambat. Siapa pun yang bersabar dan bertawakal, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar dari kesulitan.
5. Rahasia Keberhasilan Dakwah Adalah Hikmah dan Keikhlasan
Ummu Syarik tidak menggunakan kekerasan dalam dakwahnya, tetapi hikmah dan kelembutan. Ia berbicara dengan hati, bukan hanya dengan kata. Itulah sebabnya meski ia hidup dalam masa penindasan, pesannya tetap sampai kepada banyak orang.
Refleksi untuk Umat Islam Masa Kini
Kisah Ummu Syarik bukan sekadar cerita sejarah, melainkan cermin bagi umat Islam masa kini. Pada zaman modern, kita mungkin tidak menghadapi penyiksaan fisik seperti yang ia alami, tetapi tantangan dakwah tetap ada — berupa godaan dunia, rasa takut mendapat cemooh, atau rasa malas untuk menyampaikan kebenaran.
Jika Ummu Syarik mampu berdakwah dalam ketakutan dan bahaya, maka seharusnya kita pun bisa berdakwah dalam kemudahan dan kebebasan saat ini. Menyampaikan kebenaran tidak harus dengan ceramah besar; cukup dengan tulisan, nasihat lembut, atau perilaku baik yang mencerminkan nilai Islam.
Keberanian Ummu Syarik juga mengingatkan bahwa tidak boleh menyembunyikan iman karena takut kepada manusia. Sembunyikanlah amal demi keikhlasan, tetapi jangan sembunyikan kebenaran karena takut kehilangan posisi atau popularitas. Allah lah yang memberi kemuliaan sejati kepada hamba-hamba-Nya yang tulus di jalan-Nya.
Penutup
Kisah Ummu Syarik radhiyallahu ‘anha adalah kisah tentang keberanian, kesabaran, dan keteguhan iman seorang wanita yang tidak gentar menghadapi tekanan demi menyebarkan dakwah tauhid. Ia membuktikan bahwa dakwah bukan hanya tugas kaum pria, tetapi juga kewajiban setiap Muslim yang telah merasakan manisnya iman.
Melalui dakwah sembunyi-sembunyinya, ia menanam benih keimanan di hati banyak orang. Dengan keteguhannya, ia mengajarkan arti sabar dan tawakal. Melalui kisahnya, ia mengingatkan kita bahwa siapa pun yang berjuang pada jalan Allah dengan tulus, pasti akan mendapat pertolongan-Nya, meskipun seluruh dunia memusuhinya.
Semoga kita dapat meneladani keimanan dan keberanian Ummu Syarik, menjadi penyebar kebaikan di manapun kita berada, dengan niat yang ikhlas, tutur yang lembut, dan hati yang penuh harapan kepada ridha Allah.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-‘Ankabut: 69)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
