Khazanah
Beranda » Berita » Indahnya Hidup Qana’ah; Merasa Cukup Atas Rezeki Allah

Indahnya Hidup Qana’ah; Merasa Cukup Atas Rezeki Allah

Indahnya Hidup Qana’ah; Merasa Cukup Atas Rezeki Allah
Indahnya Hidup Qana’ah; Merasa Cukup Atas Rezeki Allah. Gambar : SURAU.CO

SURAU.CO – Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh persaingan ini, banyak manusia terjebak dalam pusaran keinginan tanpa ujung. Hati selalu gelisah, merasa kurang, dan terus mengejar sesuatu yang belum tentu membawa kebahagiaan. Padahal, Islam telah mengajarkan satu nilai luhur yang menjadi kunci ketenangan batin dan kebahagiaan sejati, yaitu qana’ah — merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan.

Qana’ah bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan menerima dengan lapang dada hasil setelah melakukan ikhtiar, sambil terus bersyukur atas nikmat yang ada. Orang yang qana’ah akan hidup dengan hati yang tenteram, karena ia tidak membiarkan hawa nafsu dan keserakahan dunia mengendalikannya.

Makna Qana’ah dalam Islam

Kata qana’ah berasal dari bahasa Arab قنعيقنعقناعة, yang berarti “merasa puas” atau “merasa cukup”. Dalam konteks Islam, qana’ah berarti sikap hati yang menerima dengan ridha segala pemberian Allah, baik sedikit maupun banyak, tanpa mengeluh atau iri kepada orang lain.

Rasulullah bersabda:

“Beruntunglah orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.”
(HR. Muslim)

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Hadis ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati tidak terukur dari banyaknya harta, tetapi dari hati yang merasa cukup. Orang yang qana’ah akan selalu melihat nikmat Allah dalam setiap keadaan, sehingga tidak mudah kecewa dan tidak terombang-ambing oleh perubahan dunia.

Qana’ah Bukan Berarti Malas atau Tidak Berusaha

Sebagian orang salah memahami qana’ah sebagai sikap malas atau enggan berusaha lebih baik. Padahal, Islam sangat menekankan pentingnya bekerja keras dan mencari rezeki yang halal. Qana’ah bukan berarti berhenti berikhtiar, melainkan menjaga hati agar tidak serakah dan tetap bersyukur dalam setiap hasil yang diperoleh.

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bekerja dan berusaha. Barangsiapa yang bersusah payah mencari nafkah halal untuk keluarganya, maka dia seperti seorang mujahid di jalan Allah.”
(HR. Thabrani)

Jadi, seorang Muslim yang qana’ah tetap bekerja keras, berdoa, dan berikhtiar, tetapi tidak menggantungkan kebahagiaan pada hasil duniawi. Ia tahu bahwa Allah sudah menentukan rezeki, dan yang terpenting adalah keberkahan dalam rezeki itu, bukan sekadar jumlahnya.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Qana’ah Adalah Keberuntungan

Salah satu amalan hati yang patut seorang muslim miliki adalah sifat qana’ah yang berarti ridla (rela) terhadap segala bentuk pemberian dan ketetapan Allah, tidak terperangkap ketidakpuasan, tidak pula perasaan kurang atas apa yang telah Allah berikan. Tahu bahwa segala rezeki telah Allah atur dan tetapkan, sehingga hasil apapun sebagai ‘imbal jasa’ dari usaha yang tercurahkan tidak akan melebihi apa yang telah Allah takdirkan kepada hamba-Nya. Dia-lah yang menetapkan siapa saja dari hamba-Nya yang memiliki kelapangan rezeki, dan siapa dari mereka yang memiliki kondisi sebaliknya. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا

Sesungguhnya Rabb-mu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (QS al-Israa : 30).

Berakhlak Dengan Sifat Qana’ah

Berangkat dari hal tersebut, Islam mendorong para pemeluknya untuk berakhlak dengan sifat yang mulia ini, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قد أفلح من أسلم، ورُزق كفافًا، وقنعه الله بما آتاه

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Sungguh beruntung orang yang berislam, memperoleh kecukupan rezeki dan dianugerahi sifat qana’ah atas segala pemberian” (Hasan. HR. Tirmidzi).

Seorang termasuk beruntung tatkala memperoleh apa keinginan dan kesukaannya serta selamat dari segala yang mendatangkan ketakutan dan kekhawatiran.  Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaitkan keberuntungan dengan tiga hal yaitu keislaman, kecukupan rezeki dan sifat qana’ah, karena dengan ketiganya seorang muslim akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.

Dengan berislam seorang akan memperoleh keberuntungan karena Islam adalah satu-satunya agama yang Allah ridhai, sumber keberuntungan yang memberikan peluang untuk memperoleh pahala dan keselamatan dari siksa. Demikian pula, dengan rezeki yang mencukupi akan menjaga diri dari meminta-minta, dan dengan adanya sifat qana’ah akan mendorong untuk bersikap ridla, tidak menuntut dan tidak merasa kurang atas rezeki yang ada.

Boleh jadi seorang berislam, akan tetapi mendapat ujian dengan kefakiran yang melupakan, atau mendapat kecukupan rezeki namun tidak memiliki sifat qana’ah, maka hal tersebut akan justru membuat hati tidak tenang dengan rezeki yang ada, sehingga berujung pada kefakiran hati dan jiwa (Bahjah Quluub al-Abraar wa Qurrah ‘Uyuun al-Akhyaar).

Maka, sifat qana’ah akan membawa seseorang keberuntungan sebagaimana yang  al-Munawi katakan,

قد أفلح من أسلم ورزق كفافًا: أي ما يكف من الحاجات ويدفع الضرورات، وقنعة الله بما آتاه: فلم تطمح نفسه لطلب ما زاد على ذلك؛ فمن حصل له ذلك فقد فاز

“Sungguh beruntung orang yang berislam, memperoleh kecukupan rezeki, yaitu rezeki yang dapat mencukupi kebutuhan dan mengantisipasi kondisi darurat. Dan dianugerahi sifat qana’ah, di mana jiwanya tidak berambisi untuk memperoleh melebihi kebutuhan. Maka siapa saja yang memiliki ketiga hal tersebut sungguh telah beruntung” (at-Taisir bi Syarh al-Jaami’ ash-Shaghiir).

Tanda-Tanda Orang yang Qana’ah

Sifat qana’ah dapat dikenali dari perilaku sehari-hari. Beberapa tanda orang yang memiliki sifat qana’ah antara lain:

  1. Selalu bersyukur dalam keadaan apa pun.
    Ia tidak mengeluh saat rezekinya sempit dan tidak sombong saat rezekinya lapang.
  2. Tidak iri terhadap rezeki orang lain.
    Ia sadar bahwa setiap orang memiliki bagian rezekinya masing-masing, sesuai dengan kehendak Allah.
  3. Hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
    Ia menggunakan hartanya secukupnya dan tidak boros untuk hal yang tidak bermanfaat.
  4. Tidak memaksa diri untuk hal di luar kemampuan.
    Ia tidak berhutang hanya demi gengsi, dan tidak mengejar sesuatu yang tidak dibutuhkan.
  5. Hatinya tenang dan tidak gelisah.
    Karena merasa cukup, ia tidak mudah tergoda oleh kemewahan dunia yang menipu.

Rasulullah bersabda:

“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kekayaan hati inilah inti dari qana’ah. Orang yang hatinya kaya tidak akan bergantung pada dunia, sebab hatinya sudah penuh dengan rasa syukur dan ridha kepada Allah.

Manfaat Qana’ah dalam Kehidupan

Sifat qana’ah membawa banyak kebaikan bagi kehidupan seseorang, baik dari sisi spiritual, sosial, maupun psikologis. Berikut beberapa manfaat qana’ah yang dapat kita rasakan:

  1. Mendatangkan ketenangan hati.
    Hati yang qana’ah tidak mudah gundah oleh masalah dunia, karena ia tahu semua telah diatur Allah dengan sebaik-baiknya.
  2. Menumbuhkan rasa syukur.
    Orang yang qana’ah akan selalu melihat sisi positif dari hidupnya dan bersyukur atas sekecil apa pun nikmat yang ia terima.
  3. Menjauhkan dari sifat iri dan dengki.
    Dengan qana’ah, seseorang tidak akan sibuk membandingkan dirinya dengan orang lain, karena ia yakin setiap orang punya rezeki masing-masing.
  4. Meningkatkan kualitas ibadah.
    Orang yang qana’ah lebih fokus beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, bukan sibuk mengejar dunia yang fana.
  5. Membuat hidup lebih sederhana dan berkah.
    Ia tidak boros, tidak konsumtif, dan mengutamakan keberkahan dibanding kemewahan.
  6. Membangun hubungan sosial yang sehat.
    Karena tidak iri dan tidak sombong, orang yang qana’ah mudah bergaul dan disukai oleh banyak orang.

Bahaya Kehilangan Sifat Qana’ah

Sebaliknya, ketika seseorang kehilangan sifat qana’ah, hidupnya akan selalu gelisah dan tidak pernah merasa cukup. Ia terjebak dalam ambisi dunia yang tak pernah berakhir. Rasulullah telah memperingatkan hal ini:

“Seandainya anak Adam memiliki satu lembah emas, niscaya ia ingin memiliki dua lembah. Dan tidak ada yang dapat memenuhi perut anak Adam kecuali tanah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah gambaran manusia yang tidak qana’ah — terus merasa kurang, meski sudah memiliki banyak harta dan jabatan. Akibatnya, hidup menjadi sibuk mengejar dunia, lupa bersyukur, dan sering berbuat zalim demi mencapai keinginan.

Hilangnya qana’ah juga menimbulkan penyakit hati seperti iri, dengki, sombong, dan tamak. Orang seperti ini tidak pernah menikmati apa yang ia miliki, karena matanya selalu tertuju pada apa yang orang lain miliki.

Cara Menumbuhkan Sifat Qana’ah

Qana’ah adalah buah dari keimanan dan kedekatan kepada Allah. Sifat ini bisa tumbuh dengan beberapa cara berikut:

  1. Perbanyak rasa syukur.
    Setiap kali menerima rezeki, sekecil apa pun, ucapkan alhamdulillah. Ingatlah bahwa ada banyak orang yang hidupnya jauh lebih sulit.
  2. Berpikir positif terhadap takdir Allah.
    Yakini bahwa apa pun yang Allah berikan adalah yang terbaik. Jika belum mendapat sesuatu yang diinginkan, mungkin karena Allah tahu hal itu tidak baik untuk kita saat ini.
  3. Hidup sederhana dan hindari berlebih-lebihan.
    Jangan mudah tergoda oleh gaya hidup konsumtif. Gunakan harta untuk kebutuhan, bukan sekadar keinginan.
  4. Perbanyak sedekah.
    Sedekah membuat hati lebih lapang dan mengajarkan kita untuk tidak terlalu cinta dunia.
  5. Dekatkan diri dengan Al-Qur’an dan zikir.
    Bacaan Al-Qur’an mengingatkan kita bahwa dunia hanyalah sementara, sedangkan zikir menenangkan hati dari kecemasan duniawi.
  6. Bersahabat dengan orang yang zuhud dan sederhana.
    Lingkungan yang baik akan membantu kita menjaga hati agar tidak terjebak dalam cinta dunia.

Qana’ah Membawa Keberkahan Rezeki

Rezeki yang sedikit tetapi penuh berkah jauh lebih baik daripada rezeki yang banyak tetapi membawa petaka. Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya rezeki itu mencari seseorang sebagaimana ajal mencarinya.”
(HR. Abu Nu’aim)

Artinya, rezeki kita tidak akan tertukar dengan rezeki orang lain. Allah telah menetapkan jatah setiap hamba-Nya dengan hikmah dan keadilan. Maka, orang yang qana’ah akan selalu tenang, karena ia tahu apa yang Allah berikan pasti cukup untuknya.

Qana’ah juga menjadikan seseorang ringan tangan untuk berbagi. Karena ia merasa cukup, ia tidak takut miskin saat bersedekah. Justru Allah menjanjikan balasan berlipat ganda bagi orang yang gemar memberi.

Bahagia dengan Sifat Qana’ah

Kebahagiaan sejati bukanlah ketika kita memiliki segalanya, tetapi ketika kita merasa cukup dengan apa yang Allah berikan. Qana’ah adalah kekayaan yang tidak bisa terbeli, karena ia tumbuh dari hati yang penuh iman dan syukur.

Dengan qana’ah, hidup menjadi lebih tenang, hubungan dengan sesama menjadi lebih indah, dan ibadah terasa lebih bermakna. Dunia boleh berputar cepat, tapi hati yang qana’ah tetap damai karena ia berlabuh pada keyakinan bahwa Allah-lah yang mengatur segala rezeki.

“Dan (ingatlah), barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).”
(QS. Ath-Thalaq: 2–3)

Maka, marilah kita hiasi hidup dengan qana’ah — merasa cukup atas rezeki Allah. Karena di sanalah letak keindahan dan ketenangan hidup yang sejati.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement