SURAU.CO– Dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Abu Hamid Al-Ghazali menjelaskan apabila kita menjadi seorang yang berilmu atau guru, maka kita harus memperhatikan beberapa sopan santun penting dalam menjalankan peran ini. Pertama, kita harus bertanggung jawab dan selalu bersabar dalam menghadapi segala situasi. Saat di majelis, kita perlu duduk dengan tenang dan penuh wibawa. Sikap rendah hati (tawadlu’) harus kita utamakan di majelis-majelis pertemuan; kita tidak boleh sombong terhadap siapa pun, kecuali kepada orang zalim dengan tujuan untuk menghentikan kezalimannya.
Ramah Terhadap Murid
Dalam mengajar, kita harus ramah terhadap para pelajar (murid). Kita wajib teliti dan setia mengawasi anak yang nakal, dan secara khusus, kita harus setia membimbing anak yang bebal atau lambat pemikirannya. Janganlah kita mudah marah kepada murid yang lambat dalam berpikir.
Sebagai seorang guru, kita harus menunjukkan kejujuran; kita tidak boleh malu berkata, “Saya tidak tahu,” ketika murid menanyai persoalan yang memang belum kita tekuni. Selanjutnya, kita perlu memperhatikan murid yang bertanya dan berusaha menjawabnya dengan baik. Kita juga harus bersedia menerima alasan yang diajukan kepada kita dan tunduk kepada kebenaran, dengan kembali kepadanya apabila kita menyadari bahwa kita salah.
Dalam konteks ilmu, kita harus melarang murid yang mempelajari ilmu yang membahayakan. Kita juga wajib memperingatkan murid yang mempelajari ilmu agama tetapi memiliki niat untuk kepentingan selain Allah. Penting juga kita ingatkan murid agar tidak sibuk mempelajari ilmu fardhu kifayah sebelum mereka selesai mempelajari ilmu fardhu ‘ain.
Terakhir, dan yang terpenting, kita harus memperbaiki ketakwaan kita kepada Allah baik secara zahir maupun batin. Kita wajib mempraktikkan makna takwa tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebelum kita memerintahkan murid, agar para murid termotivasi untuk meniru perbuatan kita dan mengambil manfaat dari ucapan-ucapan kita.
Sopan Santun Seorang Murid
Apabila kita seorang murid, maka kita harus memperhatikan adab kesopanan terhadap guru. Sopan santun ini dimulai dengan hendaknya kita memberikan ucapan salam kepada guru terlebih dahulu. Saat berada di hadapan guru, kita tidak boleh banyak bicara dan tidak berbicara selama guru belum menanyai kita. Apabila kita hendak bertanya, kita tidak boleh bertanya sebelum meminta izin terlebih dahulu.
Seorang murid dilarang menentang ucapan guru dengan ucapan (pendapat) orang lain. Bahkan, kita tidak boleh menampakkan penentangan terhadap pendapat gurunya, apalagi menganggap diri kita paling pandai daripada guru. Saat di majelis, kita tidak boleh berbisik kepada teman yang duduk di sebelah. Kita juga tidak boleh menoleh-noleh ketika sedang berada di depan guru, tetapi harus menundukkan kepala dan bersikap tenang, layaknya sedang melakukan salat.
Selain itu, kita tidak boleh banyak bertanya kepada guru ketika guru dalam keadaan letih. Hendaknya kita berdiri ketika guru berdiri dan tidak berbicara dengannya ketika guru sudah beranjak dari tempat duduknya. Kita juga tidak boleh mengajukan pertanyaan kepada guru di tengah perjalanannya.
Terakhir, kita harus menghindari prasangka buruk kepada guru. Bahkan ketika guru melakukan perbuatan yang secara zahir tampak mungkar. Sbab guru lebih mengetahui rahasia atau maksud dari perbuatannya. Dalam kasus ini, si murid hendaknya mengingat ucapan Nabi Musa kepada Nabi Khidr as. seperti yang Al-Quran terangkan, di mana Nabi Musa menyangkal perbuatan Nabi Khidr karena Nabi Musa hanya melihat dari sisi zahir perbuatan yang Nabi Khidr lakukan.(St.Diyar)
Referensi: Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ghozali at-Thusi , Bidayatul Hidayah
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
