SURAU.CO. Suatu hari sufi besar Ibrahim bin Adham sedang di Baitul Maqdis, Palestina. Karena kelelahan, beliau tertidur. Tidak lama setelah memejamkan mata, Syekh Ibrahim bermimpi kedatangan dua malaikat. Keduanya kemudian terlihat berdialog.
Salah malaikat pertama itu bertanya kepada temannya, ‘Siapa orang ini?” Malaikat yang satunya kemudian menjawab, ”Dia adalah ibrahim bin Adam.”
Mendengar jawaban tersebut, pertama langsung menyahut,” Orang ini termasuk orang-orang yang direndahkan derajatnya oleh Allah Swt.” jawabnya.
Malaikat kedua penasaran mendengar jawaban tersebut, ia langsung bertanya, “Mengapa demikian?”
“ Orang ini (Syekh Ibrahim bin Adham) telah membeli kurma. Namun ada kurma tukang sayur terjatuh dan masuk ke dalam kantong kurma orang itu. Nah sampai sekarang kurma yang terjatuh di kantongnya itu belum dikembalikan,” ungkapnya.
Buah Kurma
Setelah itu, syekh Ibrahim terbangun. Dirinya kemudian merenung perihal mimpi yang terjadi. Setelah beberapa saat, Syekh Ibrahim mengembalikan kurma yang masuk tanpa sengaja itu. Beliau kemudian pergi ke Basrah. Sesampainya di Basrah, Irak, Syekh Ibrahim pada pedagang yang dulu kurmanya tak sengaja jatuh ke kantongnya. Namun Syekh Ibrahim kemudian menjatuhkan satu kurma yang ia beli itu dan menyerahkannya kepada si pemilik kurma. Hal itu adalah upaya Syekh Ibrahim mengembalikan satu kurma yang tak sengaja masuh ke kantonya dulu.
Suatu saat Syekh Ibrahim balik lagi ke Baitul Maqdis. Kemudian beliau beritirahat dis ebuah batu besar. Ketika malam, beliau tidur. Tak menunggu lama beliau bermimpi kedatngan dua malaikat yang sama.
Malaikat pertama kembali bertanya, “’Siapa orant ini?”
“Orang itu adalah Ibrahim bin Adha,” jawab malaikat kedua.
Kemudian malaikat berkata, “Kedudukan orang itu telah dikembalikan dan derajatnya ditinggikan oleh Allah Ta’ala.”
Siapa Ibrahim bin Adham
Ibrahim bin Adham adalah seorang sufi terkemuka dari Balkh (sekarang Afghanistan), yang dikenal karena meninggalkan kehidupan sebagai pangeran untuk meniti jalan kezuhudan dan spiritual. Ia dihormati secara universal sebagai seorang wali Muslim yang mempraktikkan kerendahan hati yang mendalam.
Sufi besar satu ini merupakan seorang bangsawan keturunan kerajaan Balkh. Beliau lahir sekitar tahun 700 M. Salah satu kisah yang melegenda hingga sekarang adalah pertobatannya yang dramatis. Seperti Budha Gautama, Syekh Ibrahim meninggalkan istana, kekayaan, dan kekuasaan duniawi setelah mendapat pencerahan spiritual. Menurut keyakinan al-Dzahabi, penulis kitab Tarikh al-Islam, beliau lahir di kota Mekah ketika orang tuanya berkunjung ke kota ini untuk menjalankan ibadah haji. Selain itu, beliau juga masyhur dengan nama Abu Ishak hingga banyak juga yang memanggilnya al-‘Ijli.
Setelah bertobat Syekh Ibrahim menjalani kehidupannya sebagai seorang darwis. Beliau mengembara , mencari nafkah dan melakukan dakwah. Bahkan bekerja serabutan seperti menjadi penjaga kebun buah, untuk menghindari ketergantungan pada harta dunia. Ajaran maupun nasehatnya berpengaruh hingga kini. Adapun ajarannya antara lain wara’ tawakal, dan melepaskan diri dari keterikatan duniawi untuk mencapai kedekatan dengan Allah.
Syekh Ibrahim juga adalah seorang muhadis. Tercatat juga sebagai sahabat Abu Hanifah dan Sufyan al-Tsauri. Adapun sufi besar seperti Junaid al-Baghdadi menyebut Ibrahim bin Adham dengan julukan-julukan yang penuh penghormatan. Murid Ibrahim bin Adham yang paling masyhur adalah Syaqiq al-Balkhi yang juga merupakan arif besar/ Tentang wafatnya Ibrahim bin Adham banyak sumber yang berbeda pendapat. Ada yang mencatat tahun wafat Ibrahim bin Adham adallah 160 H, 161H bahkan 166 H. Aaa yang ahli sejarah berkeyakinan meninggalnya Syekh Ibrahim saat peperangan melawan bangsa Romawi di daerah Suqain.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
