Khazanah
Beranda » Berita » Sikap Hati-hati Bergaul dengan Kenalan: Hikmah dari Bidayatul Hidayah Imam Al-Ghazali

Sikap Hati-hati Bergaul dengan Kenalan: Hikmah dari Bidayatul Hidayah Imam Al-Ghazali

Ilustrasi persahabatan.
Ilustrasi persahabatan.

SURAU.CODalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Abu Hamid Al-Ghazali menjelaskan rambu-rambu berinteraksi dengan orang-orang yang hanya sebatas kenalan. Menurut sang imam, kita  harus meningkatkan kehati-hatian dan mengambil langkah serius untuk menjaga aib atau kejelekan mereka. Berbeda dengan teman dekat yang sudah jelas watak dan sifatnya—sehingga tidak perlu dicurigai. Bahkan akan membantu kita—kenalan justru sering kali membawa potensi kejahatan. Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang hanya menunjukkan persahabatan di permukaan melalui kata-kata, sementara hakikat niat mereka tidak pernah kita  ketahui. Oleh karena itu, sebaiknya Anda tidak memperbanyak kenalan. Namun, apabila keadaan memaksa Anda memiliki kenalan, baik di lingkungan sekolah, masjid, kampus, kota, ataupun pasar, Anda wajib mengikuti tata cara menghadapi mereka.

Jangan meremehkan dan menghina

Pertama-tama, menurut Imam Al-Ghazali  jangan pernah meremehkan atau menghina salah seorang pun di antara mereka.Saat belum mengenal mereka sepenuhnya, dan mungkin saja mereka justru lebih baik daripada kita. Selain itu, hindari menganggap mereka besar atau mulia hanya karena kekayaan yang mereka miliki, sebab anggapan ini dapat membinasakan diri. Dunia dan segala isinya tidaklah berarti di pandangan Allah, dan ketika hati Anda terlalu mengagungkan pemilik harta dunia, Anda otomatis menjatuhkan harga diri Anda di mata-Nya. Lalu, jangan sekali-kali mengorbankan agama demi mendapatkan sesuatu dari kekayaan mereka. Siapa pun yang berbuat demikian pasti akan semakin terhina, bahkan akan dipermainkan oleh para kenalan tersebut.

Apabila mereka menunjukkan permusuhan, jangan pernah membalasnya. Kita tidak akan mampu menandingi mereka, dan permusuhan itu hanya akan merusak agama, menyebabkan penderitaan yang berlarut-larut, dan menyia-nyiakan semua usaha kita. Sebaliknya, jangan juga cepat merasa senang jika mereka memuliakan, memuji-muji, atau menampakkan kecintaan. Jika  mau meneliti hakikat semua itu, kita akan mendapati bahwa ketulusannya tidak lebih dari satu persen, sehingga jangan terlalu berharap kebaikan mereka itu murni lahir dan batin.

Jangan marah saat mereka menjelekkan kita

Selain itu, menurut Imam Al-Ghazali jangan heran dan jangan pula marah jika kenalan kita menjelekkan saat kita tidak ada di hadapan mereka. Sebab, jika  mau bersikap adil dan mengintrospeksi diri, mungkin saja kita juga pernah berbuat serupa, bahkan kepada teman dekat, keluarga, guru, atau kedua orang tua;  kita  pernah berani memperbincangkan orang-orang terdekat dan berjasa besar itu di belakang mereka.

Terkait urusan dunia, jauhilah harapan atau keinginan untuk mendapatkan kekayaan, jabatan, atau bantuan dari kenalan. Sebab, orang yang selalu berharap mendapatkan pemberian orang lain sudah pasti akan kecewa, rugi, dan menjadi orang yang hina.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Saat Anda meminta sesuatu yang dibutuhkan kepada salah seorang kenalan dan mereka memenuhinya, segeralah bersyukur kepada Allah dan mengucapkan terima kasih kepada mereka. Akan tetapi, jika mereka tidak dapat memenuhi permintaan Anda, jangan sekali-kali mencemooh mereka dan jangan pula menceritakan kegagalan itu kepada orang lain, karena hal tersebut dapat menimbulkan permusuhan. Ambillah sikap seperti orang mukmin yang selalu memahami dan menerima alasan orang lain, bukan seperti orang munafik yang selalu mencari kesalahan. Katakanlah dalam hati:

“Mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan saya karena ada kemungkinan hal yang tidak dapat mereka elakkan yang tidak saya ketahui.”

Dalam memberikan bimbingan, jangan memberi nasihat kepada kenalan itu selama kita belum melihat tanda-tanda bahwa mereka akan menerima nasihat tersebut. Jika kita memaksakan diri, mereka tidak hanya akan mengabaikan nasihat, malah akan berbalik  memusuhi.

Jangan menggurui mereka

Apabila mereka melakukan suatu kesalahan dalam persoalan tertentu, sedangkan mereka tidak berniat belajar kepada kita, janganlah menggurui mereka. Jika kita tetap melakukannya, mereka akan mengambil ilmu dari Anda lalu berbalik memusuhi. Pengecualiannya adalah jika kesalahan yang mereka lakukan merupakan perbuatan maksiat yang tidak mereka sadari. Dalam kondisi ini, sampaikanlah kepada mereka yang sebenarnya dengan cara yang halus. Jika mereka nampak menghargai nasihat kita, syukurlah kepada Allah. Namun, apabila Anda melihat ketidaksenangan mereka, serahkanlah urusan mereka kepada Allah, lalu mintalah perlindungan kepada-Nya dari kejahatan mereka. Namun, jangan pernah mencemooh mereka atau mengucapkan kata-kata seperti:

“Kamu tidak tahu siapa saya! Saya adalah si…! Saya orang yang ahli dalam bidang ini dan itu.”

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Sebab, ucapan semacam itu menunjukkan kebodohan dan memberikan kesan menganggap diri sendiri bersih. Ingatlah bahwa Allah swt. mendorong mereka berbuat jahat kepada Anda hanyalah karena dosa atau kesalahan yang pernah kita lakukan, dan hal ini merupakan siksaan Allah atas perbuatan kita.

Mendengar ucapan-ucapan baik

Terakhir, berusahalah untuk selalu mendengarkan ucapan-ucapan baik mereka dan mengabaikan ucapan mereka yang batil. Ceritakanlah kebaikan-kebaikan mereka dan jangan sekali-kali membicarakan kejelekan mereka. Dengan menjalankan petunjuk-petunjuk ini, insyaAllah kita  akan selamat dari kejahatan dan kejelekan para kenalan itu.(St.Diyar)

Referensi: Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ghozali at-Thusi , Bidayatul Hidayah


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement