Sosok
Beranda » Berita » Biografi Syekh Ibnu Qasim al-Ghazi

Biografi Syekh Ibnu Qasim al-Ghazi

Biografi Syekh Ibnu Qasim al-Ghazi
Ilustrasi (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Hampir di seluruh pesantren di Indonesia, santri mengenal kitab Fathul Qorib al-Mujib. Kitab ini terkenal karena pembahasannya yang ringkas, namun mencakup hampir seluruh aspek fikih. Dengan bahasa yang sederhana, kitab ini menjadi titik awal yang ideal bagi para pemula dalam mempelajari ilmu fikih. Namun, dibalik kemudahannya, kitab ini lahir dari tangan seorang ulama yang memiliki perjalanan keilmuan luar biasa, yaitu Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Syamsuddin al-Ghazi al-Qahiri asy-Syafi’i, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Qasim atau Ibnu al-Gharabili.

Ibnu Qasim lahir pada bulan Rajab tahun 859 H. Ia menghabiskan masa kecilnya di tanah kelahirannya dan mulai menuntut ilmu sejak dini. Sejak kecil, Ibnu Qasim belajar menghafal Al-Qur’an di maktab dan kemudian memperdalam berbagai disiplin ilmu. Ia mempelajari Qiro’at melalui kitab asy-Syatibiyyah, fikih melalui Minhaj al-Nawawi, hadits dengan kitab Alfiyah Hadits, nahwu dengan Alfiyah Ibnu Malik, serta ushul fikih melalui kitab Jam’u al-Jawami’. Selain itu, ia juga menekuni berbagai ilmu lain yang menjadi fondasi pengetahuan Islam klasik.

Rihlah Ilmiah ke Kairo

Setelah merasa bekal ilmunya cukup, Ibnu Qasim melanjutkan rihlah ilmiah ke Kairo pada usia 22 tahun, tepatnya pada tahun 881 H. Di sana, ia menuntut ilmu di Masjid Al-Azhar, yang pada masa itu menjadi kiblat dunia Islam dalam bidang pendidikan. Di Al-Azhar, Ibnu Qasim tidak hanya belajar, tetapi juga menjadi pengajar, menyebarkan ilmu yang ia dapatkan kepada generasi berikutnya.

Perjalanan keilmuan Ibnu Qasim tidak lepas dari bimbingan para guru ternama. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Al-Imam Muhammad bin ‘Abdul Mun’im al-Jaujari, yang membimbing Ibnu Qasim dalam ilmu ushul fikih dan ‘arudh.
  2. Al-Imam Muhammad bin ‘Abdurrahman as-Sakhowi, dari beliau Ibnu Qasim menyelesaikan studi Alfiyah Hadits, al-Adzkar Nawawi, dan karya-karya as-Sakhowi.
  3. Kamaluddin al-Maqdisi, yang mengajarkan fikih, ushul fikih, dan kitab Jam’u al-Jawami’.
  4. Muhammad bin Ahmad al-Ghazal, yang membimbing ilmu faraidh dan al-jabar.
  5. Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari dan sejumlah guru lain yang membekali Ibnu Qasim dengan berbagai disiplin ilmu mulai dari qiro’at, sharaf, nahwu, hingga ushul fikih.

Karya-Karya Monumental

Bekal ilmu yang luas ini kemudian melahirkan karya-karya yang monumental. Karya Ibnu Qasim tidak hanya terbatas pada fikih, tetapi juga mencakup nahwu, sharaf, aqidah, dan disiplin keilmuan lainnya. Di antara karya-karya beliau yang paling dikenal adalah:

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

  • Fath al-Qorib al-Mujib fii Alfadzi at-Taqrib, kitab fikih yang menjadi pegangan santri di Indonesia. Kitab ini merupakan syarah dari at-Taqrib karya Syekh Abi Syuja’.
  • Fath ar-Robbi al-Malik, syarah atas Alfiyah Ibnu Malik.
  • Hasyiah atas Syarh Tashrif karya Sa’duddin at-Taftazaniy.
  • Syarh Minhaj at-Tholibin karya Imam Nawawi.
  • Karya-karya lain seperti Al-Qoul al-Wafi li Syarhi ‘Aqoid an-Nasafi, Nuzhatu an-Nadhir bi at-Thorfi, dan Nafa’is al-Faroidh wa ‘Araisu al-Fawa’id.

Di samping sebagai penulis ulung, Ibnu Qasim dikenal sebagai sosok yang qana’ah, sederhana, dan tidak mengejar jabatan maupun popularitas. Ia memilih hidup tenang, mendedikasikan waktu untuk belajar, mengajar, dan menulis. Aktivitas beliau sebagian besar berlangsung di Masjid Al-Azhar dan Masjid al-Qal’ah, Kairo.

Ibnu Qasim wafat pada hari Rabu, 6 Muharram 918 H, di Kairo, pada usia 58 tahun. Meskipun telah tiada, jejaknya tetap hidup melalui kitab-kitab yang terus diajarkan di pesantren-pesantren Nusantara hingga hari ini. Fathul Qorib, misalnya, tetap menjadi salah satu kitab fikih dasar yang membimbing santri memahami hukum-hukum Islam dengan cara yang praktis namun mendalam.

Kehidupan dan karya Ibnu Qasim menunjukkan bagaimana seorang ulama dengan disiplin, kesederhanaan, dan dedikasi tinggi mampu mewariskan warisan yang bertahan berabad-abad. Pesantren-pesantren di Indonesia, dengan tradisi pengajaran kitab kuningnya, tetap menjadikan karya beliau sebagai jembatan pengetahuan antara warisan klasik Islam dan generasi muda Muslim masa kini.

Referensi:

  • Kitab Fath al-Qorib al-Mujib, Dar al-Minhaj.
  • Buku Sanad Ulama Nusantara: Transisi Keilmuan Ulama al-Azhar dan Pesantren.

 

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement