Khazanah Opinion
Beranda » Berita » Berapa Umur yang Telah Kita Lalui? Bertambah atau Berkurang?

Berapa Umur yang Telah Kita Lalui? Bertambah atau Berkurang?

Berapa Umur yang Telah Kita Lalui? Bertambah atau Berkurang?
Berapa Umur yang Telah Kita Lalui? Bertambah atau Berkurang? Ilustrasi Gambar : SURAU.CO

SURAU.CO – Manusia sering kali merasa bangga ketika merayakan ulang tahun. Tidak sedikit yang mengucapkan, “Selamat ulang tahun, semoga panjang umur!” dengan harapan bahwa usia akan terus bertambah dan kehidupan semakin panjang. Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan merenung — apakah benar umur kita bertambah setiap kali kita berulang tahun? Atau justru sebaliknya, umur kita sebenarnya berkurang? Pertanyaan ini sederhana, namun menyimpan makna yang sangat dalam.

Umur: Waktu yang Tidak Bisa Kembali

Setiap manusia hidup dalam perjalanan waktu yang pasti — dari lahir hingga ajal tiba. Sejak pertama kali kita menghirup udara dunia, sebenarnya kita sudah mulai menghitung mundur menuju akhir kehidupan. Umur bukanlah angka yang terus bertambah, tetapi justru waktu yang tersisa semakin sedikit.

Bayangkan sebuah lilin yang menyala di ruangan gelap. Setiap detik yang berlalu, sumbu lilin itu semakin pendek, dan cahayanya perlahan mendekati akhir. Begitulah kehidupan manusia. Semakin lama kita hidup, semakin dekat kita dengan kematian. Maka, bukanlah umur yang bertambah, melainkan kesempatan hidup yang berkurang.

Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan kita tentang waktu:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”
(QS. Al-‘Ashr [103]: 1–3)

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Ayat ini menegaskan bahwa setiap detik waktu yang berlalu adalah potensi kerugian jika tidak digunakan dengan baik. Orang yang beriman dan beramal salehlah yang mampu mengubah waktu menjadi ladang pahala, bukan penyesalan.

Paradigma yang Salah tentang “Pertambahan Umur”

Banyak orang yang memaknai ulang tahun sebagai “pertambahan umur”, padahal sejatinya itu adalah pengurangan jatah hidup. Jika seorang manusia ditakdirkan hidup selama 70 tahun, maka ketika ia berusia 30 tahun, sebenarnya sisa umurnya tinggal 40 tahun lagi — dan setiap tahun, sisa itu berkurang.

Kita sering menganggap usia yang semakin tua sebagai tanda “kemajuan hidup”, padahal bisa juga menjadi tanda bahwa waktu untuk memperbaiki diri semakin sedikit. Bukankah setiap tahun yang berlalu membawa kita satu langkah lebih dekat ke liang kubur?

Rasulullah bersabda:

“Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun, dan sedikit dari mereka yang melampaui itu.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Hadis ini seakan memberi kita peringatan lembut: manusia tidak hidup selamanya. Maka, setiap kali kita “menambah umur”, sesungguhnya kita sedang kehilangan satu tahun dari waktu yang Allah tetapkan untuk kita.

Waktu yang Hilang Tidak Akan Kembali

Waktu adalah karunia yang sangat berharga. Ia tidak bisa dibeli, tidak bisa ditunda, dan tidak bisa dikembalikan. Orang yang kaya tidak bisa membeli satu jam tambahan untuk memperpanjang hidupnya. Orang yang kuat tidak bisa menahan waktu agar tidak berjalan.

Setiap detik yang kita habiskan untuk hal sia-sia adalah bagian umur yang terbuang percuma. Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:

“Aku membenci seseorang yang menganggur; tidak bekerja untuk dunia dan tidak pula untuk akhirat.”

Ucapan ini menunjukkan betapa pentingnya memanfaatkan umur dengan sebaik-baiknya. Karena ketika ajal datang, tidak ada satu pun manusia yang bisa meminta tambahan waktu, walaupun hanya sesaat. Allah berfirman:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang.”
(QS. Al-Munafiqun [63]: 11)

Begitu jarum kehidupan berhenti berdetak, berakhirlah kesempatan untuk berbuat baik, beribadah, bertaubat, atau memperbaiki kesalahan. Maka, setiap hari yang berlalu adalah kesempatan emas yang harus dimanfaatkan.

Bertambah Bijak Seiring Berkurangnya Umur

Jika umur kita memang berkurang, maka pertanyaannya: apakah kita bertambah bijak? Apakah kita semakin dekat kepada Allah? Ataukah kita justru semakin jauh dari tujuan hidup yang hakiki?

Banyak orang menua secara fisik, tapi tidak bertambah matang secara spiritual. Rambut memutih, kulit mengeriput, namun hati tetap lalai dan tenggelam dalam dunia. Padahal Rasulullah bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Dan seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya dan buruk amalnya.”
(HR. Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa panjang umur hanyalah anugerah jika digunakan untuk amal saleh. Sebaliknya, umur yang panjang tanpa amal kebaikan hanyalah penambahan beban dosa.

Maka, ukuran keberhasilan hidup bukan pada seberapa lama kita hidup, tetapi seberapa bermakna umur yang kita jalani. Setiap tahun yang berlalu seharusnya menjadi cermin bagi kita: apakah kita semakin dekat kepada surga atau justru semakin jauh darinya?

Umur: Modal Menuju Akhirat

Allah memberi manusia waktu sebagai modal untuk beramal. Dunia ini ibarat ladang tempat menanam, dan akhirat adalah tempat memanen hasil. Maka, umur adalah masa menanam amal saleh. Jika masa itu dihabiskan untuk kebaikan, hasilnya adalah kebahagiaan abadi. Namun, jika disia-siakan, penyesalan tiada guna.

Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata:

“Umur seseorang adalah sebenarnya waktunya. Jika ia habiskan waktunya untuk Allah dan untuk hal-hal yang mendekatkan diri kepada-Nya, maka itu adalah umur yang sebenarnya. Namun jika ia habiskan dalam kelalaian dan hawa nafsu, maka hakikatnya ia belum hidup.”

Begitu berharga waktu yang kita miliki hingga Rasulullah bersabda:

“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu karenanya: kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Bukhari)

Kesehatan dan waktu sering dianggap hal biasa, padahal keduanya adalah harta tak ternilai. Saat sehat, kita bisa beribadah, bekerja, dan berbuat baik. Namun ketika sakit atau ajal mendekat, barulah kita sadar betapa berharganya setiap detik yang telah hilang.

Menjadikan Umur yang Tersisa Lebih Bermakna

Jika umur yang berlalu tidak bisa kembali, maka yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan sisa umur dengan sebaik-baiknya. Tidak peduli berapa usia kita sekarang — 20, 40, atau 60 tahun — masih ada waktu untuk memperbaiki diri.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan agar sisa umur lebih berarti:

  1. Perbanyak ibadah dan amal saleh.
    Gunakan waktu untuk shalat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan bersedekah.
  2. Tinggalkan maksiat dan kebiasaan buruk.
    Jangan biarkan umur habis dalam dosa yang mengundang murka Allah.
  3. Gunakan waktu untuk menebar manfaat.
    Rasulullah
    bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Ahmad)
  4. Perbaiki hubungan dengan sesama.
    Minta maaf atas kesalahan, jalin kembali silaturahim, dan hindari permusuhan.
  5. Renungi kematian setiap hari.
    Bukan untuk membuat takut, tetapi agar hati selalu sadar bahwa dunia bukan tempat tinggal abadi.

Umur Bukan Tentang Lamanya, Tapi Tentang Gunanya

Banyak orang berumur panjang namun tidak meninggalkan jejak kebaikan, sementara ada yang berumur singkat tapi dikenang karena amalnya. Imam Nawawi wafat di usia 45 tahun, tetapi karyanya masih dibaca jutaan umat hingga hari ini.

Artinya, umur tidak diukur dari lamanya hidup, tetapi dari keberkahan waktu yang Allah berikan. Satu hari yang diisi dengan ketaatan lebih berharga daripada seribu hari yang dihabiskan dalam kelalaian.

Maka, jangan hanya berdoa agar umur panjang, tapi berdoalah agar diberi keberkahan umur. Rasulullah mengajarkan doa:

“Ya Allah, berkahilah kami dalam umur kami, rezeki kami, dan amalan kami.”

Umur Kita Sebenarnya Sedang Berkurang

Setiap kali ulang tahun tiba, seharusnya bukan hanya pesta dan ucapan selamat yang diingat, tapi juga renungan bahwa waktu hidup semakin pendek. Umur bukan bertambah, tetapi berkurang.

Kita tidak tahu berapa tahun, bulan, atau bahkan hari yang tersisa. Maka, gunakanlah setiap kesempatan untuk mendekat kepada Allah. Jadikan sisa umur sebagai kesempatan terakhir untuk memperbaiki diri.

Sebagaimana pepatah ulama:

“Hari kemarin telah pergi dan tidak akan kembali, hari esok belum tentu milikmu, maka manfaatkanlah hari ini sebaik-baiknya.”

Setiap detik yang kita jalani adalah langkah menuju akhir. Dan ketika waktu itu tiba, hanya amal baiklah yang akan menemani kita di alam kubur.

Maka, saat kita bertanya, “Berapa umur yang telah kita lalui? Bertambah atau berkurang?”, jawaban yang jujur adalah: umur kita tidak bertambah, tapi berkurang. Dan semakin berkurang umur itu, seharusnya semakin dekat pula hati kita kepada Allah , Sang Pemilik waktu dan kehidupan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement