Khazanah
Beranda » Berita » Keteguhan Hati dalam Surah Yunus hingga Hud Menurut Tafsir Jalalain

Keteguhan Hati dalam Surah Yunus hingga Hud Menurut Tafsir Jalalain

seseorang berjalan di tepi laut fajar melambangkan keteguhan hati menghadapi kehidupan.
Lukisan realis pagi hari, cahaya keemasan memantul di ombak, sosok kecil manusia berjalan penuh keyakinan.

Surau.co. Keteguhan hati adalah mutiara paling berharga dalam perjalanan iman. Ia menjadi penyangga ketika hidup terasa berat dan penerang ketika akal mulai goyah. Dalam Tafsir al-Jalalain karya Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi, keteguhan hati bukan hanya kemampuan untuk bertahan, tetapi juga kemampuan untuk tetap benar, meskipun dunia memaksa kita menyerah.

Dua surah yang memperlihatkan kedalaman makna itu adalah Surah Yunus dan Surah Hud. Keduanya menegaskan bahwa keteguhan hati menjadi fondasi iman, sumber kekuatan batin, dan bukti bahwa keikhlasan selalu menemukan jalannya sendiri.

Makna Keteguhan Hati Menurut Jalalain

Keteguhan hati, atau tsabat al-qalb, menurut Jalalain, merupakan keadaan batin yang mantap di atas kebenaran. Hati yang teguh tidak mudah diombang-ambingkan oleh keraguan, godaan dunia, atau ujian hidup. Ia seperti akar pohon yang kuat menembus tanah, menegakkan batang kehidupan agar tetap berdiri meskipun badai datang.

Dalam kehidupan sehari-hari, keteguhan hati hadir dalam tindakan sederhana: seseorang yang tetap jujur ketika ada peluang berbohong, pelajar yang terus belajar meski sering gagal, atau seorang ibu yang tidak berhenti berdoa di tengah kesulitan.
Menurut Jalalain, keteguhan hati menjadi penopang iman, dan iman pada gilirannya melahirkan keteguhan hati. Keduanya saling menopang, seperti cahaya dan matahari yang tak terpisahkan.

Keteguhan Hati dalam Surah Yunus

Keyakinan yang Tumbuh dari Kesadaran akan Kebesaran Allah

Imam Jalaluddin al-Mahalli menafsirkan Surah Yunus ayat 3:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

“Sesungguhnya Tuhan kalian adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy dan mengatur segala urusan.”

Penjelasan Jalalain menegaskan bahwa ayat ini mengajarkan keseimbangan antara pengetahuan dan penghambaan. Keteguhan hati tumbuh ketika manusia memahami bahwa seluruh ciptaan berada dalam kendali Tuhan yang Maha Bijaksana. Karena itu, tidak ada alasan untuk gelisah, sekalipun dunia tampak tidak berpihak.

Dalam kehidupan modern, pesan ini terasa sangat relevan. Saat segalanya tampak kacau, jangan tergesa kehilangan arah. Alam semesta pun tidak tercipta dalam sehari—setiap proses adalah bagian dari kebesaran. Hati yang teguh adalah hati yang percaya bahwa Allah sedang menata sesuatu, bahkan dari hal-hal yang tampak tidak berarti.

Ayat lain menegaskan hal serupa:

“Maka jika engkau ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepadamu, maka bertanyalah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.” (Yunus: 94)

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Menurut Jalalain, ayat ini bukan teguran untuk Nabi ﷺ, melainkan peringatan bagi umat agar tidak membiarkan keraguan tumbuh. Keteguhan hati menuntut pengetahuan, dialog, dan keyakinan yang aktif—bukan sikap pasif yang diam di tengah kebimbangan.

Keteguhan Hati dalam Surah Hud

Kisah Para Nabi Sebagai Cermin Keberanian Jiwa

Allah berfirman dalam Surah Hud ayat 120:

“Dan semua kisah para rasul yang Kami ceritakan kepadamu adalah agar Kami teguhkan hatimu dengannya.”

Menurut Tafsir al-Jalalain, kisah para nabi bukan sekadar catatan sejarah, melainkan terapi batin yang menguatkan jiwa Rasulullah ﷺ dan memberi pelajaran kepada umat. Setiap nabi menghadapi ujian besar—Nuh ditertawakan, Hud diabaikan, Ibrahim diuji oleh api, dan Musa dikejar Firaun. Namun mereka satu suara: tidak ada yang lebih indah daripada tetap teguh di jalan Allah.

Dalam ayat lain disebutkan:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

“Maka tetaplah engkau di jalan yang benar sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan orang-orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas.” (Hud: 112)

Imam as-Suyuthi menafsirkan bahwa istiqamah adalah bentuk tertinggi dari keteguhan jiwa. Ia bukan sekadar sabar, tetapi konsistensi dalam kebenaran tanpa menambah atau menguranginya.
Di kehidupan modern, istiqamah berarti kesetiaan pada nilai walau lingkungan berubah. Seorang pegawai yang menolak suap, pedagang yang jujur, atau anak muda yang tetap optimis di tengah pesimisme—semuanya mencerminkan makna ayat ini.

Meneladani Keteguhan Hati di Masa Kini

Keteguhan hati tidak tumbuh dalam semalam. Ia ditempa oleh waktu dan kesulitan. Jalalain menegaskan, setiap ujian adalah proses penguatan iman. Seperti besi yang dibakar api agar menjadi kuat dan bercahaya, hati manusia ditempa oleh masalah agar matang dan bercahaya.

Beberapa langkah sederhana dapat menumbuhkan keteguhan jiwa:

  1. Sadari bahwa hidup memang tidak mudah. Proses yang sulit bukan tanda kegagalan, tetapi tanda bahwa Allah sedang mengajarkan makna keteguhan.

  2. Latih istiqamah dari hal kecil. Menepati janji, menjaga waktu shalat, atau segera berbuat baik—semua adalah latihan kecil menuju keteguhan besar.

  3. Jangan berjalan sendirian. Ayat Hud 112 menyebutkan “bersama orang yang bertaubat.” Dukungan komunitas menjaga keteguhan agar tidak runtuh.

  4. Perkuat ilmu dan doa. Jalalain menegaskan bahwa ilmu dan ibadah adalah dua sayap yang membuat hati tetap lurus di tengah badai dunia.


Penutup: Hati yang Tidak Mudah Patah

Dalam pandangan Jalalain, keteguhan hati bukan sekadar daya tahan, melainkan kebijaksanaan untuk terus melangkah dengan keyakinan yang tenang. Surah Yunus menumbuhkannya melalui kesadaran akan kebesaran Allah, sementara Surah Hud menumbuhkannya melalui kisah para nabi yang pantang menyerah.

Maka, ketika hidup terasa berat, ingatlah: bahkan Rasulullah ﷺ pun diteguhkan hatinya lewat kisah dan ayat. Hati yang teguh bukan hati yang tak pernah jatuh, melainkan hati yang selalu tahu bagaimana bangkit dengan iman dan ketenangan.

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ — “Maka tetaplah teguh sebagaimana engkau diperintahkan.”


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement