SURAU.CO– Imam Al-Ghazali, dalam kitab monumental beliau, Bidayatul Hidayah, beliau mengajak kita mempersiapkan diri untuk salat Zuhur, sebelum matahari condong ke barat. Lakukanlah Qailulah—tidur sebentar di siang hari. Kita anjurkan hal ini bagi mereka yang memiliki kebiasaan bangun malam, baik untuk salat tahajud maupun membaca buku. Qailulah sangat menolong seseorang yang bisa bangun malam agar tidak terlalu mengantuk. Qailulah juga sangat membantu mereka yang makan sahur.
Ketika waktu Zuhur datang, hendaknya kita segera bangun, ambil air wudu, dan pergi ke masjid. Kemudian, kita laksanakan salat sunah Tahiyatul Masjid dua rakaat.
Waktu Zuhur dan Asar
Ketika matahari sudah condong ke barat, lakukanlah salat sunah Aqibaz Zawal empat rakaat. Rasulullah SAW melakukan salat ini, bahkan dalam salah satu riwayat:
“Waktu menjelang matahari condong ke barat adalah waktu di mana pintu-pintu langit terbuka. Oleh sebab itu, aku berharap bila pada saat itu amal saleh bisa terangkat.”
Adapun salat sunah Aqibaz Zawal—yang juga kita sebut salat Qabliyah Zuhur—hukumnya sunah Muakkad (sangat syariat anjurkan). Adapun pahala amalan salat ini, terdapat dalam salah satu riwayat:
“Barang siapa melakukan salat sunah empat rakaat sebelum Zuhur dengan penuh kekhusyukan dan kesempurnaan, maka tujuh puluh ribu malaikat memohonkan rahmat dan ampunan baginya—kepada Allah—sampai datangnya waktu malam.”
Lalu, kita laksanakan salat Zuhur dengan berjamaah. Setelah kita selesai melakukan salat dan wirid, kita lanjutkan dengan salat sunah Ba’diyah Zuhur, dua rakaat. Salat sunah Ba’diyah Zuhur itu hukumnya sunah Muakkad.
Adapun waktu luang antara salat Zuhur dan Asar, kita manfaatkan untuk mendalami ilmu pengetahuan, menolong sesama, atau membaca Al-Qur’an. Kita bisa juga memanfaatkan waktu itu untuk mencari rezeki, atau bekerja.
Dan ketika waktu Asar tiba, lakukanlah salat Qabliyah Asar, empat rakaat. Salat ini hukumnya sunah, sebagai sabda Rasulullah SAW:
“Allah mencurahkan rahmat kepada orang yang melakukan salat empat rakaat sebelum Asar.”
Rasulullah SAW selalu mendoakan mereka yang melakukan salat Qabliyah Asar. Sebaiknya setiap muslim mengambil bagian dari doa Rasulullah itu. Dengan demikian, ia akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Waktu Antara Asar dan Magrib
Setelah kita selesai melakukan salat Asar, kita memiliki waktu luang sampai datangnya waktu salat Magrib. Waktu luang antara Asar dan Magrib itu hendaknya kita gunakan untuk memperbanyak amal saleh. Gunakanlah waktu itu dengan membaca Al-Qur’an, zikir, dan tasbih. Janganlah waktu luang itu kita gunakan untuk berbicara yang tidak ada manfaatnya, yang terbuang sia-sia.
Di dalam menanti waktu salat, sebaiknya kita isi dengan mawas diri. Perhitungkanlah antara perbuatan maksiat dengan ibadah yang kita lakukan. Kita juga dapat mengisi waktu itu dengan bacaan-bacaan yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Isilah waktu sebaik-baiknya, hingga tidak ada lagi waktu yang tidak kita isi dengan amaliah dan ibadah. Jika hal ini bisa kita laksanakan, kita pasti akan mendapatkan kesuksesan dalam segala cita-cita, dan mendapatkan kemanfaatan yang besar.
Bila waktu tidak kita atur dengan baik, pasti semua yang kita lakukan menjadi acak-acakan, sebab tidak ada waktu untuk melakukan sesuatu. Akibatnya, kemungkinan kita menunda sesuatu menjadi lebih besar. Banyak waktu yang terlewatkan sia-sia. Padahal, menyia-nyiakan waktu sama dengan menyia-nyiakan umur yang tidak berguna. Ibarat berniaga, umur adalah investasinya. Seseorang akan mendapatkan keuntungan bila pandai mengolah investasinya.
Karunia Allah Memberikan Nikmat Bernapas
Bernapas adalah karunia yang sangat besar nilainya. Apabila pernapasan berhenti, tidak ada yang bisa menggantikannya. Ia akan mati, dan tidak mungkin akan hidup kembali. Oleh sebab itu, manfaatkanlah pernapasan itu sebaik mungkin. Gunakanlah hidup ini untuk menuntut ilmu pengetahuan sebagai bekal pengabdian kepada-Nya. Pengabdian kita lakukan sebagai realisasi dari rasa syukur atas anugerah dan nikmat yang telah dicurahkan dari-Nya.
Di alam kubur nanti, teman setiap orang hanyalah ilmu dan amal salehnya. Anak, istri, kerabat, dan kekayaan akan hilang begitu saja. Ketika seseorang meninggal dunia, ia akan diantar oleh tiga perkara. Dua perkara akan kembali tanpa permisi, sedangkan yang satu akan menjadi teman setia. Harta dan keluarga akan kembali tanpa permisi. Harta dibagikan kepada ahli waris yang berhak menerimanya, bahkan sering menjadi sengketa. Tidak jarang pula, baik suami maupun istri, yang telah berikrar sehidup semati ketika sedang memadu cinta, kembali tanpa permisi. Dan janji pun tinggallah janji.
Waktu kita adalah usia kita, umur kita adalah modal kita, dan di situlah perdagangan kita. Setiap napas kita adalah mutiara berharga yang tidak ada gantinya bila telah dilepas dan tidak bisa kembali.
Janganlah kita merasa bangga tatkala kekayaan dunia semakin bertambah padahal umur terus berkurang. Perasaan ini muncul dari orang-orang yang tolol, yang tidak dapat memfungsikan akal pikiran sebagaimana mestinya. Jangan pula kita biarkan bertambahnya harta kekayaan menyebabkan tersiasianya umur. Bukankah harta kekayaan akan menjadi milik para ahli waris? Oleh sebab itu, apa keuntungannya bila harta kita bertambah tetapi umur berkurang?
Waktu Magrib dan Isya
Bila matahari sudah berada di ambang petang, ketika senja memerah darah telah tiba, bersegeralah kita pergi ke masjid mempersiapkan diri untuk salat Magrib. Perbanyaklah bacaan tasbih dan istigfar, karena keutamaan waktu ini sama seperti keutamaan waktu sebelum matahari terbit. Hal ini sesuai dengan firman-Nya:
“Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam.” (QS. Taha: 130)
Sebelum matahari terbenam, hendaknya kita membaca 4 surat dalam Al-Qur’an, sebagaimana yang telah Rasulullah SAW. ajarkan. Adapun surat tersebut adalah, surat Asy-Syams, Adh-Dhuha, Al-Falaq, dan An-Nas.
Setelah kita selesai menjawab azan dan ikamah, segeralah kita melakukan salat Magrib berjamaah dengan khusyuk. Kemudian, kita lakukan salat sunah Ba’diyah Magrib dua rakaat. Jika masih ada kesempatan, lakukanlah salat sunah Awwabin, atau salat tobat, empat rakaat.
Anjuran Beri’tikaf Sambil Menunggu Waktu Isya
Dalam ajaran Islam, kita sangat dianjurkan beri’tikaf sambil menunggu datangnya waktu salat Isya. Bila kita mengisi waktu antara Magrib dan Isya dengan salat, maka lakukanlah. Amalan ini mengandung keutamaan besar yang tak terhitung nilainya.
Salat Awwabin empat rakaat yang kita lakukan setelah salat sunah Ba’diyah adalah penegasan dari ayat Nasyiatul Lail, sebab Magrib adalah permulaan malam.
Suatu hari, Rasulullah SAW ditanya oleh seorang sahabat tentang pengertian firman Allah SWT:
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.” (QS. As-Sajdah: 16)
Maksudnya adalah, melakukan salat sunah antara Magrib dan Isya, jawab Rasulullah SAW. Menurut Rasulullah, salat sunah pada saat itu dapat menjadi perantara mendapatkan ampunan segala dosa yang kita lakukan sepanjang hari, baik yang kita lakukan pada siang maupun malam hari.
Setelah kita selesai menjawab azan Isya, segeralah kita melaksanakan salat Qabliyah Isya empat rakaat. Ini kita maksudkan untuk memelihara waktu antara azan dan ikamah. Dalam suatu hadis disebutkan bahwa doa antara azan dan ikamah sangat dikabulkan. Setelah kita selesai melakukan salat Isya, segeralah kita melakukan salat sunah Ba’diyah dua rakaat. Setiap rakaat, setelah kita membaca surat Al-Fatihah, kita lanjutkan dengan membaca surat Alif Lam Mim Sajdah dan Tabarak, atau surat Yasin dan Ad-Dukhan.
Tata cara salat tersebut di atas sesuai dengan yang Rasulullah SAW. contohkan. Lalu kita lanjutkan dengan salat sunah empat rakaat plus witir tiga rakaat dengan satu kali salam. Boleh juga dengan dua kali salam.
Bacaan yang Rasulullah Contohkan saat Witir
Umumnya, ketika melakukan salat witir, sesudah membaca surat Al-Fatihah, Rasulullah SAW selalu membaca surat Sabbihisma rabbikal a’laa. Pada rakaat kedua berlanjut dengan membaca surat Al-Kafirun. Pada rakaat ketiga membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Bila kita melakukan salat sunah witir lebih dari tiga rakaat, maka setelah membaca surat Al-Fatihah, kita lanjutkan dengan membaca surat-surat yang lain. Salat witir kita laksanakan pada malam hari. Dan ia kita gunakan sebagai penutup salat malam, baik tahajud maupun hajat.
Di waktu malam hari, di samping kita isi dengan salat sunah, sebaiknya kita manfaatkan untuk memperbanyak tadarus Al-Qur’an, mendalami ilmu, dan mengkaji kitab. Janganlah kita isi dengan hiburan atau minuman, sehingga hal itu menjadi akhir perbuatan kita sebelum tidur. Sebab, amal kebajikan yang mendapat penilaian di sisi Allah hanyalah yang terakhir kali. Bila amal terakhir berupa kebaikan, maka seluruhnya menjadi baik. Demikian juga sebaliknya.(St.Diyar)
Referensi: Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ghazali at-Thusi , Bidayatul Hidayah
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
