Fiqih Ibadah
Beranda » Berita » Syubhat dan Syahwat; Dua Penyakit Hawa Nafsu Sumber Maksiat

Syubhat dan Syahwat; Dua Penyakit Hawa Nafsu Sumber Maksiat

Syubhat dan Syahwat; Dua Penyakit Hawa Nafsu Sumber Maksiat
Syubhat dan Syahwat; Dua Penyakit Hawa Nafsu Sumber Maksiat. Gambar : SURAU.CO

SURAU.CO – Dalam perjalanan hidup manusia, ujian terbesar bukan hanya berasal dari luar diri seperti godaan setan atau pengaruh lingkungan, tetapi juga dari dalam diri sendiri, yakni hawa nafsu. Hawa nafsu yang tidak terkendalikan dapat menjadi sumber kehancuran iman dan akhlak. Dari berbagai bentuk penyakit hawa nafsu yang paling berbahaya dan sering menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan maksiat adalah syubhat dan syahwat.

Kedua penyakit ini saling berkaitan: syubhat menyesatkan akal dan keyakinan, sementara syahwat menjerumuskan jiwa ke dalam kenikmatan dosa. Keduanya menjadi akar dari berbagai bentuk kemaksiatan dan penyimpangan moral yang terjadi.

Makna Syubhat dan Syahwat

Secara bahasa, syubhat (شبهة) berasal dari kata syabbaha yang berarti “menyerupai” atau “mirip”. Dalam istilah agama, syubhat berarti sesuatu yang samar antara halal dan haram, benar dan salah, sehingga banyak orang yang terjebak dalam keraguan. Syubhat juga bisa berarti kerancuan dalam memahami kebenaran, yang menyebabkan seseorang tidak lagi mampu membedakan antara petunjuk dan kesesatan.

Sementara syahwat (شهوة) berarti keinginan yang kuat terhadap sesuatu, terutama terhadap hal-hal duniawi dan kenikmatan jasmani seperti harta, kekuasaan, makanan, dan lawan jenis. Syahwat adalah naluri alami manusia, tetapi jika tidak terkendalikan dengan iman dan akal, ia akan menuntun manusia menuju perbuatan maksiat dan dosa besar.

Para ulama telah menjelaskan kedua penyakit ini — syubhat dan syahwat–sebagai sumber utama dari semua bentuk penyimpangan manusia. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:

Tidak Shalat Jum’at Karena Hujan; Apa Hukumnya?

“Kerusakan hati bersumber dari dua hal: syubhat yang menimbulkan kebodohan dan keraguan, serta syahwat yang menimbulkan penyimpangan dan kezaliman.”

Dengan kata lain, syubhat merusak ilmu dan akidah, sedangkan syahwat merusak amal dan akhlak.

Syubhat: Ketika Hati dan Akal Diliputi Keraguan

Syubhat adalah penyakit hati yang berbahaya karena sering kali penderitanya tidak menyadari. Ia masuk dengan halus melalui bisikan, pemikiran, dan argumentasi yang tampak benar, padahal hakikatnya menyesatkan.

Contoh nyata dari syubhat di zaman modern adalah munculnya ide-ide yang berusaha menafsirkan agama sesuai hawa nafsu: meragukan kebenaran Al-Qur’an, menolak hadis sahih dengan alasan “tidak sesuai zaman”, atau menjustifikasi perbuatan dosa dengan dalih “kebebasan pribadi”.

Syubhat membuat seseorang bingung antara kebenaran dan kebatilan. Ia tidak lagi yakin terhadap ajaran Islam secara utuh, karena pikirannya telah tercemari oleh kerancuan. Inilah yang firman Allah maksudkan:

Amalan Sunnah Harian Sesuai Dalil Dari Al-Qur’an dan Hadist

“Maka adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat (samar), untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya.”
(QS. Ali ‘Imran: 7)

Orang yang terjangkit syubhat sering kali merasa dirinya paling benar. Ia berdebat tanpa ilmu, menyebarkan pandangan sesat, dan menolak nasihat ulama. Padahal Rasulullah telah memperingatkan:

“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya ada perkara syubhat yang tidak diketahui oleh banyak orang. Barang siapa menjaga diri dari yang syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang berhati-hati terhadap perkara syubhat akan selalu mencari ilmu, bertanya kepada ulama, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan. Sebaliknya, orang yang gegabah akan terjerumus ke dalam kesesatan tanpa disadari.

Syahwat: Ketika Nafsu Menjadi Penguasa Hati

Jika syubhat menyerang akal dan keyakinan, maka syahwat menyerang kehendak dan perbuatan. Syahwat membuat manusia mengejar kenikmatan sesaat tanpa memikirkan akibatnya. Ia seperti api yang menyala — semakin dituruti, semakin membakar.

Raih Kebahagiaan Dengan Qana’ah

Syahwat adalah fitrah manusia yang harus terkendalikan, bukan dihapuskan. Allah menciptakan syahwat agar manusia bisa menikmati hal-hal yang halal seperti makanan, hubungan suami-istri, dan keindahan dunia. Namun ketika syahwat keluar dari batas yang diizinkan syariat, ia menjadi sumber dosa dan kehinaan.

Allah berfirman:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(QS. Ali ‘Imran: 14)

Rasulullah bersabda:

“Tidaklah seorang pezina berzina saat ia berzina dalam keadaan beriman, dan tidaklah seorang pencuri mencuri saat ia mencuri dalam keadaan beriman.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menggambarkan bagaimana syahwat dapat menutupi cahaya iman. Ketika syahwat menguasai hati, seseorang akan buta terhadap akibat buruk dari perbuatannya. Ia rela mengorbankan iman dan harga diri demi kenikmatan sesaat.

Dua Sisi Kegelapan: Syubhat dan Syahwat

Syubhat dan syahwat bagaikan dua sisi dari satu mata uang yang sama. Keduanya menyesatkan manusia dari jalan Allah, hanya dengan cara yang berbeda.

  • Syubhat menipu dengan kedok ilmu dan pemikiran. Ia menghiasi kebatilan agar tampak benar.
  • Syahwat menipu dengan kelezatan dan kenikmatan. Ia menghiasi dosa agar tampak indah.

Keduanya berakar dari hawa nafsu yang tidak terkendali. Allah berfirman:

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? Maka Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan menutup pendengaran serta hatinya.”
(QS. Al-Jatsiyah: 23)

Ayat ini menjelaskan bahwa ketika seseorang menjadikan hawa nafsu sebagai penguasa hidupnya, ia tidak lagi tunduk pada petunjuk Allah. Hatinya tertutup dari kebenaran, matanya buta terhadap dosa, dan hidupnya penuh kesesatan.

Bagaimana Mengobati Penyakit Syubhat dan Syahwat

1. Menuntut Ilmu yang Benar

Syubhat muncul karena kebodohan. Oleh karena itu, menuntut ilmu syar’i adalah obat pertama. Ilmu yang benar akan menjadi cahaya yang membedakan antara hak dan batil. Rasulullah bersabda:

“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka Allah akan memahamkannya tentang agama.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Mendekatkan Diri kepada Ulama

Ulama adalah penjaga kebenaran. Mereka memahami batas antara halal dan haram, serta mampu menjelaskan perkara yang samar. Jangan mengambil ilmu agama dari sumber yang tidak jelas atau dari orang yang tidak berkompeten.

3. Memperbanyak Dzikir dan Tadabbur Al-Qur’an

Zikir dan tadabbur Al-Qur’an menenangkan hati, membersihkannya dari keraguan, serta memperkuat iman. Allah berfirman:

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

4. Menundukkan Pandangan dan Menjaga Syahwat

Pandangan adalah panah syaitan. Ketika seseorang menundukkan pandangan, ia menutup pintu pertama syahwat. Rasulullah bersabda:

“Pandangan adalah panah beracun dari panah-panah Iblis. Barang siapa menundukkan pandangan karena Allah, maka Allah akan berikan rasa manis iman yang ia rasakan dalam hatinya.”
(HR. Hakim)

5. Menjaga Lingkungan dan Pergaulan

Lingkungan berpengaruh besar terhadap kebersihan hati. Jika seseorang berada di lingkungan yang penuh maksiat, ia mudah terseret oleh syahwat. Sebaliknya, berada di majelis ilmu dan bersama orang saleh akan menjaga hati dari syubhat dan syahwat.

6. Berpuasa dan Menjaga Ibadah

Puasa adalah senjata ampuh menundukkan syahwat. Rasulullah bersabda:

“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu menikah maka menikahlah. Dan barang siapa belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menjadi perisai baginya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

7. Bersyukur dan Qana’ah

Banyak orang terjerumus ke dalam syahwat karena tidak merasa cukup. Hati yang qana’ah akan mudah menolak godaan dunia. Orang yang bersyukur akan lebih sibuk menghitung nikmat Allah daripada mengejar yang tidak halal.

Bahaya Membiarkan Hati Dikuasai Nafsu

Jika penyakit syubhat dan syahwat dibiarkan tanpa pengobatan, maka hati akan menjadi keras dan gelap. Ia tidak lagi peka terhadap dosa, bahkan menganggap dosa sebagai hal biasa. Rasulullah bersabda:

“Apabila seorang hamba melakukan dosa, maka akan muncul titik hitam di hatinya. Jika ia bertobat, maka hatinya akan bersih. Jika ia terus berbuat dosa, maka titik hitam itu akan menutupi seluruh hatinya.”
(HR. Tirmidzi)

Inilah yang dimaksud dengan hati yang mati — tidak lagi mampu membedakan kebaikan dan keburukan.

Menjaga Hati dari Dua Racun Nafsu

Syubhat dan syahwat adalah dua racun hati yang menggerogoti iman manusia secara perlahan. Syubhat merusak keyakinan, syahwat merusak amal. Keduanya sama-sama menjauhkan manusia dari Allah jika tidak segera diobati dengan iman, ilmu, dan taubat.

Maka, marilah kita menjaga hati dari keraguan dan hawa nafsu. Tegakkan ilmu di atas keyakinan, dan kendalikan syahwat dengan ketakwaan. Karena sesungguhnya, hati yang bersih dari syubhat dan syahwat akan menjadi hati yang hidup, tenang, dan dekat dengan Allah.

“Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.”
(QS. Asy-Syu’ara: 88–89)

Semoga Allah menjauhkan kita dari fitnah syubhat dan syahwat, serta menjadikan hati kita kuat dalam kebenaran dan taat dalam kebaikan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement