Khazanah Mode & Gaya
Beranda » Berita » Adab Interaksi Internet Dengan Lawan Jenis

Adab Interaksi Internet Dengan Lawan Jenis

Adab Interaksi Internet Dengan Lawan Jenis
Adab Interaksi Internet Dengan Lawan Jenis. Ilustrasi Gambar : SURAU.CO

SURAU.CO – Dalam era digital saat ini, interaksi manusia telah melampaui batas ruang dan waktu. Dengan hanya mengetik beberapa kata di layar, seseorang bisa terhubung dengan siapa pun di berbagai penjuru dunia. Internet memberikan kemudahan luar biasa, termasuk dalam hal komunikasi dan silaturahmi. Namun, di balik kemudahan itu, tersimpan potensi besar yang bisa membawa manusia pada kebaikan — atau sebaliknya, pada keburukan. Salah satu area yang paling rawan adalah interaksi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram di dunia maya.

Islam, sebagai agama yang sempurna, mengatur bukan hanya kehidupan nyata, tetapi juga perilaku umatnya dalam dunia digital. Adab interaksi antara laki-laki dan perempuan tetap harus dijaga, meskipun komunikasi dilakukan secara daring. Artikel ini akan membahas secara mendalam adab interaksi di internet dengan lawan jenis agar seorang Muslim tetap berada di jalan yang diridhai Allah.

Menyadari Bahwa Allah Mengawasi Dunia Maya 

Sebelum membahas adab yang lebih teknis, hal pertama yang harus tertanam dalam hati seorang Muslim adalah kesadaran bahwa Allah Maha Melihat. Baik ketika berbicara langsung, melalui telepon, maupun menulis pesan di media sosial — tidak ada yang luput dari pengawasan-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:

“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang melainkan Dialah yang keempatnya, dan tidak ada (pembicaraan) antara lima orang melainkan Dialah yang keenamnya…”
(QS. Al-Mujādilah: 7)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa meskipun obrolan di dunia maya tampak pribadi, sejatinya ia tetap berada di bawah pengawasan Allah. Maka, interaksi digital bukan tempat untuk menurunkan standar iman dan adab.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Niat yang Lurus Dalam Berkomunikasi

Setiap interaksi harus dimulai dengan niat yang benar. Jika seseorang berkomunikasi dengan lawan jenis, hendaknya tujuannya jelas dan terarah — misalnya untuk urusan pekerjaan, pendidikan, dakwah, atau kebutuhan lain yang dibenarkan syariat.
Rasulullah
bersabda:

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Niat yang bersih akan menjadi tameng dari godaan syahwat dan percakapan yang tidak bermanfaat. Sebaliknya, jika komunikasi dilakukan hanya untuk bersenang-senang, iseng, atau mencari perhatian, maka itu bisa menjadi pintu menuju fitnah.

Hindari Komunikasi Pribadi Tanpa Keperluan

Media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan Telegram memudahkan komunikasi pribadi (private chat). Namun, komunikasi pribadi dengan lawan jenis tanpa alasan syar’i sering kali menjadi awal munculnya godaan. Banyak kisah sedih bermula dari chat ringan yang berlanjut menjadi perasaan cinta yang salah arah.

Islam mengajarkan prinsip saddudz dzarī‘ah — menutup pintu menuju kemaksiatan. Maka, meskipun pesan singkat tampak sepele, ia bisa menjadi celah setan untuk menjerumuskan seseorang. Jika perlu berkomunikasi, usahakan dilakukan secara terbuka dan profesional, misalnya melalui grup kerja atau forum yang disaksikan banyak orang.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Menjaga Bahasa dan Gaya Bicara

Dalam dunia maya, cara seseorang menulis bisa mencerminkan kepribadiannya. Karena itu, seorang Muslim dan Muslimah harus menjaga adab dalam penulisan pesan sebagaimana ia menjaga adab berbicara langsung.
Allah berfirman kepada para istri Nabi
:

“Maka janganlah kamu (para wanita) tunduk dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.”
(QS. Al-Ahzab: 32)

Ayat ini mengandung prinsip umum — bahwa seorang wanita (dan juga pria) tidak boleh menggunakan bahasa yang menggoda, lembut berlebihan, atau bernada menggairahkan ketika berbicara dengan lawan jenis. Dalam konteks digital, hal ini bisa berarti:

  • Tidak menggunakan emoji berlebihan (terutama yang bernuansa romantis).
  • Tidak menulis dengan gaya yang genit atau menggoda.
  • Menulis dengan nada sopan, to the point, dan profesional.

Tidak Mengirim Gambar atau Video Pribadi

Salah satu bentuk fitnah besar di internet adalah pertukaran foto dan video pribadi. Sering kali, hal ini bermula dari rasa percaya atau kedekatan emosional, namun berakhir dengan penyesalan mendalam. Islam menekankan agar aurat dijaga dan tidak ditampilkan kepada yang bukan mahram.
Rasulullah
bersabda:

“Malu itu cabang dari iman.”
(HR. Muslim)

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

Menjaga malu di dunia digital sama pentingnya dengan di dunia nyata. Mengirim foto selfie tanpa kebutuhan, apalagi dalam pose atau pakaian yang tidak pantas, bisa membuka pintu dosa. Bahkan jika tujuannya bukan menggoda, tetap saja itu melanggar adab seorang Muslim.

Hindari Bercanda Berlebihan dan Flirting Online

Dalam interaksi online, batas antara bercanda dan menggoda sering kali kabur. Chat yang awalnya ringan bisa menjadi kebiasaan, dan akhirnya menimbulkan ketertarikan yang tidak syar’i.
Rasulullah
bersabda:

“Tidaklah seorang laki-laki berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita, kecuali setan menjadi yang ketiganya.”
(HR. Tirmidzi)

Meski secara fisik tidak berada di tempat yang sama, chat pribadi tetap bisa dikategorikan sebagai bentuk “khalwat virtual”. Setan tetap hadir untuk membisikkan hal-hal yang menjerumuskan. Karena itu, sebaiknya hindari candaan pribadi, panggilan sayang, atau topik yang bersifat pribadi seperti perasaan, fisik, atau keluarga kecuali dalam konteks yang benar-benar diperlukan.

Menjaga Pandangan Digital (Ghadl al-Bashar Online)

Menjaga pandangan bukan hanya di dunia nyata, tapi juga di dunia digital. Allah berfirman:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka…”
(QS. An-Nur: 30)

Menundukkan pandangan di dunia maya berarti tidak melihat foto, video, atau konten lawan jenis yang dapat menimbulkan syahwat. Ini termasuk berhati-hati dalam mengikuti akun media sosial, menonton konten, atau mengomentari postingan lawan jenis dengan niat yang tidak baik.

Setiap klik adalah pilihan, dan setiap pandangan akan dimintai pertanggungjawaban.

Batasi Waktu dan Intensitas Komunikasi

Islam mengajarkan keseimbangan dan batasan. Terlalu sering berkomunikasi dengan lawan jenis, meskipun dengan alasan yang benar, dapat membuka peluang timbulnya rasa yang tidak seharusnya.
Cukupkan interaksi sebatas kebutuhan, dan hindari komunikasi yang tidak perlu seperti “menanyakan kabar” tanpa alasan syar’i.

Apabila hubungan komunikasi semakin intens, maka sebaiknya diarahkan pada jalan halal — yaitu pernikahan. Jangan biarkan perasaan tumbuh dalam ruang maya tanpa kejelasan, karena banyak hati yang terluka oleh “cinta online” yang tak pernah diridhai.

Gunakan Teknologi Untuk Kebaikan

Internet bisa menjadi sarana dakwah, ilmu, dan kebaikan jika digunakan dengan benar. Gunakan media sosial untuk:

  • Menyebarkan ilmu dan nasihat Islami.
  • Menginspirasi dengan konten yang bermanfaat.
  • Menjaga ukhuwah tanpa melampaui batas.

Rasulullah bersabda:

“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.”
(HR. Muslim)

Dengan demikian, berinteraksi di internet hendaknya tidak hanya aman dari dosa, tetapi juga menjadi ladang pahala.

Memahami Bahaya Fitnah Digital

Salah satu musuh besar umat di zaman ini adalah fitnah digital — di mana dosa bisa dilakukan hanya dengan jari. Ghibah, maksiat, godaan, hingga zina virtual menjadi hal yang kian lumrah. Karena itu, seorang Muslim harus memiliki benteng iman yang kuat dan kesadaran spiritual yang tinggi.

Rasulullah pernah memperingatkan:

“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan Allah menjadikan kamu khalifah di dalamnya untuk melihat bagaimana kamu beramal. Maka takutlah terhadap dunia dan takutlah terhadap wanita…”
(HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa ujian terhadap wanita (dan juga terhadap laki-laki bagi wanita) adalah besar — bahkan di dunia digital. Maka, menjaga adab interaksi adalah bentuk ketaatan dan penjagaan diri dari fitnah zaman.

Minta Pertolongan Allah dan Perbanyak Dzikir

Menjaga diri di era digital bukan hal mudah. Godaan muncul di setiap scroll dan klik. Karena itu, seorang Muslim harus senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan dan hawa nafsu.
Rutinlah membaca doa, istighfar, dan dzikir. Ketika hati terisi dengan mengingat Allah, maka ruang bagi maksiat akan menyempit.

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Menutup Dengan Muhasabah

Setiap kita perlu bertanya pada diri sendiri:
Apakah interaksi online kita mendekatkan diri kepada Allah, atau justru menjauhkan?
Apakah waktu yang kita habiskan untuk berkomunikasi di dunia maya menjadi ladang pahala, atau jebakan dosa?

Internet hanyalah alat. Ia bisa menjadi sarana dakwah dan kebaikan, atau bisa menjadi jalan kehancuran moral. Maka, jadilah pengguna internet yang beradab, bukan sekadar cerdas teknologi tetapi juga berakhlak Islami.

Adab interaksi internet dengan lawan jenis bukan sekadar aturan sosial, melainkan bentuk ketaatan kepada Allah dan penjagaan terhadap kehormatan diri. Dunia maya mungkin tidak memiliki batas fisik, namun seorang Muslim sejati tetap memiliki batas moral yang jelas.

Dengan menjaga niat, sopan santun, dan batas syariat dalam komunikasi digital, kita bukan hanya menjaga diri dari dosa, tetapi juga menegakkan nilai-nilai Islam di tengah arus zaman yang semakin bebas. Semoga Allah menjaga hati, pandangan, dan jari-jari kita agar hanya menulis dan berinteraksi untuk kebaikan.

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar.”
(QS. At-Thalaq: 2)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement