Khazanah
Beranda » Berita » Tenaga Dalam dalam Pandangan Islam (Kajian Aqidah dan Perspektif Tauhid)

Tenaga Dalam dalam Pandangan Islam (Kajian Aqidah dan Perspektif Tauhid)

Tenaga Dalam dalam Pandangan Islam (Kajian Aqidah dan Perspektif Tauhid)
Tenaga Dalam dalam Pandangan Islam (Kajian Aqidah dan Perspektif Tauhid)

 

SURAU.CO – Dalam kehidupan modern, istilah tenaga dalam sering dikaitkan dengan kemampuan spiritual seseorang yang diyakini dapat menimbulkan kekuatan luar biasa dari tubuh manusia, seperti memindahkan benda tanpa sentuhan, menyalurkan energi untuk penyembuhan, atau menundukkan orang lain melalui tatapan atau gerakan tertentu.

Fenomena ini banyak dijumpai dalam dunia bela diri, meditasi, bahkan praktik pengobatan alternatif. Namun, bagaimana Islam memandang konsep tenaga dalam ini? Apakah ia sejalan dengan akidah tauhid atau justru bertentangan dengannya?

Hakikat Tenaga Dalam Menurut Pandangan Umum

Dalam berbagai aliran atau kepercayaan non-Islam, tenaga dalam sering dikaitkan dengan kekuatan gaib yang bersumber dari energi alam semesta, “chi” (dalam kepercayaan Cina), atau “prana” (dalam filsafat Hindu).

Mereka meyakini bahwa tubuh manusia dapat menyerap energi alam melalui latihan pernapasan, meditasi, atau mantra tertentu hingga menghasilkan kekuatan supranatural.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Konsep seperti ini pada hakikatnya bukan berasal dari ajaran Islam, tetapi dari ajaran filsafat Timur dan mistisisme kuno yang sering kali bercampur dengan unsur kepercayaan terhadap kekuatan selain Allah.

Islam dan Kekuatan yang Sebenarnya

Islam mengajarkan bahwa semua kekuatan hakiki berasal dari Allah ﷻ semata. Tidak ada daya (quwwah) dan kekuatan (la hawla wa la quwwata) kecuali dengan izin Allah. Seorang mukmin yang meyakini adanya kekuatan lain selain dari Allah telah menyalahi prinsip tauhid.

Allah berfirman:

> “Dan Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.” (QS. Ash-Shaffat: 96)

Ayat ini menegaskan bahwa seluruh perbuatan dan kekuatan yang muncul dari manusia hakikatnya diciptakan oleh Allah. Maka, jika seseorang mengklaim memiliki kekuatan tenaga dalam yang muncul dari “energi alam”, “ruh bumi”, atau “kekuatan batin” di luar izin Allah, berarti ia telah jatuh ke dalam bentuk kesyirikan halus (syirik khafi).

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Ruhani, Bukan Energi Alam

Dalam Islam, kekuatan spiritual yang benar bukan berasal dari “energi kosmis” melainkan dari kekuatan ruhani yang dibimbing oleh iman, takwa, dan amal saleh.
Seorang mukmin yang dekat dengan Allah, banyak dzikir, dan istiqamah dalam ibadah, memang dapat diberi oleh Allah kekuatan luar biasa (karamah), sebagaimana yang terjadi pada para wali Allah dan para sahabat Nabi ﷺ.

Namun perhatikan perbedaannya:

Karamah diberikan oleh Allah, bukan hasil latihan meditasi.
>Karamah tidak bisa diminta atau dipamerkan, tetapi merupakan bentuk pertolongan Allah kepada hamba-Nya yang ikhlas.
>Karamah tidak bertentangan dengan syariat, dan tidak digunakan untuk kesombongan atau keuntungan duniawi.

Bahaya Latihan Tenaga Dalam Tanpa Tuntunan Syariat

Banyak praktik tenaga dalam modern yang menggunakan mantra, meditasi tanpa dzikir kepada Allah, bahkan mengundang “energi gaib” untuk masuk ke dalam tubuh. Hal ini sangat berbahaya, karena membuka jalan bagi jin dan setan untuk mempengaruhi tubuh manusia.

Allah berfirman:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

> “Dan sesungguhnya ada beberapa laki-laki di antara manusia yang meminta perlindungan kepada laki-laki di antara jin, maka jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesesatan.” (QS. Al-Jin: 6)

Inilah yang sering tidak disadari oleh para pelaku tenaga dalam. Mereka mengira kekuatan itu berasal dari hasil latihan, padahal bisa jadi ia bersumber dari jin yang menipu dengan menampakkan kekuatan luar biasa.

Kekuatan Sejati: Iman, Doa, dan Tawakal

Islam mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukan berasal dari pernapasan panjang atau konsentrasi meditasi, melainkan dari keteguhan hati dalam tauhid dan tawakal kepada Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada masing-masing ada kebaikan. Bersemangatlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah.” (HR. Muslim no. 2664)

Hadis ini menunjukkan bahwa kekuatan yang dianjurkan Islam adalah kekuatan fisik, mental, dan spiritual yang bersandar pada iman dan doa, bukan pada kekuatan misterius yang tidak jelas sumbernya.

Latihan Fisik dan Ketenangan Batin dalam Islam

Islam tidak menolak latihan fisik atau pernapasan yang bertujuan untuk kesehatan. Bahkan Nabi ﷺ menganjurkan umatnya untuk berlatih memanah, berkuda, dan berenang.
Jika latihan tersebut murni untuk menjaga kebugaran tubuh tanpa unsur mistik atau ritual non-Islam, maka hukumnya boleh.

Namun jika disertai dengan unsur:

Keyakinan bahwa ada energi alam yang bisa diserap,
Bacaan atau mantra tanpa dasar syariat,
Ritual meditasi yang menyerupai ibadah agama lain,
maka hal itu haram dan termasuk perbuatan syirik.

Kesimpulan dan Nasihat

Tenaga dalam dalam makna mistik bukanlah ajaran Islam. Islam tidak mengenal energi alam yang bisa dikendalikan manusia untuk kekuatan supranatural.
Segala kekuatan hanya milik Allah, dan manusia hanya bisa kuat bila diberi kemampuan oleh-Nya.

Jika seseorang ingin memperoleh kekuatan luar biasa, maka tempuhlah jalan yang benar:

Perkuat iman dan ibadah,
Perbanyak dzikir dan istighfar,
Jaga diri dari maksiat,
Mohon pertolongan hanya kepada Allah.

Penutup

Ketenangan batin dan kekuatan spiritual bukanlah hasil olah napas, melainkan buah dari hati yang bersih, dzikir yang ikhlas, dan doa yang tulus.
Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh; jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, jika hati terhubung dengan Allah, seluruh tubuh akan kuat dan tenang. Itulah “tenaga dalam” yang sejati dalam pandangan Islam — kekuatan yang bersumber dari iman, bukan dari energi alam semesta. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement