Ibadah
Beranda » Berita » Wahai Anakku Bertakwalah

Wahai Anakku Bertakwalah

Wahai Anakku Bertakwalah
Wahai Anakku Bertakwalah

SURAU.CO. Wahai anakku, nasihat “Bertakwalah” adalah nasihat yang paling mendasar dan penting dalam Islam. Selanjutnya, takwa adalah ketaatan dan kesadaran untuk senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, istilah ini juga bisa berarti takut kepada Allah, memelihara diri dari murka-Nya dengan menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, orang yang bertakwa memiliki kepekaan spiritual yang kuat dan berusaha menjaga diri dari dosa.

Makna dan ciri-ciri takwa, menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Orang yang bertakwa mematuhi segala perintah Allah dan menghindari semua yang dilarang-Nya. Memiliki rasa takut yang tulus kepada Allah Swt, sekaligus harapan akan rahmat-Nya, yang mendorong untuk terus berbuat baik. Merasa bahwa setiap tindakan diketahui oleh Allah, sehingga mendorong untuk selalu menjaga diri dan melakukan perbuatan baik secara konsisten. Orang yang bertakwa memiliki kemampuan untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan, baik dalam keyakinan maupun tindakan. Merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah, bahkan ketika jumlahnya sedikit, serta sabar dalam menghadapi kesulitan.

Apa itu Takwa?

Takwa secara sederhana berarti menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Ini adalah kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan kita, baik saat sendirian maupun di keramaian.

Secara ringkas, “Wahai anakku, bertakwalah” adalah panggilan mendalam untuk membangun karakter yang kokoh berdasarkan rasa takut dan cinta kepada Tuhan, yang pada akhirnya akan menghasilkan kehidupan yang bermakna, beretika, dan mulia di mata Sang Pencipta.

Mengapa Bertakwa itu Penting?

Pertama, Kunci Kebahagiaan Dunia & Akhirat: Allah berjanji akan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka bagi orang-orang yang bertakwa (QS. At-Talaq: 2-3).

Berbakti kepada Orang Tua Meski Telah Tiada

Kedua, Mendapat Cinta Allah: Allah mencintai orang-orang yang bertakwa (QS. Ali ‘Imran: 76).

Ketiga, Ukuran Kemuliaan: Derajat tertinggi manusia di sisi Allah bukanlah karena kekayaan, jabatan, atau ras, melainkan karena takwanya (QS. Al-Hujurat: 13).

Keempat, Perlindungan dari Api Neraka: Takwa adalah benteng terkuat yang melindungi dari siksa neraka.

Kelima, Kemudahan dalam Segala Urusan: Orang yang bertakwa akan dimudahkan urusannya oleh Allah (QS. At-Talaq: 4).

Bagaimana Cara Mencapai Takwa?

Pertama, Menjaga Shalat Lima Waktu: Shalat adalah tiang agama dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Kajian Tentang Ikhlas dari Para Ulama

Kedua, Membaca & Mengamalkan Al-Qur’an: Al-Qur’an adalah petunjuk jalan menuju ketakwaan.

Ketiga, Berzikir & Berdoa: Selalu ingat Allah dalam hati dan lisan untuk menjaga kesadaran akan kehadiran-Nya.

Keempat, Menuntut Ilmu Agama: Memahami hukum-hukum Allah adalah prasyarat untuk dapat melaksanakannya dengan benar.

Kelima, Memilih Lingkungan yang Baik: Berteman dengan orang-orang saleh akan saling mengingatkan dalam kebaikan.

Keenam, Introspeksi Diri (Muhasabah): Selalu evaluasi perbuatan setiap hari.

Hukum Shalat Berjamaah: Fardhu Ataukah Sunnah? Lengkap Dalil Dan Penjelasan

Tujuan

Tujuan utama dari nasihat atau buku dengan judul “Wahai Anakku, Bertakwalah” adalah untuk menanamkan ketakwaan kepada Allah SWT dalam diri anak (atau pembaca), yang merupakan kunci kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Secara ringkas, tujuannya adalah sebagai panduan fundamental bagi seorang Muslim untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam dan mencapai rida Allah SWT. Nasihat ini, sering kali terinspirasi dari wasiat Luqman Al-Hakim dalam Al-Qur’an atau karya ulama seperti Imam Al-Ghazali dan Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, bertujuan untuk:

Pertama, Membimbing kepada jalan yang benar: Memberikan petunjuk dan kejelasan dalam membedakan kebenaran dari kebatilan.

Kedua, Membangun karakter dan akhlak mulia: Menekankan pentingnya mengamalkan ajaran agama, menjalankan perintah Allah, meninggalkan larangan-Nya, dan berinteraksi dengan manusia dengan akhlak terpuji.

Ketiga, Menyelaraskan ilmu dan amal: Mengingatkan bahwa ilmu tanpa amal perbuatan tidak akan berguna, dan amal saleh harus dilakukan dengan tulus, bukan untuk pamer kepada manusia.

Keempat, Menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat: Menjanjikan berbagai keutamaan bagi orang yang bertakwa, seperti diberikan jalan keluar dari kesulitan, rezeki dari arah yang tidak terduga, dan kemudahan dalam segala urusan.

Kelima, Mendidik generasi yang saleh: Orang tua dan pendidik bertanggung jawab untuk menasihati anak-anak mereka agar menjadi individu yang saleh, yang pada akhirnya akan membahagiakan orang tua juga.

Filosofi

Filosofi dari nasihat “Wahai anakku, bertakwalah” berakar pada ajaran Islam mengenai pentingnya ketakwaan sebagai pedoman hidup mendasar dan sumber kemuliaan sejati. Nasihat ini sering dikaitkan dengan Luqman Al-Hakim kepada anaknya, yang menekankan bahwa takwa adalah landasan bagi kebahagiaan di dunia dan akhirat.

  1. Fondasi Kehidupan yang Benar

Takwa (dari kata dasar waqa yang berarti menjaga atau menghindari) berarti menjaga diri dari murka Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Nasihat ini mengajarkan bahwa menjalani hidup dengan prinsip ini akan memberikan arah dan tujuan yang jelas.

  1. Kemuliaan Sejati

Filosofi ini menyoroti bahwa kemuliaan dan martabat sejati seseorang tidak terletak pada harta, jabatan, atau penampilan luar, melainkan pada tingkat ketakwaannya di hadapan Allah. Seperti dalam kutipan nasihat Luqman yang menyebutkan, jika kemuliaan ada pada tukang sapu, dia akan menyuruh anaknya menjadi tukang sapu, tetapi kemuliaan ada dalam ilmu dan takwa.

  1. Konsistensi Hati dan Perbuatan

Nasihat ini menekankan pentingnya keikhlasan. Seseorang tidak boleh hanya terlihat takut kepada Allah di depan orang lain untuk mendapatkan pujian atau penghormatan, sementara hatinya jauh dari takwa (bermaksiat). Filosofinya adalah bahwa takwa harus menjadi sikap batin yang tulus dan tercermin dalam tindakan nyata, bukan sekadar pencitraan.

  1. Bekal Menuju Akhirat

Dalam Islam, kehidupan dunia adalah sementara, dan takwa dipandang sebagai bekal terbaik untuk persiapan menghadapi hari akhir. Filosofi ini mendorong pandangan jangka panjang, di mana setiap tindakan di dunia harus dipertimbangkan dampaknya bagi kehidupan setelah mati.

  1. Memperoleh “Al-Furqan”

Orang yang bertakwa dijanjikan kemampuan untuk membedakan antara yang hak (benar) dan yang batil (salah) (Al-Furqan). Filosofi ini mengajarkan bahwa takwa memberikan kebijaksanaan dan pandangan jernih dalam menghadapi kompleksitas kehidupan dan pengambilan keputusan.

(mengutip dari berbagai sumber)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.