Khazanah
Beranda » Berita » Makna Ujian Hidup dalam Surah Al-Anfal dan At-Taubah: Pandangan Jalalain

Makna Ujian Hidup dalam Surah Al-Anfal dan At-Taubah: Pandangan Jalalain

Seseorang berdiri di tengah gurun dengan cahaya mentari menembus awan, melambangkan harapan dalam ujian.
Gambaran simbolik manusia yang menemukan cahaya iman di tengah kesulitan hidup.

Surau.co. Setiap manusia akan menghadapi ujian. Entah berupa kehilangan, kegagalan, atau cobaan yang mengguncang hati. Namun di balik itu, selalu tersimpan pelajaran ilahi tentang keimanan dan keteguhan hati. Dalam Tafsir al-Jalalain karya dua ulama besar, Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Surah Al-Anfal dan At-Taubah diulas bukan sekadar sebagai kisah peperangan umat Islam, tetapi juga sebagai cermin spiritual tentang hakikat ujian hidup — bahwa cobaan adalah cara Allah mendidik manusia agar semakin matang dalam iman dan amal.

Ujian Sebagai Jalan Pembersihan Jiwa

Surah Al-Anfal turun setelah Perang Badar, saat kaum muslimin meraih kemenangan pertama. Namun, kemenangan itu bukan tanpa ujian. Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir al-Jalalain:

«وَيُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُحِقَّ ٱلْحَقَّ بِكَلِمَـٰتِهِۦ وَيَقْطَعَ دَابِرَ ٱلْكَـٰفِرِينَ»
“Dan Allah hendak membenarkan yang benar dengan kalimat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya.”
(QS. Al-Anfal: 7)

Imam al-Mahalli menjelaskan bahwa kemenangan bukan tanda bebas dari ujian, melainkan bukti bahwa Allah menguji siapa yang benar-benar tulus. Sebagian kaum muslimin kala itu diuji antara memilih tawanan perang atau mematuhi perintah Allah.

Pesan moralnya jelas: setiap kemenangan membawa tanggung jawab spiritual. Ujian tidak hanya berupa kesulitan, tapi juga kemudahan. Kadang, justru keberhasilan menjadi cobaan tersulit karena ia menguji niat dan keikhlasan.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Dalam kehidupan sehari-hari, ujian serupa sering terjadi. Seseorang mungkin berhasil dalam karier, tapi kemudian diuji dengan kesombongan. Ada yang mendapat cinta, tapi diuji dengan kejujuran. Seperti dalam perang jiwa, yang menang bukan yang tak pernah jatuh, tapi yang selalu bangkit dengan kesadaran bahwa semua ini datang dari Allah.

Keteguhan Iman di Tengah Ketidakpastian

Dalam Surah Al-Anfal, Allah menggambarkan keteguhan para sahabat Rasulullah ﷺ dengan bahasa yang menggetarkan.

«إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَٱسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّى مُمِدُّكُم بِأَلْفٍۢ مِّنَ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةِ مُرْدِفِينَ»
“(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu Dia mengabulkan untukmu: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”
(QS. Al-Anfal: 9)

Imam as-Suyuthi menafsirkan ayat ini sebagai simbol bahwa pertolongan Allah datang setelah kesungguhan ikhtiar dan kesabaran mencapai puncaknya. Ujian adalah fase pembuktian iman. Tidak cukup hanya berdoa, tetapi juga berjuang dan bertahan.

Dalam konteks modern, ayat ini mengingatkan kita bahwa ujian hidup tidak akan membuat kita sendirian. Setiap air mata yang jatuh karena sabar, setiap usaha yang tulus, adalah doa yang sedang menjemput malaikat pertolongan.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Manusia sering ingin segera keluar dari kesulitan, padahal dalam pandangan tafsir, justru di titik itu Allah sedang mengukir jiwa kita — menguji kekuatan keyakinan agar menjadi sebening iman para sahabat di Badar.

Ujian sebagai Cermin Keikhlasan

Surah At-Taubah, yang turun setelah Perang Tabuk, menggambarkan ujian lain — bukan berupa perang sengit, melainkan ujian moral dan pengorbanan.

«ٱنفِرُوا۟ خِفَافًۭا وَثِقَالًۭا وَجَـٰهِدُوا۟ بِأَمْوَٰلِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ»
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan maupun berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah.”
(QS. At-Taubah: 41)

Imam al-Mahalli menafsirkan bahwa ayat ini adalah seruan agar umat Islam tidak mencari alasan untuk menghindar dari perjuangan. Ujian hidup terkadang datang bukan untuk melemahkan, melainkan mengingatkan bahwa iman tanpa amal adalah hampa.

Para sahabat yang enggan ikut ke medan perang Tabuk karena hawa panas dan rasa malas ditegur keras oleh Allah. Bagi Imam as-Suyuthi, ini adalah pelajaran moral bahwa alasan adalah tabir yang menutupi ketulusan.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Hari ini, ujian keikhlasan itu tetap relevan. Bukan lagi dalam bentuk perang fisik, tetapi dalam bentuk tanggung jawab sosial, profesional, dan spiritual. Apakah kita tetap berbuat baik meski tidak dilihat? Apakah kita menolong tanpa pamrih? Itulah bentuk modern dari jihad At-Taubah — perang melawan ego.

Ketika Ujian Menjadi Tanda Kasih

Satu hal yang menakjubkan dalam Tafsir al-Jalalain adalah pandangan mereka bahwa ujian bukanlah hukuman, melainkan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dalam tafsir Surah At-Taubah ayat 126, Allah menegaskan:

«أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِى كُلِّ عَامٍۢ مَّرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ»
“Tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun? Namun mereka tidak juga bertobat dan tidak mengambil pelajaran.”
(QS. At-Taubah: 126)

Imam al-Mahalli menafsirkan bahwa ujian datang berulang agar manusia kembali sadar dan bertobat. Allah tidak menghukum untuk menghancurkan, melainkan mendidik agar manusia mendekat.

Betapa indahnya pandangan ini: bahwa sakit, gagal, kehilangan, semua adalah bahasa kasih sayang Allah. Dalam tafsir ini, ujian adalah surat cinta yang ditulis dalam bahasa kesabaran. Siapa yang membacanya dengan hati, akan menemukan rahmat tersembunyi di balik rasa sakit.

Pelajaran Spiritual dari Tafsir Jalalain

Dari dua surah ini, Al-Anfal dan At-Taubah, Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi menegaskan beberapa prinsip kehidupan yang tetap abadi:

  1. Ujian menguji ketulusan, bukan sekadar kemampuan.
    Seperti para sahabat di Badar dan Tabuk, nilai utama bukan pada hasil, tapi pada niat.

  2. Kemenangan sejati adalah kesabaran.
    Dalam tafsir ayat 46 Al-Anfal, dijelaskan bahwa Allah mencintai orang-orang yang tidak berpecah meski diuji.

  3. Pertolongan datang setelah kesungguhan.
    Tidak ada keajaiban tanpa perjuangan; malaikat baru turun ketika manusia sudah berusaha sekuat tenaga.

  4. Setiap ujian adalah peluang untuk dekat dengan Allah.
    Kesabaran bukan menunggu badai reda, tetapi berdiri teguh di tengah badai sambil yakin pada pelangi rahmat-Nya.

Penutup: Ujian yang Menghidupkan Iman

Melalui Tafsir al-Jalalain, Surah Al-Anfal dan At-Taubah mengajarkan bahwa hidup ini bukan untuk menghindari ujian, melainkan untuk menemukan makna di dalamnya.

Setiap cobaan adalah undangan untuk mengenal diri dan Allah lebih dalam. Ketika kesedihan datang, ingatlah bahwa para sahabat pun diuji, bahkan para nabi pun menangis dalam sabar. Namun dari ujian itu lahir jiwa yang kuat, hati yang lembut, dan iman yang bercahaya.

Sebagaimana firman Allah:

«إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا»
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)

Dan di balik setiap ujian, selalu ada hikmah yang menunggu untuk ditemukan — sebagaimana tafsir Jalalain mengajarkan, bahwa hidup yang diuji adalah hidup yang sedang dimuliakan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement