SURAU.CO–Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari, penulis agung kitab Al-Hikam menyampaikan “Keinginanmu untuk berkonsentrasi (ibadah) kepada Allah Swt. padahal Dia telah menetapkan agar berusaha, merupakan bagian dari syahwat tersembunyi. Keinginanmu berusaha padahal Dia menetapkan untuk konsentrasi beribadah, merupakan bentuk penurunan semangat yang tinggi.”
Syahwat Tersembunyi dalam Ibadah
Syekh Ibnu Atha’illah menyampaikan keinginan kita untuk mengonsentrasikan diri beribadah kepada Allah Swt. dan melepaskan diri dari segala usaha, pekerjaan, dan tindakan yang sebenarnya tidak terlarang secara syara’, bahkan tidak pula makruh, merupakan bagian dari syahwat yang tersembunyi.
Allah Swt., Yang Maha Bijaksana, telah mengatur segala urusan hamba-Nya, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Tidak ada seorang manusia pun di dunia yang tidak berada di bawah pengaturan-Nya, walaupun ia kafir.
Kemudian Syekh Ibnu Atha’illah menjelaskan, meskipun Anda mengonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah Swt., namun Anda tetap harus berusaha dan bekerja demi menghidupi diri sendiri dan keluarga. Allah Swt. sudah menentukan bahwa rezeki itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi kita harus mencari dan mengusahakannya.
Jika pekerjaan Anda hanya di masjid, maka tidak ada rezeki yang menghampiri. Hal ini sesuai dengan perkataan Umar bin Khathab Ra.,
“Sesungguhnya, langit tidak menurunkan hujan emas dan perak.”
Keinginan seorang hamba yang menyelisihi ketentuan Allah Swt. dalam syariat-Nya adalah bentuk syahwat tersembunyi. Sebagai seorang hamba, kita tidak bisa melakukan apa pun, kecuali menjalankan sesuatu yang telah Allah tetapkan. Kita tidak memiliki kemampuan apa pun. Semua kekuatan dan kekuasaan berada di tangan-Nya.
Mawas Diri dari Masuknya Rasa Sombong
Jangan biarkan kesombongan merasuk ke dalam diri, begitulah pesan Syekh Ibnu Atha’illah. Sehingga membuat Anda merasa paling hebat dan tidak membutuhkan siapa pun, bahkan terhadap Sang Pencipta. Ini merupakan sebuah tindakan kriminal dalam akidah yang harus kita buang jauh-jauh.
Dalam setiap ketentuan-Nya, pasti terdapat hikmah dan faedah yang sebagian besarnya tidak mampu kita ketahui dengan akal manusia.
Sebaliknya, keinginan kita untuk berusaha dan melarutkan diri di dalamnya, sehingga kita lalai beribadah menyembah Allah Swt., merupakan bentuk keterpurukan dari semangat yang tinggi. Di zaman sekarang, hal ini terkenal dengan istilah workaholic. Orang yang bekerja terus-menerus tanpa mengenal lelah dan istirahat, bahkan akan sakit jika tidak bekerja.
Tindakan seperti ini juga tidak diizinkan oleh syariat. Bagaimana mungkin Anda melarutkan diri dalam pekerjaan, padahal Sang Pencipta telah mengatur Anda untuk melarutkan diri dalam ibadah kepada-Nya (apabila tiba waktunya)? Hal ini kita perlukan agar Anda bisa bersama-Nya, menyaksikan-Nya, dan merasakan kenikmatan di hadapan-Nya.
Kondisi Lalai dalam Menyembah Allah
Ketika Anda lalai dalam menyembah Allah Swt., dan sibuk dengan usaha-usaha yang bersifat keduniaan, maka Anda telah terperosok ke dalam jurang kehinaan. Anda telah kehilangan semangat yang seharusnya dimiliki seorang muslim, yaitu semangat beribadah kepada-Nya dan mengharapkan keridaan-Nya.
Orang yang memiliki semangat tinggi selalu mengharapkan sesuatu yang Penciptanya harapkan. Jikalau Allah Swt. menginginkannya untuk beribadah, maka ia akan beribadah. Jikalau Dia menginginkannya untuk bekerja dan berusaha, maka ia juga akan mengerjakannya.
Kita adalah hamba, dan seorang hamba harus rela terhadap ketentuan yang Tuannya tetapkan. Jikalau Tuan menetapkan untuk beribadah, maka seorang hamba harus mengerjakannya. Jikalau Tuan menetapkan untuk berusaha, maka ia juga harus mengerjakannya sepenuh hati.(St.Diyar)
Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
