Khazanah
Beranda » Berita » Jaga Hati: Jangan Baper ke Dunia

Jaga Hati: Jangan Baper ke Dunia

Ilustrasi simbolik tentang menjaga hati agar tidak terbawa perasaan terhadap dunia
Seorang pemuda duduk di tepi danau di bawah langit senja. Dari dadanya memancar cahaya lembut yang melambangkan hati yang tenang. Di depannya, refleksi dunia tampak beriak namun ia tetap tenang, tidak terbawa arus.

Suaru.co. Dalam hidup yang semakin cepat dan penuh tekanan, menjaga hati adalah bentuk perjuangan yang paling sunyi namun paling penting. Kita hidup di tengah arus informasi, perbandingan sosial, dan ambisi dunia yang tak ada habisnya. Akibatnya, hati mudah tersulut, tersinggung, kecewa — bahkan terluka karena hal-hal yang sebenarnya remeh.

Baper ke dunia adalah penyakit batin yang halus. Ia membuat seseorang kehilangan arah karena terlalu menaruh harapan pada sesuatu yang fana. Padahal, Islam mengajarkan bahwa hati seharusnya menjadi tempat berlabuh bagi ketenangan, bukan ajang perebutan dunia. Allah ﷻ berfirman:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Hati yang dekat dengan Allah tidak mudah terseret oleh dunia. Ia tetap tenang, sekalipun di sekelilingnya badai dunia berputar kencang. Maka, menjaga hati berarti melatih diri untuk tidak baper — tidak larut dalam keinginan duniawi yang menipu.

Mengapa Hati Mudah Terluka oleh Dunia

Manusia diciptakan dengan fitrah untuk mencintai dan berharap. Namun, ketika cinta dan harapan itu diarahkan sepenuhnya pada dunia, luka menjadi konsekuensi yang tak terhindarkan. Dunia tidak pernah stabil; hari ini memberi, besok mengambil kembali.

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Imam Al-Mawardi dalam Adāb ad-Dunyā wa ad-Dīn menjelaskan:

مَنْ أَلِفَ الدُّنْيَا أَتْعَبَ نَفْسَهُ فِيهَا، وَمَنْ زَهِدَ فِيهَا اسْتَرَاحَ مِنْهَا
“Siapa yang terlalu akrab dengan dunia, ia akan lelah di dalamnya; dan siapa yang zuhud darinya, ia akan beristirahat darinya.”

Kelelahan hati sering kali datang bukan karena beban hidup, melainkan karena keterikatan yang berlebihan terhadap hal-hal duniawi — status sosial, pengakuan, kekayaan, bahkan validasi dari orang lain. Ketika semua itu menjadi pusat hidup, maka kehilangan sedikit saja terasa seperti kehilangan segalanya.

Padahal, dunia hanyalah titipan. Ia bukan tempat tinggal, melainkan tempat singgah. Orang yang hatinya melekat pada dunia akan selalu gelisah, sebab dunia selalu berubah.

Hati yang Terlalu Baper: Antara Rasa dan Iman

“Baper” — terbawa perasaan — adalah istilah yang akrab di zaman ini. Namun, di balik kata sederhana itu tersimpan refleksi mendalam tentang keseimbangan antara rasa dan iman. Islam tidak menolak perasaan; justru mengajarkan agar perasaan diarahkan dengan benar.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Rasulullah ﷺ sendiri adalah manusia paling lembut hatinya, tetapi beliau tidak baper terhadap dunia. Beliau menangis karena takut kepada Allah, bukan karena kehilangan dunia. Beliau bersedih karena umatnya lalai dari kebenaran, bukan karena kehilangan kenyamanan hidup.

Dalam satu hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تَكُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara.”
(HR. Bukhari)

Hadits ini menegaskan: jangan terlalu menambatkan hati pada dunia, karena kita hanya lewat. Pengembara tidak akan baper pada penginapan sementara; ia tahu bahwa rumah sebenarnya ada di tempat tujuan.

Ketika iman kuat, hati tahu batasnya — ia bisa merasakan tanpa tenggelam, bisa berharap tanpa menggantungkan diri sepenuhnya, bisa mencintai tanpa kehilangan arah.

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Adab Menjaga Hati Menurut Ulama

Imam Al-Mawardi menerangkan bahwa adab terhadap hati termasuk dalam kesempurnaan akhlak. Beliau berkata:

مَنْ أَصْلَحَ قَلْبَهُ صَلَحَتْ جَوَارِحُهُ، وَمَنْ فَسَدَ قَلْبُهُ فَسَدَتْ أَعْمَالُهُ
“Barang siapa memperbaiki hatinya, maka baiklah seluruh amalnya; dan siapa yang hatinya rusak, maka rusaklah seluruh amalnya.”

Hati adalah pusat kendali kehidupan spiritual manusia. Maka, menjaga hati berarti menjaga seluruh perilaku dan arah hidup. Adab menjaga hati mencakup tiga hal utama:

  1. Tidak menaruh cinta berlebihan pada dunia.
  2. Tidak iri terhadap nikmat orang lain.
  3. Tidak larut dalam kekecewaan atas takdir.

Hati yang beradab adalah hati yang tahu kapan harus melepaskan. Ia tidak menolak dunia, tapi tidak juga diperbudak olehnya.

Jangan Biarkan Dunia Menguasai Perasaanmu

Dunia pandai menggoda. Ia menawarkan kesenangan yang cepat namun singkat. Dalam setiap kemudahan, ada ujian tersembunyi: apakah hati tetap bergantung pada Allah atau mulai bergantung pada sesuatu selain-Nya.

Allah mengingatkan:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan, hiburan, perhiasan, saling bermegah-megahan di antara kalian, dan berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan.”
(QS. Al-Hadid: 20)

Ayat ini bukan larangan untuk bekerja atau menikmati dunia, tetapi peringatan agar hati tidak diperbudak olehnya. Dunia boleh di tangan, tapi jangan sampai menempati ruang terdalam hati.

Hati yang terikat pada dunia mudah kecewa. Ia mudah marah ketika gagal, iri ketika tertinggal, sedih ketika kehilangan. Sementara hati yang terikat pada Allah tetap damai meski segala sesuatu di dunia pergi.

Zuhud: Bukan Menolak Dunia, Tapi Tidak Tergantung Padanya

Zuhud sering disalahpahami sebagai menjauh dari dunia sepenuhnya. Padahal, zuhud bukan berarti miskin atau meninggalkan kehidupan, melainkan tidak menaruh dunia di dalam hati.

Imam Al-Mawardi menjelaskan:

الزُّهْدُ تَرْكُ مَا لَا يَنْفَعُ فِي الآخِرَةِ
“Zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi akhirat.”

Artinya, seseorang bisa kaya, berilmu, dan berpengaruh, namun tetap zuhud jika hatinya tidak bergantung pada dunia. Ia bekerja dengan niat ibadah, bukan karena haus akan pengakuan.

Inilah inti dari “jangan baper ke dunia.” Karena baper hanyalah tanda bahwa hati terlalu berharap pada sesuatu yang sementara. Orang yang zuhud tetap bisa merasakan kebahagiaan, tetapi tidak menjadikannya sandaran hidup.

Cara Praktis Menjaga Hati dari “Baper Dunia”

Menjaga hati bukan pekerjaan sesaat, melainkan latihan terus-menerus. Beberapa cara sederhana namun efektif dalam Islam untuk merawat hati antara lain:

  1. Perbanyak dzikir.
    Dzikir menenangkan hati dan mengingatkan bahwa hanya Allah tempat bergantung.
  2. Kurangi perbandingan diri.
    Membandingkan hidup dengan orang lain adalah pintu kekecewaan. Setiap orang punya jalan takdir masing-masing.
  3. Sabar dalam kehilangan.
    Ketika sesuatu pergi, yakinlah Allah menggantinya dengan yang lebih baik, entah di dunia atau di akhirat.
  4. Syukuri yang ada.
    Syukur membuat hati fokus pada nikmat, bukan kekurangan.
  5. Jangan mendramatisir dunia.
    Apa pun yang terjadi, lihat dari kacamata akhirat — seberapa penting masalah itu dalam pandangan Allah?

Dengan cara itu, hati menjadi lebih tenang. Ia tak mudah terseret oleh emosi duniawi, sebab ia punya jangkar: kesadaran akan Tuhan.

Hati yang Tenang, Dunia yang Ringan

Hati yang dijaga dengan baik menjadikan hidup lebih ringan. Dunia boleh berganti arah, tapi hatinya tetap kokoh. Orang seperti ini akan selalu bahagia bukan karena dunianya sempurna, tetapi karena hatinya tidak tergantung padanya.

Allah berfirman:

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى
“Maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”
(QS. Thaha: 123)

Petunjuk Allah menuntun hati untuk tidak salah arah. Maka, ketika kita menjaga hati agar tidak baper terhadap dunia, sejatinya kita sedang mengikuti petunjuk-Nya. Dunia yang semula terasa berat menjadi ringan, karena hati telah menyerahkannya pada Allah.

Penutup: Dunia Hanya Sementara, Tenangkan Hatimu

Hati adalah wadah yang suci. Jangan isi ia dengan amarah, iri, dan kecewa atas urusan dunia. Dunia hanya panggung sementara, sementara hati akan terus hidup sampai akhirat.

Jagalah hati agar tetap lembut, tapi tidak mudah goyah. Biarkan dunia berputar, namun jangan biarkan ia mengguncang jiwamu. Ketika dunia datang, sambut dengan syukur. Ketika ia pergi, lepaskan dengan ikhlas.

Seperti nasihat Imam Al-Mawardi:

مَنْ رَضِيَ بِقَسْمِ اللَّهِ، سَلِمَ قَلْبُهُ
“Siapa yang ridha dengan pembagian Allah, maka hatinya akan selamat.”

Maka, jaga hatimu — jangan baper ke dunia. Dunia akan berlalu, tetapi hati yang dijaga karena Allah akan abadi bersama ridha-Nya.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement