Sosok
Beranda » Berita » K.H. Ibrahim Hosen, Pelopor Pengembangan Studi dan Pengkajian Ilmu-Ilmu al-Quran

K.H. Ibrahim Hosen, Pelopor Pengembangan Studi dan Pengkajian Ilmu-Ilmu al-Quran

Ilmu Al Quran
KH Ibrahim Hosen pelopor pengembangan ilmu ilmu Al Quran di Indonesia

SURAU.CO. Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar dalam sebuah acara di Jakarta menyebut mengenang Prof. K.H. Ibrahim Hosen sebagai ulama fatwa dengan jejak yang luar biasa. Bahkan, lanjut Menag hingga saat ini, belum ada ulama fatwa yang pemikirannya sekaliber Ibrahim Hosen. Baginya guru besar Yayasan Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat.

Hal tersebut mengemuka dalam acara “24 Tahun Memorial Conference: Refleksi Pemikiran Ibrahim Hosen”. Acara yang dihelat Yayasan Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) Jakarta bersama Yayasan Ibrahim Hosen tidak hanya refleksi, tetapi peluncuran buku “Fikih, Fatwa dan Ijtihad: Menyusuri Pemikiran Islam dalam Konteks Kekinian”.

Menurut Menag sosok K.H. Ibrahim Hosen sebagai ulama fatwa yang memiliki corak sangat khas dengan Indonesia. Lebih lanjut, Menag menyebut pemikiran fikih Ibrahim Hosen sangat cocok dengan kondisi sosiologis masyarakat Indonesia yang memiliki “maritime culture” (budaya bahari) dengan beragam kondisi suku, ras namun. Selain itu juga sangat menjunjung nilai egaliter.
“Pemikiran beliau sangat pas untuk masyarakat kita yang cenderung beragam, terbuka, dan egaliter. Corak pemikirannya tidak kaku, melainkan luwes dan mampu berdialog dengan realitas,” papar Menag.

Sang Pelopor

Melansir laman iiq.ac.id, Prof. KH. Ibrahim Hosen adalah salah seorang ahli fiqih dan pelopor pengembangan studi dan pengkajian ilmu-ilmu al- Quran di Indonesia. Hampr separuh hidupnya bergulat dengan perjuangan pengembangan ilmu-ilmu al-Al Quran. Pria kelahiran Tanjung Agung, Bengkulu ini merupakan putra dari pasangan KH. Hosen dan Siti zawiyah. Ayahnya adalah ulama dan saudagar keturunan Bugis. Sementara itu sang ibu merupakan keturunan Kerajaan Salebar, Bengkulu.

Lahir pada 1 Januari 1917, memulai pendidikannya pada Madrasah al-Sagaf. Singapura. Setelah tamat melanjutkan ke Mu’awanatul Khaer Arabische School (MAS) di Tanjung Karang yang didirikan orang tuanya. Pada tahun 1932 kemudian bersekolah di Teluk Betung. Ketika sekolah, Ibrahim Hosen memanfaatkan waktu luangnya belajar agama dan bahasa Arab kepada Kiai Nawawi. Gurunya tersebut kesohor sebagai seorang ulama’ besar, Bahkan pernah dan menjadi guru di Makkah selama kurang lebih 12 tahun. Ketekunannya belajar dengan kiai Nawawi membuat Ibrahim mampu menguasai ilmu-ilmu agama, terutama bahasa Arab dan Fikih.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Ketika tahun 1934, Ibrahim Hosen belajar pada sebuah pesantren di Banten. Pesantren asuhan KH. Abdul latief terletak di Cibeber, Cilegon. Namun tidak berlangsung lama, Ibrahim kemudian melanjtukan studinya ke Jameat al-Khaer Tanah Abang. Selanjutnya tercatat pernah menjadi santrinya KH. TB. Soleh Makmu. Ulama Pesantren Lontar, Serang, Banten ini masyhur sebagai ahli dalam bidang qira’at dan Tilawat al-Qur’an. Selain itu juga pernah menjadi murid dari KH Abbas dari Buntet, Sayyid Ahmad al-Segaf dan KH. Sanusi.

Salah satu Penggagas MUI dan IIQ

Kemudan tahun 1940, Ibrahim memperoleh beasiswa belajar Universitas al-Azhar Mesir. Namun urung berangkat karena Konsul Belanda wilayah Palembang tidak memberikan paspor . Pada tahun 1955, akhirnya Ibrahim benar-benar pergi ke Mesir. Selama belajar di Mesir inilah, ia dapat meraih Shahadah Aliyah atau sarjana lengkap dalam bidang syariah (LML).

Pada tahun 1970, K.H. Ibrahim Hosen mengusulkan hadirnya sebuah majelis ulama sebagai wadah ijtihad kolektif. Gagasan yang muncul pada konferensi tentang lembaga ijtihad kolektif itu sempat ditentang oleh Buya Hamka yang pada akhirnya menjadi Ketua MUI pertama, 1975. Pada saat itu, Buya Hamka mengusulkan perlu adanya mufti negara saja, bukan majelis. Kemudian pada tahun atas prakarsanya Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta berdiri. Awal berdirinya pada tanggal 1 April 1977 M atasa nama Yayasan Affan, yang diketuai oleh H. Sulaiman Affan.

Putra kedelapan dari 12 bersaudara wafat pada tahun 2001 setakah sempat mendapatkan perawatan di Mount Elizabeth Hospital, Singapura. Prof. KH. Ibrahim Hosen berpulang ke haribaan-Nya dalam usia 84 tahun dan makamnya ada di komplek pemakaman UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement