Khazanah
Beranda » Berita » Isra Mi’raj: Perjalanan Suci Nabi Muhammad SAW Menembus Langit

Isra Mi’raj: Perjalanan Suci Nabi Muhammad SAW Menembus Langit

ilustrasi by Meta AI.

SURAU.CO – Peristiwa Isra Mi’raj adalah salah satu mukjizat terbesar yang dialami Rasulullah Muhammad SAW. Perjalanan maha dahsyat ini terjadi dalam satu malam. Sebelumnya, tidak ada satu pun manusia yang mengalaminya. Nabi menempuh perjalanan superkilat, mulai dari bumi hingga naik ke langit tertinggi, Sidratul Muntaha. Kejadian ini membawa banyak pelajaran penting. Ia juga mengukuhkan kedudukan Nabi sebagai utusan Allah.

Memahami Arti Isra Mi’raj

Syaikh Wahbah Az Zuhaili, dalam Tafsir Al Munir, menjelaskan makna Isra dan Mi’raj. Isra (اسرى) atau sara (سرى) berarti perjalanan di malam hari. Secara istilah, Isra adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam. Beliau menempuh jarak dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina.

Allah SWT mengabadikan peristiwa Isra dalam firman-Nya:

“سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ”

Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Sementara itu, Mi’raj secara bahasa berarti naik. Secara istilah, Mi’raj adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke Sidratul Muntaha. Dalam Al-Qur’an, Mi’raj ini terisyaratkan dalam Surat An-Najm:

“وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى . عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى . عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى . إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى . مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى . لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى”

Artinya: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa Sidratul Muntaha adalah tempat tertinggi di langit. Ia menjadi batas ujung pengetahuan dan aktivitas para makhluk. Tidak seorang makhluk pun mengetahui apa yang ada di belakangnya. “Tempat ini seperti as-sidrah yang artinya pohon nabk karena mereka berkumpul di bawah teteduhannya. Di dekat Sidratul Muntaha ada surga Al Ma’wa yakni tempat tinggal arwah orang-orang mukmin yang bertaqwa,” terang Syaikh Wahbah Az Zuhaili.

Waktu Terjadinya Isra Mi’raj: Berbagai Pendapat Ulama

Terkait tanggal terjadinya Isra Mi’raj, para ulama memiliki banyak pendapat. Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, dalam Sirah Nabawiyah-nya, Ar Rahiqul Makhtum, mencatat enam pandangan utama. Beberapa berpendapat peristiwa ini terjadi pada tahun wahyu pertama. Ada juga yang mengatakan lima tahun setelah Rasulullah menjadi Nabi. Pandangan lain menyebutkan malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Prof. Dr. Muhammad Ali Ash Shalabi, dalam buku Sirah Nabawiyah-nya, menegaskan Isra Mi’raj terjadi satu tahun sebelum hijrah ke Madinah. Sementara itu, Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar lebih spesifik. Beliau menegaskan Isra Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun ke-11 kenabian. Meskipun tahunnya masih menjadi perdebatan, tanggal 27 Rajab telah menjadi tanggal yang umum diperingati.

Isra Mi’raj sebagai Tasliyah: Penghibur di Tahun Duka Cita

Peristiwa Isra Mi’raj berfungsi sebagai tasliyah atau hiburan dari Allah SWT. Ini datang pada saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tengah berduka. Tahun itu terkenal sebagai Amul Huzn (Tahun Duka Cita).

Duka Mendalam Nabi Muhammad SAW

Beberapa sebab melatarbelakangi duka Nabi yang mendalam. Pertama, paman beliau, Abu Thalib, wafat. Abu Thalib adalah pembela sejati Rasulullah. Dia senantiasa menjadi perisai saat orang-orang kafir Quraisy menyakiti atau hendak mencelakakan Rasulullah. Dengan kedudukannya sebagai tokoh Quraisy, ia melindungi Rasulullah dari ancaman pembunuhan.

Kedua, tak lama setelah Abu Thalib wafat, Khadijah radhiyallahu ‘anha juga meninggal dunia. Khadijah adalah istri pertama Rasulullah yang sangat beliau cintai. Dia adalah orang pertama yang mendukung beliau sejak menerima wahyu. Ketika Nabi kembali dari Gua Hira dalam kondisi demam, Khadijah menyelimuti, menenangkan, dan memotivasi beliau. Khadijah juga mendukung dakwah dengan hartanya dan melahirkan keturunan bagi beliau. Wafatnya Khadijah merupakan duka mendalam bagi Rasulullah. Ia kehilangan pendamping hidup sejati dan pendukung dakwah yang hakiki.

Peningkatan Intimidasi dan Perjalanan ke Thaif

Sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib, posisi Rasulullah semakin terjepit. Intimidasi kafir Quraisy semakin menjadi-jadi. Dakwah di Makkah serasa tidak lagi memiliki celah untuk bergerak. Namun, Rasulullah tidak berdiam diri. Beliau berupaya berdakwah ke luar Makkah. Beliau pergi ke Thaif dengan harapan masyarakat di sana menerima dakwahnya. Sayangnya, penduduk Thaif justru mengusir Rasulullah dan melempari beliau dengan batu hingga kaki berdarah.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Isra Mi’raj sebagai Solusi Ilahi

Setelah mengalami Amul Huzn inilah, Allah SWT meng-Isra’-kan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang agung. Mulai dari perjalanan superkilat ke Baitul Maqdis, mengimami para Nabi di sana, lantas naik ke Sidratul Muntaha. Beliau bertemu dengan Allah SWT dan mendapat perintah shalat lima waktu. Allah juga memperlihatkan surga dan neraka. Semua rangkaian peristiwa itu merupakan tasliyah (hiburan) bagi beliau.

Kisah Lengkap Isra Mi’raj: Perjalanan Fisik dan Spiritual

Persiapan Perjalanan dan Kehadiran Buraq

Usai waktu shalat Isya’ dan beristirahat sejenak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbaring di Masjidil Haram. Tiba-tiba, Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membelah dada beliau. “Lalu hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah,” sabda beliau dalam riwayat Imam Bukhari.

Setelah itu, datanglah Buraq yang menjadi kendaraan beliau sewaktu Isra. Buraq satu akar kata dengan barq yang artinya kilat. “Didatangkan kepadaku Buraq –yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya,” sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim.

Isra: dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa

Setiba di Masjidil Aqsa, beliau shalat dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai shalat dan keluar dari Masjid Al Aqsa, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu lagi khamar. Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih kesucian,” kata Jibril. Pilihan ini menegaskan Islam sebagai agama fitrah dan kesucian.

Mi’raj: Menjelajahi Tujuh Langit

Mi’raj pun bermula. Rasulullah naik Buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Dalam hadits Shahih Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah, Nabi menceritakan perjalanannya.

  • Langit Pertama: Setelah pintu langit dibuka, beliau bertemu Nabi Adam ‘alaihis salam. Adam menyambut dan mendoakan kebaikan untuknya.

  • Langit Kedua: Beliau bertemu dua sepupunya, Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria ‘alaihimassalam. Keduanya menyambut dan mendoakan beliau.

  • Langit Ketiga: Beliau bertemu Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Allah telah memberinya setengah ketampanan manusia sejagat. Nabi Yusuf menyambut dan mendoakan beliau.

  • Langit Keempat: Beliau bertemu Nabi Idris ‘alaihis salam. Allah telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi. Nabi Idris menyambut dan mendoakan beliau.

  • Langit Kelima: Beliau bertemu Nabi Harun ‘alaihis salam. Nabi Harun menyambut dan mendoakan beliau.

  • Langit Keenam: Beliau bertemu Nabi Musa ‘alaihis salam. Nabi Musa menyambut dan mendoakan beliau.

  • Langit Ketujuh: Beliau bertemu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul Ma’mur. Setiap harinya, 70.000 malaikat masuk ke sana dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya.

Sidratul Muntaha dan Perintah Shalat

Kemudian, Buraq pergi bersama Nabi ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya selebar telinga gajah dan buah-buahnya sebesar tempayan besar. Tatkala perintah Allah memenuhi Sidratul Muntaha, tempat itu berubah. Tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. Allah memberiku wahyu dan mewajibkan shalat 50 kali dalam sehari semalam.

Rasulullah turun dan bertemu Musa. Musa bertanya, “Apa yang Rabbmu wajibkan terhadap umatmu?” “Shalat 50 kali,” jawab Nabi. Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Aku telah menguji Bani Israel dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka.”

Nabi Muhammad terus bolak-balik antara Rabbnya dan Musa. Akhirnya, Allah berfirman,

“Wahai Muhammad sesungguhnya kewajiban shalat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap shalat mendapat pahala 10 kali lipat, maka 5 kali shalat sama dengan 50 kali shalat. Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat untuknya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya, maka untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan jika ia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan.”

Setelah itu, Nabi turun hingga bertemu Musa lagi. Ia memberitahukan keringanan itu. Namun, Musa masih mengatakan, “Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan lagi.” Nabi menjawab, “Aku telah berulang kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa malu kepada-Nya.” Kisah ini menekankan betapa pentingnya shalat dalam Islam.

Ibrah dan Hikmah dari Isra Mi’raj: Pelajaran Berharga

Peristiwa Isra Mi’raj memiliki banyak ibrah dan hikmah. Ini adalah 10 hikmah utama:

  1. Hiburan Ilahi: Setelah cobaan datang silih berganti, bahkan Rasulullah mengalami Amul Huzn, Allah memberinya hiburan dengan Isra Mi’raj ini.

  2. Agama Kesucian: Rasulullah memilih susu untuk diminum sebelum Mi’raj. Jibril memujinya. Ini menguatkan bahwa Islam adalah agama fitrah dan kesucian.

  3. Kepemimpinan Nabi: Shalat Rasulullah bersama para Nabi di Baitul Maqdis menunjukkan kedudukan beliau sebagai pemimpin para Nabi.

  4. Urgensi Masjidil Aqsa: Masjid Al-Aqsa memiliki kaitan erat dengan Masjidil Haram. Ia adalah tempat Isra’ Rasulullah dan kiblat pertama umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus mencintai dan mempertahankannya.

  5. Keagungan Shalat: Perintah lain cukup melalui wahyu dengan perantara Jibril. Perintah shalat langsung Allah turunkan kepada Rasulullah tanpa perantara Jibril. Shalat ini pula yang menjadi inti tasliyah (hiburan) bagi hamba-Nya.

  6. Pemurnian Barisan Dakwah: Rasulullah hendak mencapai fase baru, yaitu hijrah dan mendirikan negara Islam di Madinah. Allah memurnikan barisan dakwah dengan Isra Mi’raj. Orang-orang yang tidak kuat akidahnya menjadi murtad. Iman orang yang kuat justru semakin kuat.

  7. Keberanian Dakwah Nabi: Keberanian Rasulullah sangat tinggi dalam berdakwah dengan menyampaikan Isra Mi’raj. Meskipun kaum kafir mencemooh, beliau tetap menyampaikan. Beliau bahkan memberikan bukti empiris kepada kafir Quraisy.

  8. Keimanan Abu Bakar: Keimanan umat yang paling sempurna adalah iman Abu Bakar. Ketika orang-orang kafir Quraisy mengabarkan peristiwa itu, beliau langsung mempercayainya. “Jika yang mengatakan Rasulullah, aku percaya,” begitulah logika keimanan Abu Bakar. Beliau mendapat gelar Ash-Shiddiq.

  9. Peringatan Bahaya Penyakit Masyarakat: Rasulullah menyampaikan bahaya penyakit masyarakat yang beliau lihat. Beliau melihat siksa untuk orang yang suka ghibah, berzina, makan harta anak yatim, dan lain-lain.

  10. Perhatian terhadap Masjid Al-Aqsa: Para sahabat menjadi perhatian terhadap Masjid Al-Aqsa yang saat itu berada dalam kekuasaan Romawi. Kelak di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, umat Islam berhasil membebaskannya.

Demikian pembahasan Isra Mi’raj, mulai dari pengertian, hubungannya dengan Amul Huzn, kisah lengkap, hingga hikmah dan ibrahnya. Semoga bermanfaat.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement